Pham Hanni atau bisa dipanggil dengan Hanni. Seorang anak tunggal dari keluarga yang cukup dipandang tinggi oleh orang-orang di sekitar mereka.
Malam ini, gadis berusia 21 tahun tersebut sedang di menyetir pulang mobilnya menuju ke tempat yang ia tempati sejak kecil.
Hanni baru saja bermain dengan teman-temannya karena hari ini adalah hari Minggu dimana itu hari libur. Mereka melepaskan stress mereka dari skripsi kuliah yang begitu berat dan membakar otaknya.
Dia sampai di rumahnya, memakirkan mobilnya di garasi sebelum berjalan ke pintu depan dan membuka pintu rumahnya, "adek pulang!"
Tidak lupa untuk kembali menutup pintu. Namun tidak lama lagi ia disambut oleh suara seseorang.
"Ayo sini makan dek, ada yang mau Papa sama Mama omongin." Pinta Tuan Pham di meja makan dengan nada sedikit serius, membuat Hanni kebingungan.
Tapi Hanni tidak memedulikan itu dan bergabung dengan kedua orang tuanya di meja makan karena dia juga cukup lapar setelah berpergian keluar bersama temannya.
"Wihh, Mama masakin makanan favorit adek" seru Hanni dengan gembira melihat makanan kesukaannya tersusun rapi di atas meja makan.
"Mama lagi mood, jadi masakin makanan favorit kamu" balas sang Mama membuat Hanni tertawa kecil.
Akhirnya keluarga kecil itu memulai acara makan malam mereka sambil mengobrol hal kecil, sebelum ke tujuan utama Tuan Pham.
"Jadi gini dek, perusahaan Papa sekarang kondisinya lagi ga stabil dan kemungkinan aja bakal bangkrut kedepannya," jelas Tuan Pham sebelum melanjutkan kalimatnya.
"Tapi ada satu temen Papa yang nyaranin bakal bantu perusahaan Papa naik lagi."
"Terus gimana? Papa terima?" Tanya Hanni penasaran.
"Papa terima, tapi ada satu syarat dan kamu harus nerima itu." Ucap Tuan Pham kini semakin serius, bahkan ruang makan pun suasananya tiba-tiba berubah total.
Hanni seketika menjadi ragu. Ia harus menerimanya? Maksud apa yang diucapkan oleh sang Papa?
"Syaratnya...kamu harus nikah sama anak temen Papa."
Deg,
Hanni merasa seperti detak jantungnya berhenti berdetak. Bahkan ia mematung, tidak bergerak sama sekali untuk melanjutkan makan makanan di hadapannya.
"Pa? Jangan bercanda sama adek kaya gini deh." Hanni tertawa sarkas dan kembali melanjutkan makannya.
"Papa ga bercanda, dek." Ucap Nyonya Pham pada sang anak.
"Bener yang dikatain Mama kamu. Papa ga bercanda, ini serius. Kalian bakal tunangan nanti Lusa" Sambung Tuan Pham tanpa nada yang berbohong.
"Mama Papa tau kan adek masih kuliah? Adek mau ngejar mimpi adek yang belom tercapai. Terus Mama sama Papa tiba-tiba ngejodohin adek kaya gini?" Lirih Hanni kesal sekaligus sedih.
"Maafin Papa dek. Tapi kamu harus terima itu."
"Lagian anak temen Papa cakep juga kok. Papa yakin kamu gabakal nolak kalo liat fotonya" lanjut Tuan Pham membuat Hanni memutar bola matanya malas.
"Hanni ga peduli orangnya cakep atau ga. Tapi adek masalahin masa depan adek!"
"Masa depan apa yang kamu khawatirin? Hidup kamu bakal terjamin aman tentram sama dia."
"Pokoknya adek gamau nerima perjodohan ini." Potong Hanni cepat.
Dia bangkit dari duduknya tanpa menghabiskan makan malamnya dan berjalan pergi dari ruang makan ke lantai dua untuk masuk ke kamarnya dan menutup pintu dibelakangnya dengan keras.
Meninggalkan kedua orang tuanya yang masih di ruang makan dengan perasaan Tuan Pham gelisah.
"Tenang aja Pa, mungkin dia lagi butuh waktu buat proses apa yang terjadi." Jelas Nyonya Pham untuk membuat suaminya tenang.
Pria yang sudah berumur kepala empat tersebut hanya mengangguk kecil, "iya, yang pasti kita gaboleh perusahan kita bangkrut."
Terkejut, kesal, sedih, rasa itulah yang Hanni alami saat ini. Hanni mendudukkan dirinya di pinggir kasur miliknya dengan amarah yang menguasai dirinya.
"Ga nyangka gua bakal dijodohin begini." Hanni mengerang kesal.
Sebenarnya Hanni sudah berkata bahwa dia ingin menolak. Namun Tuan Pham berkata jika dia menolak hal tersebut, perusahaan keluarganya akan bangkrut kedepannya seperti yang dikatakan sebelumnya oleh Tuan Pham.
"Lagian siapa sih yang anak temen Papa sampe Papa kepincut banget? Penasaran..."
"Eh, ngapain penasaran lo Han sama penghancur masa depan lu." Hanni menggelengkan kepalanya untuk menghilangkan pikiran itu.
Akhirnya untuk penghilang rasa stressnya, dia mengambil ponsel miliknya dan membukanya lalu masuk ke aplikasi pesan.
CeKul (cewek-cewek kull)Hanni
Guys
Plis bantu gua hilangin stressHaerin
HahHanni
Hah hoh hah hoh
Yg bener ihHaewon
Stress apaansih Han
Org kita baru happy-happy tadi soreHaerin
Tau tuh
Masih mau main keluar sampe subuh kaliHanni
Makanya dengerin duluHaewon
Tapi kan ini di ketikkan cukHanni
Kayaknya gua tambah stress dah ngechat ama kalianHaewon
Lah bener kan?Hanni
Ya pokoknya gini
Gua sekarang mau dijodohinHaerin
Shock dikit, SISANYA SHOCK BERATHaewon
SUMPAH???Hanni
Ngapain gua boong soal beginian
Gua jg udh pasrah sm nasib guaHaewon
Gila, kalo gua sih seneng ya lu kaga jomblo lagiHaerin
2222
Malahan enak jir langsung nikah tanpa nyari pacarHanni
Enak palalu Rin
Sini gua cariin org buat nikahin luHaerin
Ga makasih
Udh nyaman sm DanielleHaewon
Hilih bucin bgt ni kucing garongHanni lebih baik menutup kembali ponselnya. Sepertinya takkan berguna jika mencari saran dari kedua temannya itu.
Dia merebahkan tubuh di kasur empuknya. Akhirnya Hanni memilih untuk pasrah pada masa depan yang akan mendatang sebentar lagi.
Maap ceritanya gaje
Author juga kadang gaje sendiri.Jangan lupa pencet tombol vote nya biar aing semangat ✍️
KAMU SEDANG MEMBACA
Arranged Marriage? Seriously?! | Bbangsaz
RomanceKisah ini dialami oleh gadis remaja yang dijodohkan oleh kedua orang tuanya tanpa persetujuan dan pengetahuan darinya. Bagaimana dia akan menghadapi situasinya sekarang? [Bbangsaz | NewJeans lokal AU]