Selamat membaca guys🥰
°
°
°Jiho menggigit bibirnya menahan rasa sakit yang terus menyerang. Huh! Sepertinya itu datang lagi.
Jiho mengambil ponselnya menekan salah satu nomor untuk ditelepon.
"Rin, kamu masih diluar kan?"tanya Jiho dengan kening mengkerut yang telah dipenuhi peluh keringat.
"Minta tolong beliin saya obat pereda nyeri."lanjutnya sembari memegang perutnya yang semakin keram.
"...."
"Udah ada kok. Beliin obat aja. Jangan sampai ada yang tahu kalau itu untuk saya." Setelah mengatakan itu, Jiho langsung mematikan panggilannya tanpa menunggu jawaban diseberang sana.
Ya tuhan!
Jiho menghela napas pelan dan duduk dengan tenang di kursinya. Ini salah satu cara agar perutnya tidak semakin sakit.
Sebenarnya sakit perut ini sering terjadi 3 atau 4 bulan sekali. Dan ini adalah hal yang biasa.
Jiho menarik napas pelan lalu ia hembuskan perlahan. Tapi, itu gak buat rasa sakitnya berkurang sama sekali, malahan sekarang Jiho ngerasa perutnya makin sakit kek ada orang yang lagi tusuk-tusuk organ yang ada di perutnya.
Gue gak sanggup!
Jiho menggigit bibirnya lagi bahkan sampai berdarah saking gak kuatnya sama rasa sakit yang dia derita.
Untungnya, gak lama setelah itu Arin datang dengan membawa plastik putih berisi obat. Gak cuma obat yang wanita muda itu bawa, tetapi juga Jaehyun.
Jiho hanya bisa mendengus melihatnya.
Arin tersenyum tak enak, "maaf mbak, aku gak tahu kalau Pak Jaehyun malah ikutan kesini tadi."
Jiho tak menjawab. Tangannya bergerak menerima obat yang Arin berikan.
"Kita ke rumah sakit sekarang." Jaehyun mendekat ke arah Jiho menggantikan posisi Arin. Pria itu natap Jiho dengan tatapan khawatir.
Jiho menggeleng, "Gak perlu."
"Gak usah ngeyel Ji, kita ke rumah sakit--"
"Gak usah...." Jiho meringis pelan. Setiap ada kata yang keluar dari mulutnya, rasa sakit di perutnya semakin menyiksa.
Jaehyun menghela napas, "Ya udah kalau gak mau ke rumah sakit, kita ke pulang aja."
"Gak usah--"
"Kalau ada yang tanya Jiho sama saya kemana bilang aja izin pulang karena ada urusan mendadak."ucap Jaehyun pada Arin yang langsung mengangguk cepat.
"Untuk pak Johny nanti saya sendiri yang izin." Setelah itu Jaehyun langsung bergerak menggendong Jiho, yang udah terkulai lemas dengan muka pucat nya, ala bridal style.
Arin mengekori keduanya dengan membawa serta tas milik Jiho.
°
°
°Eunha berdehem pelan. Ia mengalungkan tangannya pada leher Jungkook ketika pria itu kembali menggendongnya.
"Sakit perut gak?"tanya Jungkook. Eunha menggeleng pelan. Matanya terus menatap kearah lain.
"Pembalut masih ada kan? Lo taruh dimana?" Jungkook bertanya lagi.
Eunha berdehem pelan, "Di laci bawah meja rias gue keknya."
Jungkook mendudukkan Eunha diatas closet. Lalu balik lagi ke kamar buat ambil pembalut.
"Tinggal 1, nih, nanti agak siangan gue beliin lagi. Sekalian beli jamu."ucap Jungkook sembari mendekat kearah Eunha.
Eunha menerima pembalut beserta celana ganti yang diberikan Jungkook. Tolong bangat ini tangannya Eunha agak bergetar pas ngambilnya. Sedangkan Jungkook kelihatan santai bangat kek gak da beban. Padahal Eunha udah mau pingsan karena malu.
"Ya udah makasih."kata Eunha pelan, tapi masih bisa didengar Jungkook.
Jungkook mengangguk pelan, "Lo perlu bantuan--"
"Enggak! Lo tunggu diluar aja, nanti kalau udah selesai gue panggil."kata Eunha cepat.
Dengar itu tanpa basa-basi Jungkook langsung keluar. Jujur, sebenarnya Jungkook juga malu. Dia emang sering bangat disuruh kakak-kakaknya buat beli pembalut tapi kalau bantuin cewek buat ganti pembalut ya belum pernah.
Disisi lain, Eunha merasa kesusahan buat berdiri ganti celana. Kakinya kerasa sakit kek ada jarum yang tusuk-tusuk pergelangan kakinya. Tapi daripada minta bantuan Jungkook mending dia ngerasa sakit aja sih daripada menanggung malu seumur hidup.
Setelah berusaha cukup lama, Eunha akhirnya selesai juga dengan aktivitasnya. Wanita itu langsung berteriak manggil Jungkook.
"Ambilin tisu basah gue belum cucu tangan."pinta Eunha yang langsung dituruti Jungkook.
Setelah beres, Jungkook balik lagi menggendong tubuh Eunha membawanya ke kamar. Ia mendudukkan Eunhae di kursi. Lalu masuk kembali ke toilet dan mengambil celana kotor Eunha tadi.
Eunha melotot melihat Jungkook keluar dengan memegang celananya yang terdapat noda darah.
"Lo ngapain...?"tanya Eunha.
"Mau nyuci."jawab Jungkook tanpa melihat Eunha. Pria itu sibuk mengganti seprei yang juga terdapat noda darah dengan seprei baru. Diam-diam Eunha memperhatikan pergerakannya dengan seksama. Wanita itu tersenyum kecil dengan rona merah menghiasi pipi chubby nya.
"Biar bibi aja yang cuci. Lagian lo gak merasa malu cuci pakaian yang ada darah haidnya itu...."
Jungkook menghela napas, "Walaupun Bibi itu ART tapi kan dia tetap lebih tua dari lo, jadi bakalan berdosa bangat lo nyuruh dia cuci pakaian bekas darah haid begini. Dan juga gue gak malu buat cuci pakaian istri gue sendiri."jelas Jungkook. Sesaat mendengar penjelasan pria itu, Eunha membeku ditempat. Sekarang bukan cuma pipinya yang terasa hangat, tapi hatinya juga. Wanita itu menunduk menyembunyikan senyum lebarnya.
"Jangan senyum doang, bilang kek makasih paksu yang tercinta."lanjut Jungkook dengan senyum menggoda dan satu alisnya yang naik turun. Eunha langsung mendelik sinis.
"Makasih..."
"...seobangnim."
***
JANGAN LUPA VOTE!!!
Jangan lupa juga comment guys!!!
LOVE YOU YANG UDAH VOTE DAN COMMENT🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
Amour || [On Going]
RomanceSudah menjadi rahasia umum bahwa orang Indonesia sangat suka mencampuri urusan orang lain. Terutama dalam hal menikah dan mencari pasangan. Dalam budaya kita wanita yang sudah memasuki kepala dua sudah seharusnya memiliki pasangan setidaknya pacar...