enam

42 8 0
                                    

ENAM

Setelah ujian lisensi sementara, cukup banyak yang terjadi.

Chisaki Kai di tangkap, masuk ke Tartarus dengan keadaan tidak memiliki kedua tangan, Chisaki Eri akhirnya di asuh Shota-sensei.

Kami juga dikirim ke Pulau Nabu, baru kembali beberapa hari lalu setelah bentrok dengan kelompok penjahat Nine.

Lagi-lagi penjahat yang memiliki quirk mirip AFO.

Jika All for One bebas, bagaimana?

Dinding tipis kamar asrama tidak akan cukup menghalau serangannya.

Apakah Izuku sebagai pewaris One for All akan siap dengan kekacauan yang akan di timbulkan?

Aku sudah menyingkirkan Tenko dan yang lain, bukankah seharusnya akan lebih mudah menghentikan All for One?

Aku beranjak berdiri, mencuci muka sebelum turun ke ruang rekreasi.

"Aku beritahu padamu; Shinsou akan berhasil mencapai kursus pahlawan! Kamu liat hebatnya dia selama pertarungan kelas A vs kelas B kami. Itu sudah pasti!” Suara nyaring Denki terdengar saat aku mencapai lantai.

Aku berbelok mengambil air minum di dapur, mengangguk untuk membalas sapaan Tsuyu. "Apa yang mereka bicarakan?" Aku basa-basi.

"Kero, kamu belum dengar? Shinsou diizinkan mengikuti ujian lisensi bersama Todoroki dan Bakugou." Tsuyu menjawab, balas menatapku dengan matanya yang besar.

Aku mengangguk mengerti. Benar juga, sebentar lagi ujian susulan lisensi pahlawan sementara.

"Kamu baik-baik saja, kero?" Tsuyu memiringkan kepalanya.

Aku menghabiskan air di gelas, menyeka mulutku. "Kenapa semua orang menanyakan hal yang sama tiap bertemu denganku? Apa ada yang salah?" Aku mengernyit.

Tsuyu mengangguk. "Kamu tidak sama seperti sebelumnya."

Aku balas menataonya. Benarkah? Kukira aku sudah biasa saja. "Aku sama seperti biasa." Jawabku sekilas.

Gadis itu menggeleng. "Kamu tidak. Kero."

Terserahlah. "Orang berubah setiap harinya." Ucapku pada akhirnya. "Aku pergi dulu."

"Kero, Bakugou membuat makan malam untuk semua orang hari ini."

Aku menoleh sekilas. "Sampaikan terima kasih, tapi aku akan makan di luar."

Seperti biasa. Aku sudah melakukan itu selama ini, bukan?

Aku memakai sepatu dan berlalu dari sana. Duduk di depan supermarket sambil makan onigiri emang satu upaya hiling paling enak.

Udara malam hari menerpa wajahku, menguraikan anak rambut yang berantakan. Aku bersandar di sandaran kursi, menatap jalanan UA yang lengang.

Sedikit merilekskan leher yang tegang, aku menghela nafas.

Ponselku berdering, aku mengeluarkannya dari kantong, menatap nama yang ada di sana.

"Selamat siang, Ayah." Sapaku seperti biasa. Di sana pasti masih tengah hari.

"Bagaimana UA?" Dia bahkan ngga jawab sapaanku, ngeselin banget.

"Baik-baik saja. All Might masih mengajar di sini, guru-guru juga masih sama, pertahanan masih lemah---"

"Kamu tidak berkontribusi apapun soal kejadian Pulau Nabu."

Sudah kuduga soal itu.

"Aku sudah menutup mata untuk kejadian di I-Island dulu, tapi bisa-bisanya kamu yang menyandang nama keluarga menjadi pemeran sampingan dalam cerita Pulau Nabu?" Dasar Pak Tua banyak mau.

Cavendish (Name) - BNHA Alternative UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang