Bab 12 ~ Rumah Kakek Nenek

426 52 0
                                    

👑👑👑

VOTE sebelum baca?

“Uhuk.. Uhuk...” Pangeran Theodoric terbatuk-batuk terkejut mendapat serangan tak terduga dari Nenek Ratu Isabella.

“Duh... Ayo minum.” Nenek Ratu Isabella pun dengan lembut menyodorkan air sambil menepuk-nepuk punggung Pangeran Theodoric.

“Kau mengagetkan cucu kita.” ucap Kakek Raja Daniel sedikit khawatir akan keadaan Pangeran Theodoric tapi untunglah tidak terjadi hal yang membahayakan.

“Begitu ya... Maafkan Nenek ya, Sayang.” kata Nenek Ratu Isabella menyesali perbuatannya sambil menatap sendu Pangeran Theodoric.

Pangeran Theodoric mengangguk sebagai tanda menerima permintaan maaf dari Nenek Ratu Isabella.

“Ayo lanjutkan kembali. Kita hanya ingin dekat dengan cucu.” ucap Kakek Raja Daniel sambil duduk di samping Pangeran Arthur. Sedangkan Nenek Ratu Isabella mendudukkan Pangeran Theodoric di pangkuannya.

Raja Falen mengangguk kemudian kembali duduk. Tempat makan pun kembali sepi.

***

Pangeran Theodoric menatap serius Pangeran Arthur yang sedang berlatih sihir. Ia baru tahu jika Pangeran Arthur memiliki elemen sihir petir dan angin.

'Apa aku bisa mengeluarkan sihir juga?' pikir Pangeran Theodoric sambil memainkan jari-jari tangan kanan.

Prajurit Kian melihat Pangeran-nya tidak lagi menatap latihan Pangeran Arthur melainkan pada jari-jari yang sedang dimainkan.

“Pangeran...” panggil Prajurit Kian dengan lembut.

“Hm......?” jawab Pangeran Theodoric tanpa mengalihkan pandangannya dari jari tangannya.

“Sebaiknya urungkan niat Anda.”

Gerakan tangan Pangeran Theodoric berhenti setelah mendengar peringatan Prajurit Kian.

Diam-diam Prajurit Kian tersenyum tipis karena peringatan nya di dengar oleh Pangeran Theodoric.

***

Kakek Raja Daniel tersenyum menatap kedua cucunya dari kejauhan lalu pergi dari sana.

Sedangkan di dalam ruang keluarga Raja Falen menatap ke arah luar jendela sambil menyeruput teh.

“Siapkan keberangkatan Pangeran Kedua.” ucapnya pada Miki.

“Dimengerti Yang Mulia.” jawab Miki penuh hormat lalu segera pergi menjalankan perintah.

***

Hari sudah semakin sore. Saat ini Pangeran Theodoric tengah berdiri bersama royal family di depan istana.

Sebuah kereta kuda berwarna putih berpadu dengan warna safir yang di tarik oleh dua kuda putih gagah di depannya telah terparkir rapih di depan royal family.

Tiba-tiba tubuh Pangeran Theodoric diangkat dan berakhir di gendongan Nenek Ratu Isabella.

“Kamu akan ikut dengan Nenek dan Kakek.” ucapnya membuat Pangeran Theodoric menatap penasaran Nenek Ratu Isabella.

“Ikut kemana?” tanya Pangeran Theodoric dengan wajah polosnya.

“Ke tempat tinggal Nenek dan Kakek.” jawab Nenek Ratu Isabella sambil tersenyum lembut.

'Ini memang kesempatan yang bagus, tapi apa boleh....?' Pangeran Theodoric menatap Raja Falen seolah meminta izin.

Raja Falen mengangguk sebagai jawaban.

“Kamu boleh pergi.” jawab Raja Falen.

Ratu Natalie dan Ratu Sofia secara bergantian menasihati Pangeran Theodoric.

“Bersenang-senanglah di sana.” ucap Ratu Sofia.

“Pangeran tidak meminta izin pada Mama Ratu?” tanya Ratu Natalie menatap datar Pangeran Theodoric.

“Apa Pangeran boleh pergi, Mama Ratu?” tanya Pangeran Theodoric menampilkan puppy eyes nya.

“Boleh,” jawab Ratu Natalie sambil mengusap lembut pucuk kepala Pangeran Theodoric. “Prajurit Kian akan ikut dengan mu.” Pangeran Theodoric mengangguk setuju.

“Kakak tidak ikut?” tanya Pangeran Theodoric menatap Pangeran Arthur.

“Tidak.” jawabnya sambil tersenyum.

“Ayo!” ajak Kakek Raja Daniel menggenggam tangan Nenek Ratu Isabella.

Nenek Ratu Isabella masuk ke dalam kereta terlebih dahulu diikuti oleh Kakek Raja Daniel.

Sebuah rune sihir muncul di bawah kereta kuda dan dalam sekejap mata kereta kuda menghilang tanpa jejak.

Pangeran Theodoric melongok ke luar jendela dan terlihatlah padang rumput membentang luas di hadapan nya.

“Nenek, ini dimana?” tanya Pangeran Theodoric.

“Ini di Corner, masih termasuk ke dalam daerah kekuasaan Keluarga Abelard.” jawab Nenek Ratu Isabella.

'Aku akan menanyakan daerah kekuasaan keluarga Abelard ke Prajurit Kian nanti.'

Mereka tiba di satu-satunya rumah minimalis yang berada di tengah-tengah padang rumput. Nampak seorang prajurit muda berdiri di depan teras rumah.

“Selamat datang Nyonya, Tuan!” sapanya sopan sambil membungkukkan sedikit badan.

“Apa kamu sudah makan siang, Leon?” tanya Nenek Ratu Isabella.

“Sudah Nyonya.” jawab prajurit muda tersebut bernama Leon.

“Kalau begitu kita masuk dulu.”

“Silahkan, Nyonya.”

Leon menatap Pangeran Theodoric sambil tersenyum hangat dan dibalas senyum simpul oleh Pangeran Theodoric.

Dalam rumah.

“Selamat datang di rumah Nenek dan Kakek, Sayang.” ucap Nenek Ratu Isabella.

“Terimakasih, Nek.”

“Mulai sekarang ini adalah kamar mu.”

Pangeran Theodoric menatap kamar yang lebih kecil daripada kamarnya di istana.

“Apa kamu suka?”

“Theo suka.”

“Sekarang ayo ganti baju, Kakek akan mengajak mu keliling desa.”

Nenek Ratu Isabella pun membantu melepaskan pakaian mewah Pangeran Theodoric dan di ganti dengan pakaian sederhana yang sering dipakai rakyat biasa.

Pangeran Theodoric menatap bingung pakaian yang dikenakan nya sekarang. Teksturnya sedikit kasar dan kurang nyaman di kulit.

“Cucu Kakek sudah siap rupanya.” kata Kakek Raja Daniel yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar Pangeran Theodoric.

“Kamu yakin tidak ikut?” tanyanya pada Nenek Ratu Isabella.

“Tidak, aku akan menyiapkan makan sore.”

“Baiklah. Ayo kita berangkat Theo.” kata Kakek Raja Daniel yang tiba-tiba mengangkat tubuh Pangeran Theodoric.

Pangeran Theodoric refleks memeluk erat leher Kakek Raja Daniel agar tidak terjatuh.

“Aku pergi dulu.”

“Hati-hati di jalan.”

Bersambung...

👑👑👑

Theodoric Lincoln AbelardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang