Selamat membaca!
Jangan lupa kasi bintang 🌟
Sabtu ini Eunha gak ada kegiatan sama sekali. Walaupun pengangguran, biasanya Sabtu dan Minggu dia jalan sama Gyuri juga Jiho. Tapi kali ini kedua sahabatnya itu sibuk sama urusan masing-masing. Terutama Jiho yang lagi nginap di rumah orang tuanya yang jaraknya emang lumayan jauh dari rumahnya ini.
"Mama mau kemana?"tanya Eunha saat melihat mertuanya udah rapi mana pakai hijab lagi.
"Mau ke kajian. Kamu gak apa-apa kan di rumah aja? Tenang kamu gak sendirian ada bibi kok." Chorong tersenyum sambil mengusap rambut dan perut Eunha secara bergantian.
Eunha berpikir sejenak.
"Boleh gak aku ikut mama?"tanya Eunha. Chorong langsung tersenyum lebar.
"Wah! Boleh bangat dong! Mama tadinya mau ajak kamu, tapi gak jadi soalnya bunda kamu sering bilang kalau kamu gak suka ikut kajian."jelas Chorong. Eunha langsung salah tingkah dibuatnya. Emang benar sih Eunha paling malas diajak ikut kajian soalnya ditanyain Mulu kapan nikah sama ibu-ibu. Tapi karena sekarang Eunha udah nikah otomatis mereka gak bakal tanya-tanya lagi dong.
"Ya udah, aku siap-siap dulu ya. Mama gak apa-apa kan nungguin aku?" Chorong mengangguk senyum yang tak pernah luntur.
"Jangan lari-lari, nak!"teriak Chorong kala melihat Eunha berlari secepat kilat menuju anak tangga. Wanita yang katanya hamil itu langsung cengar-cengir dan berjalan pelan.
Sekitar 20 menit lamanya, Eunha akhirnya selesai berpakaian. Ia menggunakan gamis hitam dengan renda putih ditangan dan di pinggang bajunya lalu dipadukan dengan hijab putih yang membuat wanita yang hampir kepala 3 itu terlihat seperti anak SMA.
Secepat kilat Eunha berlari keluar kamar, ia tak mau membuat mertuanya menunggu terlalu lama. Namun, baru beberapa langkah menuruni anak tangga, ia tak sengaja menginjak ujung gamisnya dan membuat tubuhnya limbung.
"Akh!!!"teriak Eunha sebelum tubuhnya terguling-guling sampai dianak tangga terakhir.
"Eunha!"
Chorong segera menghampiri Eunha yang terkapar dilantai yang dingin. Bibi yang tadinya sibuk di dapur langsung menghampiri asal suara.
"Cepat telepon ambulance!"pekik Chorong pada Bibi. Wanita paruh baya yang lebih tua dari majikannya itu segera menelpon ambulans dari puskesmas terdekat.
Air mata Chorong mengalir begitu deras kala menyadari sisi kanan hijab putih yang dipakai menantunya berubah menjadi merah. Wanita itu membuka tas selempangnya dan mengambil handphone guna menelpon Jungkook dan orang tuanya Eunha.
Nomor yang anda tuju sedang diluar jangkauan, cobalah untuk...
"Angkat dong, nak...."gumamnya dengan raut panik. Ia kembali menelpon putranya namun sama saja.
Setelah itu ia memutuskan untuk menelpon Jesica.
"Halo, mbak Jes, Eunha jatuh dari tangga dan sekarang aku mau bawa Eunha ke rumah sakit."
"Jatuh dari tangga? Bayinya gimana? Aduh! Mana aku lagi diluar! Dan lokasi aku saat ini lagi jauh dari rumah."
"Nanti aku jelasin mbak, sekarang aku mau bawa Eunha ke rumah sakit." Chorong langsung mematikan sambungan teleponnya karena mobil ambulance sudah sampai.
°°°
Setelah mendapat kabar kalau Eunha jatuh dari tangga, Jungkook dengan cepat mengambil izin untuk pulang lebih awal. Rasa khawatir mengelilingi dirinya. Ia khawatir sekali dengan Eunha terlebih lagi saat mamanya menelpon, wanita yang melahirkannya itu terus menangis. Jungkook yakin jika mamanya sudah menangis seperti itu berarti keadaan Eunha memang parah.
Saat sampai di rumah sakit tanpa basa-basi Jungkook langsung menuju ruangan rawat inap yang ditempati oleh Eunha.
"Gimana keadaan Eunha, ma?"tanya Jungkook saat melihat mamanya yang duduk di luar ruangan istrinya.
Chorong menepuk pundak Jungkook, "Eunha baik-baik aja, cuma tulang pergelangan kakinya retak. Mama bersyukur bangat karena gak ada luka dalam. Mama sempat takut tadi karena kepalanya sempat terbentur di tangga. Tapi ternyata gak apa-apa." Penjelasan Chorong membuat rasa khawatir Jungkook sedikit hilang.
"Ya udah ma, ayo masuk."ajak Jungkook tapi langsung dihentikan oleh Chorong.
"Kenapa lagi, ma?"
"Berapa banyak kebohongan yang kalian buat? Kenapa kamu gak jujur aja kalau Eunha gak hamil? Setidaknya kalau kalian gak bisa cerita ke orang lain, kalian bisa cerita ke mama. Mama gak pernah mempermasalahkan apapun. Mama selalu mendukung pilihan kamu selagi itu bukan hal yang negatif. Tapi...." Chorong menatap Jungkook dengan tatapan kecewa.
"Mbak Jesica udah tahu, nak. Silahkan masuk dan jelaskan semua. Mama mau pulang dulu, nanti di rumah kita bicara lagi."pamitnya pada Jungkook. Jungkook mau menahan mamanya dan menjelaskan semuanya tapi ia urungkan. Sekarang yang harus ia hadapi terlebih dahulu adalah ibu mertuanya.
Merepotkan!
°
°
°
Saat membuka pintu ruangan pemandangan yang Jungkook lihat pertama kali adalah Eunha yang sedang tertunduk dalam diam dan ibu mertuanya yang terus mengomel.
Bunda melirik ke arah pintu masuk saat merasa ada seseorang. Tatapannya berubah semakin tajam kala melihat Jungkook. Jungkook menghela napas pelan, tangannya bergerak menutup pintu sebelum mendekati kedua wanita yang beda usia itu.
"Saya pikir kamu adalah pria yang memiliki prinsip dan selalu mengutamakan logika, namun ternyata saya salah! Seharusnya kamu yang waras bisa mencegah anak saya melakukan hal bodoh ini!" Jesica menatap pasutri itu dengan amarah. Ibaratnya didunia komik mungkin laser merah yang panas keluar dari mata ibu satu anak itu.
Jujur saja Jesica masih tak habis pikir dengan kelakuan anak dan menantunya ini.
"Maaf, bun.... Ini semua salah Jungkook, anak bunda gak tau apa-apa."jelas Jungkook dengan nada menyesal.
Jesica berdecak kesal, "Udah, diam!Mulai sekarang kalian tinggal di rumah bunda. Sudah cukup kalian bersenang-senang hidup dengan Chorong yang selalu membebaskan kalian berbuat sesuka hati."
"Sebentar barang-barang kalian akan bunda pindahkan ke rumah."ucap Bunda membuat Eunha dan Jungkook panik.
"Tapi, bun--"
"Gak ada tapi tapian! Mulai sekarang bunda yang akan mengawasi kalian. Bunda akan pastikan kalian tidak akan melakukan tindakan bodoh seperti ini lagi kedepannya. Kalian benar-benar memalukan." Jesica berdecak sebelum memutuskan untuk meninggalkan kamar inap tersebut.
Setelah kepergian wanita yang dikandungnya, baju Eunha sontak merosot. Ia menghela napas memikirkan kehidupan damainya di rumah Jungkook akan berakhir, digantikan dengan kehidupan bak di pelatihan militer yang ada di rumahnya.
"Udah makan?"tanya Jungkook sembari memperhatikan kaki Eunha di gips.
Eunha mengangguk pelan. Jungkook menghela napas. Melihat keadaan Eunha dengan kaki yang di gips tentu saja akan membawa 'kerepotan' bagi Jungkook.
"Maaf... gara-gara gue, lo kena marah lagi."kata Eunha sambil natap Jungkook dengan mata berkaca-kaca. Jungkook mengusap pipi chubby milik istrinya itu. Lalu mendorong bahu Eunha untuk segera berbaring.
"Waktunya istirahat." Jungkook menaikkan selimut sampai dada istrinya. Tangannya terulur untuk merapikan rambut Eunha lalu memberikan satu ciuman panjang di kening wanita itu.
Eunha berdehem pelan untuk menghilangkan perasaan canggungnya. Jantungnya berdetak sedikit lebih cepat karena perlakuan Jungkook namun semuanya tak bertahan lama setelah mendengar ucapan Jungkook selanjutnya.
"Cepat sembuh biar gak ngerepotin gue."
Eunha langsung cemberut dan mencubit lengan Jungkook. Pria itu tertawa pelan melihat muka masam Eunha.
***
JANGAN LUPA VOTE!!!
LOVE YOU YANG UDAH VOTE🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
Amour || [On Going]
RomanceSudah menjadi rahasia umum bahwa orang Indonesia sangat suka mencampuri urusan orang lain. Terutama dalam hal menikah dan mencari pasangan. Dalam budaya kita wanita yang sudah memasuki kepala dua sudah seharusnya memiliki pasangan setidaknya pacar...