lima

47 8 0
                                    

LIMA

Sejak bangun dari tidur 2 jam tadi, pikiranku kosong, seolah semua beban pergi dengan mimpi buruk yang menghantuiku.

Aku tidak mau peduli.

Tempat anggota LoV bersembunyi bukan tempat yang terlalu tersembunyi. Dari luar ini hanya mansion tua yang tidak berpenghuni, tapi sebenarnya bangunan ini pernah jadi milik All for One seratus tahun lalu.

Aku menatap pintu besi, mengeratkan rahang.

Lebih baik tidak melihat wajah mereka.

Aku mengaktifkan quirk es, membekukan tempat seluas 4 hektar itu dalam satu detik, ujung-ujung es lancip mencuat belasan meter menembus atap pabrik.

Aku mendongak menatap ke langit malam yang dihiasi ujung es yang tajam. Darah mengalir dari sana dengan beberapa tubuh menancap diatasnya.

Benar juga, kalau tidak salah Ayah mau aku mengambil quirk mereka kan?

Banyak mau.

Aku lompat mendarat di balkon lantai 2 dan mendorong pintu perlahan, langsung menggunakan dinding es untuk menghalau serangan dari depan.

Setan.

Aku memperhatikan sekitar. Sepertinya cuma Magnet dan Spinner yang mati dalam serangan pertama bersama orang-orang anggota Front Pembebasan Paranormal di lantai bawah. Aku tidak bisa mengambil quirk mereka.

Mataku beralih pada Oboro yang tengah melindungi Tenko di belakangnya.

Touya dan Himiko adalah orang yang menyerang bersamaan tadi saat aku membuka pintu.

Jantungku berdetak lebih cepat daripada dering telfon Ayah terdengar. Apa-apaan.

Rasanya seperti aku melihat anak-anak yang ketakutan.

Tenko terluka di belakang, bergumam tidak jelas dengan perut bagian kiri yang tertusuk es. Oboro masih baik-baik saja, sibuk menahan luka Tenko supaya tidak mengeluarkan darah lebih banyak.

Aku menutup mata mengernyit pusing.

Aku tidak apa-apa.

Aku kembali mengeluarkan peluru es, disusul dengan membuat ratusan pisau dengan quirk penciptaan, lurus mengarah pada Himiko. Gadis itu petarung jarak dekat yang bisa sangat merepotkan.

Sebagian besar es mencair saat Touya membakar mereka dengan api biru, namun benda tajam yang mengarah pada Himiko masih beruntun, walaupun banyak yang meleleh akibat panas api, setidaknya masih ada yang mengenai Himiko hingga membuatnya kesulitan bergerak.

Keningku mengkerut.

"Apa masalahmu, sialan?!"

Jangan ajak aku bicara.

Aku maju sambil menciptakan pedang di tangan, menebas tangan dominan milik Touya dalam sekali serang, lalu berputar menebas pinggang Himiko.

"Aaakkhh!!" Himiko menjerit kesakitan.

Oboro sepertinya akan menciptakan lubang cacing, jadi aku loncat menebas tubuh utamanya.

Aku tidak berharap ia akan terluka, tapi entah harus senang atau tidak, ada darah yang keluar.

Oboro menahan rasa sakitnya dengan baik, tapi kehilangan kesempatan membuka portal.

Aku menjilat bilah pedang yang berlumur darah 3 orang, lalu menyabetkannya ke udara untuk membersihkan sisa yang menempel.

Touya mengacungkan tangan di belakangku, aku mengabaikannya karena quirknya sudah ku ambil.

Aku melangkah melewati Oboro, menatap Tenko yang setengah sadar akibat luka yang terlalu besar di perutnya.

Cavendish (Name) - BNHA Alternative UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang