4

102 15 1
                                    


Sepertinya gengsi sudah menjadi sifat alami semua wanita. Jangankan mengajak seseorang untuk menikah, mau chat duluan saja pasti mikirnya ribuan kali.

Eunha menghela napas pelan. Dengan perlahan ia berjalan memasuki kawasan belakang rumah Jungkook melalui pintu penghubung antar halaman kedua rumah itu.

Jadi, sewaktu mereka masih kecil, Eunha dan Jungkook merengek meminta kepada papa nya Jungkook untuk membuat pintu penghubung dibelakang rumah. Agar mereka tidak perlu lagi keluar pagar hanya untuk pergi ke rumah satu sama lain. Pada intinya ini memudahkan keduanya untuk bertemu.

Eunha berjalan semakin lambat kala melihat sosok Jungkook yang duduk di ayunan kayu. Ada rasa untuk mundur dan kembali ke rumahnya. Tapi, setelahnya Eunha menggeleng pelan. Ia benar-benar harus melupakan gengsinya kali ini. Ini menyangkut hidupnya dimasa depan, dan itu lebih penting daripada gengsi dan harga dirinya.

"Kenapa bengong? Ayo duduk sini!"kata Jungkook saat menyadari ada Eunha didekatnya. Eunha menurut aja.

Hening.

Keduanya sama-sama diam seperti patung. Bahkan Eunha sempat menahan napasnya sesaat. Padahal biasanya mereka tidak merasa canggung satu sama lain. Setiap bertemu saja hanya ejekan dan makian yang mereka lontarkan. Tapi kali ini, tidak ada makian ataupun ejekan yang keluar dari bibir mereka.

Gimana nih cara ngomongnya? Eunha meremas tangannya. Ia melirik Jungkook yang hanya memandang lurus ke depan dengan raut muka seperti biasa, menyebalkan.

"Ayo nikah."

Eunha melotot menatap Jungkook. Tunggu! Apa tadi?

Jungkook berdecak kesal melihat Eunha yang cuma planga plongo kek orang bodoh.

"Dari pada menikah sama Tzuyu atau anak-anak teman mama, keknya mending nikah sama lo. Setidaknya gue udah terbiasa menghadapi kerempongan lo." Jungkook menggeser badannya agar berhadapan dengan Eunha. Pria itu menatap Eunha dengan malas.

Eunha? Tentu aja kesal. Gimana gak kesal, muka Jungkook nyebelin bangat. Pengen Eunha cakar aja mukanya.

"Bisa gak sih, lo kalau ngajak nikah baik-baik. Ini lo ngajak nikah berasa ngajak berantam." Eunha memukul lengan Jungkook dengan brutal. Dia udah frustasi bangat sama masalah perjodohan terus sekarang ngadapin tingkah Jungkook yang nyebelin bangat. Ini kalau gak ingat dia butuh Jungkook, udah dari tadi mungkin dia tantrum disini sambil jambak rambut sahabatnya ini.

"Ini kita belum nikah aja, lo udah kdrt. Gimana pas nikah nanti?" Jungkook geleng-geleng kepala. Tangannya bergerak meraih tangan Eunha. Tapi langsung ditepis sama wanita itu. Jungkook memutar bola matanya malas.

"Gak usah pegang-pegang! Belum juga nikah udah main pegang aja!"kata Eunha. Jungkook mendengus. Lalu mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Sebuah cincin.

Jungkook meriah tangan Eunha dan meletakkan cicin itu di telapak tangannya Eunha. Eunha natap Jungkook bingung.

"Apaan nih?"tanya Eunha. Mukanya kelihatan gak suka padahal dalam hati pengen teriak. Soalnya jarang bangat Jungkook so sweet sama dia.

"Kalung! Ya menurut lo aja, ini apa?"

Bugh!

Renyah bangat suara pukulan Eunha dikepala Jungkook. Pria itu berdecak kesal.

"Gue tau ini cincin! Ya, tapi buat apa?!" Mukanya Eunha mulai merah. Gak tau dah, merah karena marah atau karena malu.

"Ya lo pake lah! Masa buat Lo makan. Ya kali!" Eunha memutar bola matanya malas. Tapi tangannya tetap bergerak untuk memakai cincin pemberian Jungkook.

Amour || [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang