14. Hurt

1.4K 160 24
                                    




















Saat ini, Minji baru saja pulang dari gedung kantornya. Dia harap Hanni sudah pulang, namun nyatanya belum.

Mungkin di jalanan sedang terjadi kemacetan sehingga istrinya itu masih tidak kelihatan batang hidungnya. Jika boleh jujur, Minji merindukan sosok mungil itu walapun ia tinggal seatap dengan Hanni.

Setelah selesai mengganti baju lebih nyaman, Minji pergi ke dapur untuk membuat secangkir kopi. Namun kegiatannya terhenti mendengar suara pagar di geser terbuka. Itu pasti Hanni. Minji segera meninggalkan kegiatan membuat kopi itu, pergi menuju pintu depan dan membukanya.

ini menyakitkan.

"Makasih ya udah nganter" ucap Hanni mengembalikan helmnya.

"sama-sama, Han. Jadi keinget jaman kita pas SMP" balas Jake tersenyum. Hannipun terkekeh pada ucapan lelaki masih yang terduduk di motornya.

"Namanya juga tinggal kenangan. Yaudah aku masuk dulu, hati-hati di jalan."

"Thankyou, izin pamit ya."

Kata terakhir Jake sebelum menghilang dari pandangan Hanni. Sementara gadis mungil itu membalikkan badannya dan melihat Minji hanya berdiri di ambang pintu.

"Again?"

Ucap Minji tiba-tiba membuat Hanni tersentak, dia baru saja ingin masuk rumahnya, namun dikejutkan oleh celetukan Minji.

Hanni mengerutkan keningnya, "maksudnya?"

Minji menghela nafas berat, lalu ia hanya menggelengkan kepalanya. Tentu Hanni dibuat bingung oleh tingkah laku Minji.

"Kenapa? Lagi ada masalah?" Tanya Hanni masih penasaran karena Minji sedikit murung akhir-akhir ini.

"Gapapa, udah ayo masuk" balas Minji menutup pintu setelah Hanni melangkah masuk.

Hanni kini semakin bingung dengan sikap dingin Minji, ditambah sosok jangkung itu langsung menghilang dari pandangannya tanpa mengucapkan sepatah kata apapun.

Ini aneh, apakah dirinya melakukan sesuatu yang salah? Hanni tidak tahu itu.

Di sisi lain dimana Minji kembali ke kegiatannya yang membuat secangkir kopi, sesudahnya ia meminumnya, berharap jika rasa sakit di dadanya ini menghilang, namun, itu masih tetap membekas. Bahkan lidah Minji merasakan kopi yang pahit itu menjadi semakin pahit.

"Sialan, sakit banget anjing."




































Sore ini, Minji dan perintilannya sedang berada di sebuah kafe. Tempat biasa mereka nongkrong. Minji juga sudah mendapatkan izin Hanni untuk keluar sebentar bersama teman-temannya.

"Jadi? Maksud lu Hanni lagi deket sama temennya?" Tanya Ryujin, diangguki oleh Minji.

"Gimana ya, apa gua terlalu overthinking" bingung Minji.

"Overthinking kenapa anjir" celetuk Bae.

"Ya kalo si Jake berusaha ngedeketin istri gua" balas Minji.

"Ya kaga tau lah, nanya ke kita mulu lu taek" Jawab Bae balik pada Minji.

"Eh babi ini gua minta pendapat kalian doang" ketus Minji kesal.

"Sttt udah udah,"

"Kalo menurut gua, si Jake bisa aja niatnya cuman temenan sama Hanni. Tapi kalo tu laki lama-lama kek nempel mulu ya berarti fiks dia suka terus berusaha buat ngerebut istri lu." Jelas Yujin panjang lebar.

"Anjay Jin lu bisa bijak juga ternyata" celetuk Ryujin lalu bertepuk tangan.

Yujin merotasikan bola matanya malas, "heleh bacot,"

"Jadi gimana Ji?" Tanya Yujin pada Minji.

"Gua liat dulu deh kedepannya. Kalo Hanni emang suka sama Jake, yaudah gimana lagi" balas Minji sudah pasrah duluan.

"Heh congek lu jangan ngomong gitu, bisa aja Hanni cuman mau menghargai perilaku tu laki" timpal Bae.

"Bener, lagian lu juga udah nikah sama Hanni. Tinggal buat dia jatuh cinta aja ama lu" celetuk Ryujin tanpa beban membuat Minji memutar bola mata nya malas.

"Yaelah boro-boro, dia nya aja marah-marah mulu. Kuping gua serasa mau pecah dimarahin sama si cebol, tapi gemesin sih" ucap Minji sambil senyum-senyum sendiri.

"Kanjut kuda lah!"

"Apasih teriak-teriak mulu lu kon-" kesal Minji tak tertahankan pada Bae.

"Ya lu bukannya lagi nge galau malah senyum-senyum sendiri kek odgj, kesel gua liatnya" heran Bae sekaligus kesal pada suasana mood Minji.

"Biasa ni jamet lagi menghibur diri, padahal di dalemnya kek bocah lagi mewek sambil manggil mama" sahut Yujin meledek Minji.

"Apalah"

"Lah bener, lu muka sangar doang Ji. Aslinya mah mentalnya kenyel kek permen yupi" terus terang Yujin.

"Ngaca sono, lu dimarahin ama Wony doang sampe ngadu ke kita semua" balas Minji tak mau kalah mengingat beberapa waktu lalu.

"Anjing udah napa berantemnya, stress gua dengerin kalian berdua" melas Ryujin pada teman-temannya yang sudah seperti kebun binatang.












































Akhirnya Minji kembali pulang ke kediamannya setelah tadi bercerita pada curut-curutnya walapun sedikit membuatnya naik darah. Setidaknya, dia mendapatkan sedikit saran.

Minji langsung mendudukkan dirnya di sofa ruang tengah dan membuka ponselnya, lalu datanglah Hanni baru keluar dari kamar tidur.

"Ji"

"Hm?" Minji kemudian mendongak pada Hanni.

"Gua mau nanya" ucapnya sebelum Hanni duduk di samping Minji.

"Iya, nanya apa?" Minji menaikkan alisnya karena jarang-jarang istrinya itu akan bertanya sesuatu.

"Kan besok libur. Gua mau main keluar sama temen, boleh?"

Seketika Minji mengerutkan keningnya, kenapa Hanni harus meminta izin dulu padanya?

"Siapa?"

"Jake"

deg.

Sial, kenapa Minji harus mendengar nama lelaki itu lagi? Jujur, itu seperti beberapa serangan di hatinya. Minji menelan ludahnya kasar lalu menghela nafas dalam. Dia mengangguk.

"Beneran?" Tanya Hanni masih tak percaya.

"Ya."

Hanni tersenyun lebar mendengar jawaban Minji, "makasih Ji, gua mau tidur dulu. Goodnight"

Setelah itu Hanni pergi ke kamar tidur, menghilang dari pandangan Minji. Gadis jangkung itu hanya melamun. Jika boleh jujur, Minji terpaksa mengatakan 'ya' pada Hanni, karena jika tidak, dia takut akan melukai perasaannya.

Minji benar-benar pasrah saat ini. Tidak peduli jika kehidupan pernikahannya akan berakhir bahagia atau sebaliknya, yaitu menyakitkan.

"Haha, sedih bet hidup gua. Makanya Kim Minji, lu jangan jatuh terlalu dalem."

Ujarnya pada diri sendiri disertai kekehan. Dia kembali membuka ponselnya dan mulai bermain game, mencoba melupakan semua hal yang terjadi hari ini.

Waktu terus berlalu, hingga akhirnya Minji merasa ngantuk dan bangkit dari sofa dan pergi ke kamar tidur.

Melihat Hanni yang sudah tertidur lelap di kasur dengan selimut yang menutupi tubuh mungilnya membuatnya tersenyum.

Minji berjalan mendekat lalu menatapnya sesaat sebelum memberi kecupan kecil di pipi sang istri.

"I love you, Hanni."















































Ekhem ekhem
ok janlup vote komen 👍

Arranged Marriage? Seriously?! | BbangsazTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang