27 Everything for You

11.6K 480 25
                                    

Hey Guys...!!! Welcome back to my story...!!!

Hari jumat waktunya update Baby Project 😆. Siapa yang udah gak sabar baca lanjutan kisahnya??

Seperti biasa sebelum baca, budayakan VOTE dulu ya biar gak kelupaan dan author tetap konsisten up di sini 😊.

Buat yang gak sabar nunggu lanjutan kisah ini sampe selesai bisa baca di eBook ya, linknya ada di bio profil author.

Hope you guys enjoy it, let's check this out.

Enjoy and happy reading.

*
*
*

Zayn memasuki rumahnya dengan wajah sumringah. Hari ini ia sudah lega karena menuntaskan salah satu masalah yang dinilai akan semakin larut kalau tidak segera diselesaikan. Daripada terus bertahan bekerja di rumah pak Gana yang berpotensi akan semakin bertambahnya perasaan Maharani untuknya, lebih baik untuk berhenti dan mencari pekerjaan lain saja demi kedamaian rumah tangganya.

"Sayang?" panggil Zayn memasuki kamarnya untuk menemukan Adifa yang sedang berbaring memainkan ponselnya.

"Eh? Kok udah pulang?" tanya Adifa yang heran melihat kedatangan Zayn di siang hari seperti ini.

Zayn segera menghampiri istrinya dan berhambur memeluk Adifa. Menghirup rakus aroma istrinya untuk mengurangi mual yang sejak tadi menyerangnya karena kedatangan Maharani.

"Kangen kamu," jawab Zayn masih menciumi sekitar leher Adifa.

Adifa pun merubah posisi berbaringnya untuk membiarkan kepala Zayn masuk ke dadanya. Mencium sebentar dahi suaminya yang bau matahari karena pulang di bawah panas terik.

"Jangan bilang kamu minta izin sama Pak Gana lagi?" tanya Adifa gemas.

"Iya, nggak betah di sana," jawab Zayn jujur.

"Oh ya? Masih nggak betah juga? Emangnya Maharani masih gangguin kamu?" tanya Adifa mengingat bagaimana tersiksanya Zayn kalau bertemu Maharani.

"Aku udah tegasin sama dia kalo aku cuman cinta sama kamu, tapi nggak tau dianya bakal gimana setelah ini," jawab Zayn lirih.

Adifa tersenyum mendengarnya. Padahal Zayn sudah melakukan itu kemarin secara tidak sadar. Tentu saja karena Zayn menegaskan rasa cinta untuknya di depan Maharani saat pemuda itu sedang dilanda pelepasan hebat. Tapi baguslah kalau hari ini dia melakukannya lagi. Maharani akan semakin ditampar kenyataan.

"Terus gimana reaksi dia?" tanya Adifa penasaran.

"Nangis," jawab Zayn jujur.

Adifa langsung tertawa mendengar jawaban jujur Zayn. Apa tidak ada kata-kata lain yang bisa memperhalus bahasanya? Tapi biarlah kalau memang kenyataannya perempuan murahan itu menangis. Toh reaksi apa lagi yang ia harapkan?

"Yaudah deh. Yang penting kamu udah tegasin ke dia, biar dianya nggak semakin berharap sama kamu," timpal Adifa.

"Hari ini juga aku udah bilang ke Pak Gana kalo aku berhenti kerja sama dia," ujar Zayn lagi yang membuat Adifa langsung terkejut. Ia langsung meletakkan ponselnya di atas dipan.

"Kamu serius?" tanya Adifa tidak percaya. Terasa Zayn mengangguk di dadanya.

"Kenapa? Bukannya udah enak kerja di sana?" tanya Adifa penasaran. Ia juga sedikit menyayangkan karena baginya hanya bekerja dengan pak Ganalah Zayn tidak perlu melakukan pekerjaan berat.

"Aku nggak bisa terus kerja di sana dan mempertaruhkan keutuhan rumah tangga kita," jawab Zayn dalam.

"Maksud kamu?" tanya Adifa meskipun ia sudah menduga hal ini mengarah kepada seseorang.

"Perempuan itu makhluk yang nekat. Dia bisa ngelakuin apapun demi menuhin keinginannya. Maharani itu nggak akan bisa diem kalo aku terus ada di sana," jawab Zayn tenang.

Adifa terdiam mendengar ucapan Zayn. Sebagai sesama perempuan ia juga bisa menilai bagaimana sikap dan perangai Maharani itu. Perempuan itu tidak akan bisa menggunakan otaknya selagi hatinyalah yang memegang kendali atas semua tindakannya. Dan perempuan dengan hati yang lemah seperti Maharani jelas tidak bisa menggunakan logikanya.

"Jadi kamu peduliin dia makanya kamu berhenti kerja di sana?" tanya Adifa setelah lama berpikir.

Zayn langsung mendongak mendengar pertanyaan Adifa. Kenapa jadi ke arah sana?

"Maksud kamu? Aku berhenti karena nggak mau rumah tangga kita jadi hancur," tanya Zayn mengerutkan alisnya.

"Jadi kamu nggak yakin sama diri kamu sendiri? Kamu nggak yakin sama cinta kamu sendiri? Sampe kamu takut cewek gatel macam Maharani bisa ngancurin rumah tangga kita?" tanya Adifa cukup serius. Ia paham maksud Zayn, hanya saja kalau lelaki itu betul mencintai dirinya, seharusnya gadis seperti Maharani tidak perlu menjadi alasan baginya untuk merasa terancam.

"Sayang kok ngomongnya gitu sih?" tanya Zayn lembut. Ia semakin mendekati Adifa dan merengkuh tubuh istrinya dengan lembut.

[Sebagian part telah dihapus untuk kepentingan penerbitan. Silakan baca eBook yang tersedia di Google Play untuk membaca keseluruhan cerita. Link eBook tersedia di bio profil author]

Baby Project (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang