Bab 7 ~ Buta?

919 115 4
                                    

👑👑👑

VOTE sebelum baca!

“Yang Mulia, ayo buka dulu tangannya,” bujuk Tabib Arshal lembut sambil berusaha melepaskan tangan kanan Pangeran Theodoric yang terus menutupi kedua matanya.

Napas Pangeran Theodoric memburu, tubuhnya bergetar hebat. Ia masih menutup kedua matanya yang terasa sakit dengan tangan kanan sedangkan tangan kirinya mencengkram kuat leher sang Ayah. Hebatnya, ia sama sekali tidak menangis.

Tabib Arshal menyalurkan mana ke tubuh Pangeran Theodoric agar bisa menekan kesakitan nya sambil terus berusaha membujuk bayi itu.

Melihat Tabib Arshal yang kesulitan membujuk putranya, akhirnya Raja Falen turut membujuk.

“Theo...” ujar Raja Falen memegang lembut tangan kanan Pangeran Theodoric. “Percayakan pada Tabib Arshal,”

Pangeran Theodoric dengan enggan melepaskan tangannya dan beralih memeluk Raja Falen menggunakan kedua tangan. Matanya masih terpejam mengeluarkan air mata darah. Wajahnya bahkan sudah merah di penuhi darah.

Tabib Arshal segera membersihkan wajah Pangeran Theodoric menggunakan kain yang telah di basahi.

Raja Falen mengusap lembut puncak kepala Pangeran Theodoric berusaha menenangkan nya.

“Sekarang ayo buka matanya, Yang Mulia,” ujar Tabib Arshal selesai membersihkan wajah Theodoric dan menempatkan kain basah tepat di bawah matanya agar darah yang keluar terserap ke kain dan tidak kembali mengotori wajah.

Raja Falen masih mengusap puncak kepala Theodoric berusaha meyakinkannya. Mau tak mau Theodoric membuka kedua mata menuruti perkataan Tabib Arshal.

Kedua mata yang terus mengeluarkan air mata darah itu menampilkan dua iris berbeda. Iris kanan berubah warna menjadi merah dan terdapat corak aneh di dalamnya sedangkan Iris kiri tidak ada perubahan; masih berwarna safir.

Deg!

Pandangan Tabib Arshal berubah kosong saat bertatapan dengan iris mata Pangeran Theodoric. Berbeda dengan Tabib Arshal yang tidak bergerak seperti patung, reaksi Raja Falen menampilkan keterkejutan melihat iris mata kanan putranya berubah merah.

'Apa yang dia lakukan? Apa dia tidak tahu rasanya sangat sakit?!' gerutu Theodoric kesal melihat keterdiaman Tabib Arshal.

“AYAAAHHH....HUAAA....!” tangis Theodoric pecah kemudian memeluk erat Raja Falen menyembunyikan wajahnya di leher.

Tangisan Pangeran Theodoric bahkan terdengar ke luar kamar membuat Ibunda, Mama dan Kakaknya yang menunggu di luar khawatir akan keadaannya.

'Pers-tan dengan umur. Ini sangat sakit!' rutuknya dalam hati tidak memperdulikan umurnya di bumi. Saat ini ia justru bertindak sesuai umurnya di Zero, bayi sembilan bulan.

Kesal tidak ada jawaban dari sang Ayah. Pangeran Theodoric mengigit leher Raja Falen menyalurkan kesakitan nya lewat gigitan.

Bukannya merasa sakit, Raja Falen malah terkekeh geli akan sikap Pangeran Theodoric.

“Putraku suka menggigit ternyata,” ujar Raja Falen membuat Pangeran Theodoric semakin menggigit kuat lehernya.

Raja Falen mengusap-usap punggung Pangeran Theodoric lembut. Ia membiarkan Pangeran Theodoric berbuat sesukanya. Dirasa gigitan Pangeran Theodoric mengendur, Raja Falen mendengar lirihan nya.

“Apa Theo bakal buta?” tanya Pangeran Theodoric pada sang Ayah.

“Tidak,” balas Raja Falen.

“Ayah bohong,” rengek Pangeran Theodoric kembali menggigit leher Raja Falen.

Theodoric Lincoln AbelardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang