dua

82 13 0
                                    

DUA

Rose memilin ujung gaunnya dengan gugup. Kepala Keluarga Avalon dan Ayah sedang berbicara di ruang kerja, aku disuruh menemani anak ini minum teh dengan anak sulung keluarga mereka yang datang sebagai calon Rose.

Membosankan. Mereka tidak berusaha mencari topik.

Nama putra sulung Avalon itu Carl. Umurnya sebentar lagi 20 tahun, memiliki rambut coklat terang dan mata hijau, dengan tinggi 6 kaki. Sedikit lebih tinggi dariku.

Rose sepertinya berusaha keras supaya Carl tidak menyukainya, mulai dari posisi duduk yang buruk dan wajah tidak ramah.

Aku mengabaikan itu, memakan kue tart yang menganggur. Lebih memilih memperhatikan halaman kastil yang penuh taman yang terawat, air mancur di kedua sisi, simetris dengan bunga beragam. Luasnya sampai bisa membangun 10 rumah sederhana di sana.

"Sepertinya sebentar lagi hujan." Carl tersenyum. Rose tidak menanggapi dengan serius, mendengung tak peduli.

Kalau Ayah ada di sini aku yakin dia akan melempar pisau ke mulut Rose.

"Benar juga, awannya banyak." Terpaksa aku yang buka suara.

"Omong-omong apa kesibukanmu, (Name)? Kamu sudah lulus Akademi beberapa tahun lalu bukan?" Wajar jika Carl mulai jengah, dia mengalihkan subjek ke diriku.

Aku balas tersenyum seadanya. "Aku masih luang, tapi mungkin akan mengikuti sekolah swasta umum. Ayah bilang itu bagus untuk menemukan potensi anak seumuran ku."

Carl mendengung mengerti. "Persiapan rekan masa depan, seperti itu?"

Aku balas terkekeh."Semacamnya. Bagaimana denganmu?" Aku membalik pertanyaan.

"Masih sama seperti biasanya. Mengurus tambang keluarga, sesekali inspeksi wilayah atau menemani pangeran bermain catur." Jawabnya ringan.

Cih, menyenangkan sekali, aku sudah dibebankan misi tingkat S saat dia bermain catur.

"Benar juga, kamu teman bermain Pangeran sejak kecil kan?" Aku mengangkat cangkir teh.

Ia balas tersenyum. "Tidak juga. Kami bertemu di Akademi dan kebetulan juga berada di klub yang sama. Hanya keberuntungan aku bisa dekat dengannya." Balasnya lancar.

"Keberuntunganmu pasti hebat." Aku menanggapi seadanya. Mulai bosan dengan percakapan ini.

Ujung-ujungnua pasti bahas bisnis keluarga, pamer di balik kata-kata padahal Ayahnya yang masih handle semuanya. Dasar anak papi.

Aku kenal Carl, dia lulus setahun sebelum aku dengan nilai baik. Tepat di tahun ke sembilan. Lalu kabarnya dia mulai membantu mengurus wilayah dan tambang, tapi dua-duanya sebenarnya di kerjakan adik perempuannya.

Memang tidak ada bangsawan yang bisa di percaya.

DUA

Makan malam di ruang belajar, postur badan berantakan dengan salah satu alat makan jatuh ke bawah meja.

Seminggu aku sibuk mencari informasi tentang si All for One ini, hanya dapat sedikit. Dia pandai menyembunyikan jejak, meninggalkan sedikit jejak yang tidak akan bisa dia hapus.

Cavendish (Name) - BNHA Alternative UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang