"Oh My God! Dad! Aku gak mau masuk sekolah itu!"Albianca Herin Emillio.
"Herin, kita sudah membicarakan ini. Kamu harus pindah ke sekolah itu. Dad sudah mengurus segala berkasnya."
Pria bertubuh tegap itu tetap tidak mengubah pola pikirnya. Menatap tegas pada putri semata wayangnya yang keras kepala ini. Jack Emillio, pengusaha sukses USA.
"Ayolah, dad! Apa yang membuatmu ingin sekali mengutusku kesana?!"
"Sayang, ikuti apa kata daddy, ya. Percayalah, kau akan menemukan sesuatu yang baru disana," Sarah Ebeland Restand, nyonya Emillio.
Jack menghela napas. "Kalau kamu mau pindah ke sekolah itu, daddy janji akan membiarkanmu kuliah di SNU."
Bola mata Herin melebar, mendengar nama kampus impiannya itu seepertinya membuat Herin sedikit tertarik dengan tawaran sang ayah.
"Tawaran yang menarik. Aku setuju!"
"Keputusan yang bagus, putriku," sanjung Sarah mencubit pelan pipi Herin kemudian berlalu menuju dapur.
"Dad," Langkah Jack terhenti ketika sang anak memanggilnya. Ia kembali berbalik dan menatap Herin yang duduk anteng diatas sofa.
"Apa yang terjadi disana sampai aku harus pindah?" tanya gadis berambut blonde itu penasaran.
Jack tersenyum tipis.
"Salah satu musuh daddy menanam saham di sekolah itu. Mereka ingin menguasai Roesland. Tentu daddy tidak akan membiarkannya saja, bukan?"Herin mendengus sebal. "Ya ya ya, terserah daddy. Omong-omong, apa aku sendiri disana?"
"No!" Jack menggeleng. "Kamu akan berteman dengan anak-anak teman daddy"
"Siapa?"
"Kamu tahu Justin, bukan? Dia salah satunya. Akan ada empat orang lagi dan kamu harus berkenalan sendiri dengannya nanti"
"Besok keberangkatanmu ke Roesland. Kemasi barang-barangmu, princess"
"WHAT?! BESOK?!"
"ARE YOU CRAZY, DAD?!"
"Kamu bilang apa barusan, princess?"
Sial, Jack dan Sarah menyudutkannya, mereka bertanya lembut seraya tersenyum manis. Tapi bagi Herin itu adalah senyum mengerikan.
Gadis itu tersenyum kikuk.
"No, kalian salah dengar. Aku bilang, aku yang gila-- ah iya, aku gila karena sangat senang akan bertemu teman baru. Sudah ya, aku akan berkemas"Keduanya tersenyum tipis.
"Dasar anak nakal"🌷
Disinilah mereka sekarang, Valenzia High School, sekolah terbaik Roesland.
Si kembar ini tidak berhenti mengumpat sejak tadi. Keduanya misuh-misuh kesal seraya menendang-nendang angin dengan sepatu mahalnya.
Menapaki susunan paping blox yang teratur ini untuk menuju gedung utama sekolah ini. Tepatnya menuju ruang kepala sekolah.
"Lo tahu, Zen? Gue--"
"Gak tahu, gak peduli"
Xavriel Zen Vallerion.
Gadis manis bermata kucing itu mendengus kesal. Kembarannya ini terlalu dingin hingga menguji kesabarannya yang setipis Helai rambut dibelah tujuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
BELLEROPHON
Детектив / Триллер"Surat peringatan? Kenapa cuma gue dan Zen yang gak dapat?" "Apa motif mereka ngirim surat ini?" "Gue rasa ini ada hubungannya sama kasus Shania." "Shania Zoe Araneils maksud lo? Gak mungkin lah, kasusnya 'kan udah beres. Dia bunuh diri, kan?" "Lo p...