26 Berhenti

15.5K 509 59
                                    

Hey Guys...!!! Welcome back to my story...!!!

Ada yang kaget author update hari ini?? Hehe jadi author lagi seneng karna Baby Project masuk di eBook trending nomor 7 di Google Play Book Indonesia hari ini! Yayy 🎉🎉

Untuk itu author update deh sebagai bentuk rasa syukur author dan penghargaan untuk pembaca setia di sini 😊😊

Jadi buat kalian yg udah baca di Google Play, jangan lupa reviewnya ya guys. Karna kalo review dan ulasannya banyak dan lucu, author akan pertimbangin bikin season 2 Baby Project. Gimana? Mau??

Dan buat yg belum baca jangan lupa untuk selalu VOTE dan ramaikan di sini ya 💪💪. Semangat kalian lah yg bikin author semangat update di sini guys 😁

Oke. Sekarang masuk aja ke ceritanya, hope you guys enjoy it. Let's check this out.

Enjoy and happy reading.

*
*
*

Adifa menyuapi Zayn yang makan dengan lahap. Tentu saja karena mereka kelelahan setelah menghabiskan banyak energi hanya untuk bercinta. Sepulang dari sungai mereka kembali mengulang kegiatan panas itu seperti ucapan Zayn. Dan baru berhenti sekitar satu jam yang lalu.

Tentu saja Adifa sangat lelah dibuatnya. Tapi ia tidak menyesali apa yang dia lakukan karena dia sangat puas hari ini. Bisa bercinta dengan begitu panas bersama sang suami, lalu juga bisa menunjukkan kepada perempuan murahan itu kalau Zayn hanya mencintainya. Betapa Zayn sangat memuja dan menggilainya.

"Nggak mau pake baju?" tanya Adifa menatap Zayn yang memang sejak tadi tidak menggunakan pakaiannya.

"Kenapa? Takut terangsang lagi?" tanya Zayn terang-terangan.

"Ih Zayn, ngomongnya nggak bisa difilter apa," kesal Adifa. Padahal nyatanya memang begitu. Tubuh shirtless suaminya tentu sangat menggoda. Apalagi kalau melihat roti sobek di depannya yang seakan minta digigit.

"Kamu makin hari makin seksi tau nggak," ucap Zayn yang tidak nyambung sambil beralih membawa tubuh Adifa dan meletakkan di atas pangkuannya.

"Oh ya?" balas Adifa sok polos.

"Suka banget godain aku. Tapi kamu tau nggak sih, perut kamu sekarang bener-bener bikin aku suka lupa situasi," ujar Zayn jujur.

"Kenapa?" tanya Adifa yang sudah tersenyum.

Zayn menyandarkan tubuh Adifa ke dadanya, lalu kedua tangannya melingkari perut istrinya. Namun perlahan telapak tangan Zayn masuk ke dalam kain yang dipakai Adifa dan menyentuh langsung kulit perut Adifa. Perut yang sekarang sedikit membuncit itu selalu terlihat menakjubkan bagi Zayn.

"Di sini, kalo aku pegang gini, rasanya nyaman banget," ucap Zayn memejamkan matanya meresapi sentuhan tangannya dengan perut Adifa.

Adifa tersenyum menyadari Zayn suka berinteraksi dengan calon bayi mereka. Selain protektif padanya, Zayn ternyata juga sangat menyayangi jabang bayi dalam perut Adifa.

"Kamu nggak masalah bakal punya anak di umur 18?" tanya Adifa mulai mengajak deep talk. Hal yang langsung membuat Zayn membuka kedua matanya.

"Kamu tau aku 18 tahun?" tanya Zayn terkejut.

"Tau, aku nggak sengaja liat di data kelas," jawab Adifa terkikik. Ia memang pernah iseng melihat data kelas yang pernah dibawa oleh salah satu gurunya. Ia langsung mencari tahu data tentang Zayn di sana. Dan ternyata Zayn 1 tahun lebih tua darinya.

"Nggak sopan berati manggil aku pake nama aja sekarang hm?" goda Zayn. Pasalnya ia jelas tahu kalau Adifa ini 1 tahun lebih muda darinya.

"Terus aku harus manggil kamu Abang gitu? Abang Zayn," ujar Adifa menirukan panggilan rata-rata anak perempuan di kelasnya untuk Zayn. Entah kenapa mereka memanggil Zayn begitu. Apakah sedang mencari muka atau bagaimana ia juga tak tau.

"Kamu yang nggak pernah manggil aku gitu, padahal aku pernah pake panggilan itu ke kamu," ujar Zayn tersenyum mengingat satu momen yang begitu manis baginya.

"Oh iya? Kapan?" tanya Adifa bingung.

"Ada, waktu Adnan mau pinjem pena kamu," jawab Zayn.

Adifa langsung berusaha mengingat-ingat momen yang dimaksud Zayn. Seingatnya ia jelas tidak pernah berinteraksi dengan Zayn di dalam kelas. Sampai ingatannya membawa Adifa pada momen dimana Adnan yang dimaksud Zayn duduk di belakangnya dan meminjam penanya untuk menulis sesuatu. Saat itu Zayn yang memang mendengarkan percakapan mereka entah kenapa ikut nimbrung begitu saja. Dan ya, saat itu Zayn memanggil dirinya sendiri dengan sebutan 'Abang' kepada Adifa.

"Ah itu, iya juga ya, tapi ngapain juga waktu itu kamu bilang gitu?" tanya Adifa dengan wajah tersenyum malu.

"Aku nggak suka aja liat Adnan mau pinjem pena kamu. Udah enak dia bisa ngomong sama kamu pake segala mau pinjem pena lagi," jawab Zayn yang terdengar santai.

Adifa hanya tersenyum mendengar ungkapan Zayn. Zayn sangat manis jika bicara sejujur ini padanya. Ia pun membalas tangan Zayn yang masih mengusap perutnya dengan mengangkat tangan Zayn yang satu lagi dan menciumnya lembut. Hal yang membuat jantung Zayn tentu saja berdebar menggila.

"Yaudah aku panggil kamu Sayang aja ya, kalo Abang nanti sama kayak yang lain dong," ucap Adifa dengan nada manja.

"Kamu panggil aku bodoh juga aku nggak masalah Yang, bagi aku asal kamu mau ngomong sama aku itu udah cukup," jawab Zayn mengecup pelipis Adifa.

"Beneran? Nggak papa aku panggil Bodoh?" tanya Adifa terkikik.

"Iya Sayang," jawab Zayn tenang.

"Tapi nggak cocok ah sama kamu. Masa cowok paling pinter malah aku panggil bodoh, aku yang nggak tau diri dong kalo gitu caranya," tolak Adifa.

"Aku kan bodoh kalo sama kamu," ujar Zayn terkekeh pelan.

"Aduh bisa aja sih gombalnya, udah ah bobok yuk. Aku capek banget hari ini," ajak Adifa berbalik dan memeluk leher Zayn mesra.

"Beneran mau bobok aja?" tanya Zayn mendekatkan tubuh Adifa dan segera mengangkatnya menuju kamar.

"Iya, kalo kamu minta jatah lagi aku udah nggak kuat Zayn," jawab Adifa pasrah.

"Aku aja yang gerak, gimana?" tawar Zayn.

"Zaynn," rengek Adifa yang sudah sangat lelah.

"Hehe bercanda Sayang, nggak mungkin aku minta jatah lagi liat kamu udah kecapekan gini, aku nggak mau kamu sama Dedek Bayi kenapa-napa," ujar Zayn lembut sambil meletakkan Adifa di atas dipan.

***

Hari ini Zayn bekerja dengan cepat untuk menyelesaikan semua pekerjaannya sampai jam makan siang. Adifa masih terlalu lelah sehingga tidak bisa menemaninya bekerja. Zayn pun tidak tega jika meninggalkan istrinya terlalu lama. Ia ingin meminta izin pada pak Gana setelah menyelesaikan semua pekerjaan hari ini.

"Kang Zayn?" panggil Maharani yang tiba-tiba masuk ke dalam ruangan Zayn.

[Sebagian part telah dihapus untuk kepentingan penerbitan. Silakan baca eBook yang tersedia di Google Play untuk membaca keseluruhan cerita. Link eBook tersedia di bio profil author]

Baby Project (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang