9

59 9 1
                                    

Eunha, Jiho dan Gyuri lagi ngumpul di rumahnya Gyuri. Tadinya mau ngumpul di cafe tapi gak jadi karena Gyuri malas keluar. Katanya sih cape seharian beresin rumah. Padahal aslinya yang beresin rumah bibi, Gyuri bagian leha-lehanya.

"Oh, iya. Gue lupa kasi tahu sesuatu ke kalian."kata Gyuri sambil menyodorkan kotak hitam.

Jiho mengambil benda itu lalu membukanya. Eunha melotot menatap benda panjang dan tipis. Jiho juga kelihatan kaget.

Testpack. Garisnya dua.

"Benaran ini?!"tanya Eunha untuk memastikan. Gyuri mengangguk sambil tersenyum. Eunha kembali berteriak sembari mendekat, memeluk sahabatnya itu.

"Alhamdulillah. Udah berapa minggu?"tanya Jiho setelah menyimpan kembali testpack tersebut. Ia memeluk singkat Gyuri.

"Jalan 4 minggu, Ji."

"Younghoon udah tahu?" Gyuri mengangguk lagi.

"Udah. Malahan yang periksa ke dokter tuh awalnya Younghoon. Soalnya dia mual-mual terus setiap pagi. Kirain masuk angin, eh, tahunya gue hamil." Gyuri terkekeh pelan. Eunha dan Jiho ikutan tertawa.

"Aduh! Gak sabar ketemu ponakan gue."kata Eunha sambil ngelus perut Gyuri.

Gyuri tertawa terus balik ngelus perut Eunha ngebuat kedua sahabatnya bingung.

"Ngapain ngelus perut gue?"tanya Eunha.

"Loh? Kan Lo juga lagi hamil."kata Gyuri santai. Eunha langsung melotot. Jiho tertawa terbahak-bahak lalu menunjukkan telapak tangannya ke arah Gyuri. Dibalas oleh Gyuri dengan menyatukan kedua tangan mereka. Keduanya ber'tos' ria dengan tawa yang masih terdengar ditelinga Eunha.

"Ih! Gue kan cuma bohongan! Gak hamil benaran!" Eunha merengek dengan wajah kesal.

Jiho menggeleng pelan, "Sampai kapan drama kehamilan lo dipertahankan? Kata gue mending secepatnya buat yang asli."

Gyuri bertepuk tangan, "Setuju! Mending buat yang asli. Biar nanti pas lahiran gak jauh-jauh amat waktunya sama yang diperkirakan para orang tua kalian."

Eunha mendadak lesu. Ia bingung juga sebenarnya. Jika ia tidak hamil benaran maka akan ketahuan jika ia selama ini berbohong. Tapi jika ia memilih untuk hamil benaran, jujur saja ia belum siap. Terlebih lagi Jungkook dan dirinya tidak memiliki perasaan sama sekali. Yah... walaupun Jungkook bilang tidak apa-apa tapi tetap saja Eunha tidak bisa melakukan hal itu tanpa perasaan. Eunha takut anaknya terlahir bukan karena cinta tapi hanya karena untuk menutupi kebohongannya.

Jiho mengelus rambut Eunha. Perasaan bersalah menghampiri dirinya setelah melihat wajah lesu Eunha. Jiho tahu bangat Eunha pasti stres mikirin kehamilan pura-pura nya.

"Gue tuh sebenarnya mau pura-pura keguguran tapi masalahnya gak ada dokter yang gue kenal. Mana keluarganya Jungkook kebanyakan dokter entar kalo tiba-tiba mereka mau periksa keadaan gue gimana? Mana Jungkook gak mau bantuin gue lagi ! Gak berguna emang dia tuh!"gerutu Eunha.

"Mana mamanya tuh selalu bikin gue panik."lanjutnya.

"Bikin panik gimana?"tanya Gyuri sambil senderan disisi sofa.

Fyi! Ketiganya memang duduk melantai sambil makan pizza tapi pizza-nya udah habis sejak tadi dan sekarang tinggal kotaknya.

"Mama tuh kadang suka tiba-tiba pengen ikut pas gue periksa kandungan. Bahkan pas awal nikah sempat ngomong biar tantenya Jungkook aja yang jadi dokter kandungan gue. Untung gue beralasan kalau gue udah punya dokter sendiri. Gak cuma itu aja. Kakak-kakak ipar gue juga gak kalah nyusahin. Mereka kadang suka tiba-tiba ngasi gue wejangan tentang apa aja yang harus dihindari sama ibu hamil." Eunha menghela napas.

Jiho sama Gyuri saling melempar tatapan. Keduanya juga agak bingung mau ngasi solusi kek gimana.

"Berarti cuma ada dua jalan keluar. Pertama, tentu saja lo harus hamil benaran. Kedua, lo ngaku aja kalau lo bohong. Cuma itu pilihan lo."ucap Jiho membuat Eunha semakin lesu.

Gyuri menepuk bahu Eunha, "Lo tinggal diskusiin ini sama Jungkook. Gue yakin dia pasti bakal bantuin lo."

°°°

Sejak pulang dari rumahnya Gyuri, Eunha lebih banyak diam. Bahkan pas makan malam, dia cuma makan dikit aja. Hal ini buat keluarganya Jungkook lumayan khawatir sama 'kehamilan' Eunha. Gak tahu aja mereka kalau Eunha gak hamil.

Udah sekitar 1 jam Eunha duduk diam di kasurnya. Ia melihat jam yang ada dilayar hpnya sudah jam 11.

"Udah jam segini, tapi Jungkook belum pulang...."gumamnya dengan muka lesu.

Akhir-akhir ini, Jungkook lebih sering berada di luar karena pekerjaannya. Bekerja sebagai arsitek memang membuat Jungkook kadang lebih banyak di rumah tapi sekalinya keluar pasti lama bangat pulangnya. Bahkan kadangkala kalau ada job di luar kota, perginya bisa sampai berbulan-bulan atau bahkan tahunan juga.

Selang berapa lama, Jungkook pulang dan langsung disambut Eunha dengan beberapa pertanyaan.

"Lo udah makan?"

Jungkook menggeleng sambil melepas jaket hitamnya. Eunha dengan sigap mengambil jaket pria itu yang tentu saja menimbulkan perasaan bingung dari sang suami.

"Ya udah, ayo makan."

Eunha berjalan menuju dapur diikuti oleh Jungkook. Dengan cekatan Eunha menyiapkan makanan dimeja makan. Jungkook menatap dengan seksama.

"Selamat makan!"pekik Eunha dengan semangat. Jungkook gak ambil pusing lagi ia langsung makan.

"Nanti habis makan, gue mau ngomong."kata Eunha.

"Ngomong sekarang aja." Jungkook meliriknya sekilas lalu melanjutkan aktivitas makannya.

"Nanti aja, entar lo malah keselek lagi."

Jungkook menelan makanannya, tatapannya berubah menjadi tatapan penuh selidik.

"Lo buat masalah apa lagi?"

Eunha mendengus, "Ck! Gue gak buat masalah, kok!"

"Ya terus apa? Lo kan kalau udah kek gini berarti ada aja kelakuan aneh yang lo buat."jawab Jungkook, membuat Eunha kembali mendengus.

"Yakin mau dengar sekarang?"tanya Eunha. Jungkook mengangguk mantap sebagai jawaban.

"Itu...gue...." Mata Eunha menatap kesana kemari dengan gelisah.

Jungkook berdecak pelan, "Udah cepatan ngomong!"

"Tapi... lo jangan marah, ya?"

"Kalau itu tergantung, sih."balas Jungkook.

"Kalau gitu gak jadi,deh."

"Gak bakal gue marah. Lo ngaku udah hamil sampai gue digebuk keluarga kita aja, gue gak marah, tuh."ucap Jungkook.

Eunha terdiam sejenak setelah mendengar ucapan pria dihadapannya ini. Jungkook benar. Bahkan selama ini Eunha banyak nyusahin dia tapi pria itu gak pernah marah sekalipun. Paling mengomel sih. Kalau marah bangat itu gak pernah.

"Gue mau beneran..."

















...hamil."




















"Lo benaran sakit jiwa ternyata...."







***

JANGAN LUPA VOTE!!!

POKOKNYA HARUS VOTE YA! TINGGAL TEKAN KOK. GAK BAKAL BIKIN KALIAN CAPEK.

LOVE YOU YANG UDAH VOTE🥰

Amour || [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang