delapan

40 8 0
                                    

DELAPAN

Aku tidak tahu bagaimana caranya aku mengalahkan Flect Turn, pemimpin sekte sesat yang nganggep quirk itu penyakit sekaligus punya quirk cermin yang semakin aku menyerangnya, semakin kuat pula dia bisa membalikkan serangannya.

2 jam pertarungan yang tidak sia-sia. Aku tidak bisa menggerakkan tubuhku, harus mencapai ruang kendali untuk menonaktifkan bom anti-quirk yang disebarkan keseluruh dunia.

Tapi aku tidak bisa bergerak.

Cahaya putar juga keluar dari tubuhku, tanda quirk ilusi ku tidak bisa di pertahankan.

Ini semua karena misi Ayah yang tiba-tiba. Aku jadi harus memaksa Pro-hero yang jadi pendamping magangku ikut Endeavour.

"(Name)?"

Aku bahkan tidak bisa menoleh, menyedihkan. Ini lebih parah dari kelelahan akibat penyiksaan Ayah tempo hari.

"...toshi..." Ucapku serak. "Ruang kendali---uh..."

Pemilik rambut ungu itu muncul dalam pengelihatanku, mengernyit bingung, bolak-balik menatap antara aku dan Flect Turn.

Ia menahan kepalaku lebihyinggi dari badan, meringis melihat luka ku. Kurasa itu tidak terlalu parah, aku hanya kelelahan.

"Cepat..." Aku menggenggam kerah bajunya, menatapnya serius. "Bomnya..."

Hitoshi menggeleng ngeri. "Kamu masih bisa bicara? Aku tidak paham cara mematikannya."

Aku tertawa hampa. "Ya.."

Hitoshi memapahku dan mendorong pintu besar penghubung ruangan. Dia memperlakukanku terlalu hati-hati, memastikanku duduk tanpa menekan tulang rusukku yang patah dan mencuat keluar perut.

Aku berusaha menata nafas sambil memberi petunjuk, Hitoshi yang mengerjakan.

Kepalaku pusing sekali, aku tidak bisa bertahan.

"Sial, (Name). Tunggu sebentar, tetap sadar." Setelah Hitoshi menekan tombol terakhir, ia berbalik, tertegun.

Aku terengah-engah, balas menatapnya bingung. "...toshi?..."

Ah... Suaraku berbeda.

Quirk ilusinya sudah tidak bisa bertahan ya?

"(Name)?" Ia menatapku bingung.

Aku menutup mata berusaha menahan mual, rambut panjangku jatuh ke bahu, benar-benar mengganggu.

"Tolong... Bawa aku pergi dulu..." Ucapku susah payah.

Ia tersadar, sangat pelan berusaha tidak menyentuh luka yang terlihat dan menggendongku.

Aku tidak protes caranya mengangkatku, sibuk mengendalikan nafas dan berusaha tetap sadar.

Melirik mayat Flect Turn dan para pengikutnya, aku sedikit bersyukur sempat mengambil quirknya sebelum dia mati.

Hitoshi berkeringat dingin, darahku membasahi pakaiannya, membuatku tersenyum tipis.

Kapan terakhir kali orang menggendongku dan memperlihatkan raut seperti ini?

Ah, belum lama. Izuku juga melakukan hal serupa.

"Kamu bisa membawa mobil?" Ucapku sambil bergurau.

Hitoshi tidak menjawab, berputar dan duduk di kursi kemudi, menurunkan rem dan mulai mengemudi perlahan, jalanannya buruk, jadi dia berusaha tidak membebani luka ku.

Aku menghela nafas, menunduk menyentuh tulangku yang mencuat dari perut. Kurasa kakiku juga patah, tapi aku tidak bisa melihatnya dari sini. Tangan kiriku mati rasa.

Cavendish (Name) - BNHA Alternative UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang