04 : Tantrum

790 92 16
                                    

• • • •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• • • •

"Aku tidak mau menikah …."

Primrose berguling-guling di atas tempat tidur. Terkadang dia akan menyentakkan kakinya ke kasur dan melempar bantal ke sembarangan arah untuk mencari perhatian Caspian.

Edmund dan Erline sudah meninggalkan ruangannya sejak lama, membiarkan Caspian menenangkan adiknya yang tantrum. Meskipun begitu, dia tidak melakukan apapun, selain menyibakkan lembaran demi lembaran buku yang dia baca.

"Caspian, bunuh aku sekarang."

Pria yang mempunyai warna rambut identik dengan Primrose itu masih membaca bukunya dengan tenang. Tanpa mengangkat kepala, Caspian menjawab, "Yang Mulia Raja Utara sudah menawarkan diri untuk membunuhmu tadi, tetapi kau menolaknya."

Primrose menggertakan giginya. Setelah meminum obat-obatan dari Erline, energi di tubuhnya mulai pulih secara perlahan-lahan, sehingga dia bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju Caspian.

"Kenapa kau sangat tidak peka? Apa kau bisa membayangkan gosip yang akan tersebar di Windermere apabila orang-orang tahu aku dibunuh oleh Raja Utara begitu aku sampai di Varnhame?"

Primrose duduk di sebelah Caspian, kemudian melempar buku di tangannya supaya saudaranya itu memperhatikannya. 

"Orang-orang akan berpikir Raja Utara tidak tertarik denganku. Oh, bagaimana mungkin jiwaku akan tenang di akhirat saat banyak orang berpikir Raja Utara menolakku karena aku jelek!! Caspian, apa kau ingin adikmu dihina sebagai wanita buruk rupa bahkan setelah dia mati?!"

Caspian mendesis pelan dan mendorong kepala Primrose supaya terhindar dari suaranya yang melengking itu. "Apakah itu penting? Orang mati tidak akan tahu keadaan di dunia lagi."

"Penting! Tentu saja penting! Aku tidak mau sejarawan di masa depan menceritakan kisah gadis buruk rupa yang dipenggal oleh Raja Utara!"

"Lalu, apakah sejarah akan berbeda kalau aku yang membunuhmu?" tanya Caspian dengan bingung.

Primrose menepuk pundak Caspian dengan keras. "Tentu saja! Sejarawan mungkin berpikir kau membunuhku karena ingin menjadi pewaris utama."

"Rose, tanpa membunuhmu pun, aku tetap akan mewarisi gelar Count dari ayah."

Dengan kata lain, kehadiran Primrose itu sesungguhnya tidak terlalu penting untuk Caspian. 

"Kenapa?! Kenapa nasibku bisa sesial ini, sialan?!" teriak Primrose kepada dirinya sendiri.

Caspian menghela napas ketika melihat adiknya mulai tantrum untuk yang kesekian kalinya. Dia bahkan tidak ingin repot-repot menenangkan hati Primrose.

Sesungguhnya, dia belum pernah melihat sikap adiknya yang seperti itu, tetapi dia tidak bisa menganggap sikapnya aneh karena mereka jarang berkomunikasi sebelumnya.

The Villainess Wants to Enjoy Her MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang