• • • •
Primrose tidak bisa berhenti menghentakkan kakinya ke lantai, sesekali menendang dinding untuk melampiaskan amarahnya.
“Berhentilah, nanti kakimu sakit,” Caspian mengingatkan.
Primrose menoleh, memperhatikan saudaranya yang saat ini sedang menulis surat untuk keluarga mereka. Primrose tidak ingin melihat isi surat itu, tetapi dia menduga bahwa Caspian ingin memberitahu orang tua mereka bahwa putri bungsu mereka baru saja meminang seorang raja utara.
“Kalau kakiku patah dan menjadi orang lumpuh, mungkinkah raja utara tidak akan menikahiku?”
Caspian membalas tanpa melihat ke arah adiknya. “Dia akan tetap menikahimu walaupun kau tidak punya kaki.”
“Omong kosong!” Primrose mendengkus kesal. Dia duduk di sebelah Caspian sembari melipat tangannya di depan dada. “Dia bahkan menghina berat badanku, mana mungkin dia mau menerima orang cacat!”
Caspian akhirnya berhenti menulis, kemudian mengangkat kepalanya untuk melihat Primrose. “Kapan dia menghina berat badanmu? Kau hanya terlalu sensitif.”
Primrose membuka mulutnya, menampakkan ekspresi terkejut yang terlalu dramatis. “Apa kau mendadak tuli? Jelas-jelas dia bilang kalau pipiku bulat!”
“Pipimu memang bulat.” Caspian tertawa kecil, meledek adiknya yang semakin kesal.
“Pergi! Pergilah! Jangan menggangguku lagi!” Primrose menarik tangan Caspian, kemudian menyeretnya ke pintu kamar. “Aku tidak ingin melihatmu lagi hari ini!”
BRAK!
Pintu kamar itu dibanting dengan keras sampai pajangan di dinding bergetar.
“Rose, suratku masih ada di dalam.” Caspian mengetuk pintu, tetapi tidak ada penyesalan di intonasi suaranya.
“Kau tulis ulang saja lagi!”
Primrose tidak mau mendengar suara Caspian lagi, sehingga dia melompat ke kasur, kemudian mengubur wajah dan tubuhnya dibalik selimut.
Dia menggerutu selama beberapa saat, bertanya-tanya mungkinkah tekanan darahnya akan naik apabila dia berada di Kerajaan Varnhame lebih lama.
Seandainya saja ada pemanas ruangan di tempat dingin itu, mungkin suasana hatinya juga akan menjadi baik.
Lupakanlah.
Mau bagaimanapun, dia tetap saja akan terjebak di Varnhame.
Pangeran Mahkota akan membunuhnya apabila dia kabur, sementara Raja Utara mungkin akan mematahkan kakinya jika dia bersikeras untuk melarikan diri.
Namun, benarkah itu? Benarkah Raja Utara mempunyai sikap ekstrim seperti itu?
Ketika dia mulai menerka-nerka sifat Edmund, kelopak matanya menjadi begitu berat dan dia tertidur tak lama kemudian. Hari itu sangat melelahkan, sehingga wajar saja apabila tubuh Primrose ingin cepat-cepat istirahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Villainess Wants to Enjoy Her Marriage
Fantasy18+ Rose meninggal akibat serangan jantung dan jiwanya berpindah ke tubuh Primrose Ainsley Westcotte, seorang villainess di novel romansa picisan yang berjudul "My Wife is Too Pure". Primrose dikisahkan selalu mengejar-ngejar cinta dari Pangeran Mah...