08. Steven dan Aksinya

22 9 26
                                    

Kantin perlahan mulai sepi sebab para pengunjung juga sudah kembali ke asrama. Herin menyadarinya, tetapi tak ia pedulikan sebab masih menunggu Ellara yang tak kunjung kembali dari memesan makanan.

Alhasil gadis berdarah USA itu memilih untuk menonton film horor di ponsel pintarnya. Daripada bengong tidak jelas, lebih baik ia menguji mental dengan menonton film horor.

"Tenang... Jangan berisik"

Bisikan seseorang terdengar jelas di telinganya. Herin terlonjak kaget, bagaimana tidak?! Ditengah ia sedang tegang menonton horor apalagi scene hantunya sedang diperlihatkan, bisikan setan justru mengagetkannya.

"Steven?!" Herin menatap curiga pada lelaki itu, detik berikutnya spontan napasnya berhenti sejenak, pupilnya membesar, jantungnya berdetak dua kali lebih cepat.

Cowok berparas menawan itu ternyata mengarahkan pisau pada pinggangnya. Hendak melawan, namun interupsi Steven menghentikan pergerakan Herin.

"Jangan berisik dan jangan memberontak" Steven berucap penuh penekanan.

Herin kini menyadari, sinar laser berwarna merah itu kini mengarah padanya. Tidak hanya satu, ada lima sinar laser yang mengarah padanya. Praktis membuat gadis itu menelan ludah dengan susah payah.

Alhasil cowok gila berparas menawan ini menuntunnya untuk berjalan entah kemana. Dari belakang mereka tampak seperti berjalan sambil berpelukan. Dalam hatinya Herin mengumpat kesal sekali pada Ellara yang meninggalkannya sendirian di kantin.

"Siapa lo sebenarnya, Steven?" tanya Herin meski gemetar.

Cowok itu tersenyum tipis. "Lo gak perlu tahu" jawabnya yang tentu tidak memuaskan bagi gadis ini.

Begitu memasuki kawasan perpustakaan, Herin sedikit lebih tenang mengingat Athalla berada disini tentunya.

Tersisa lima langkah lagi menuju pintu perpustakaan. Dan suara Steven membuat Herin gemetar.

"Kalian tertangkap basah, tikus kecil yang menggemaskan"

Kini kedua pasang kaki yang terbalut sepatu itu berhenti menghadap pintu perpustakaan yang terbuka lebar menampilkan seisinya.

"E-ell!"

Sepasang kaum Adam dan Hawa yang hendak melangkah keluar itu sontak berhenti dengan mulut terkatup rapat. Baik Athalla maupun Ellara, keduanya sama-sama terkejut.

"Sialan!" desis Ellara tajam.

"Calm down. Jangan gegabah" bisik Athalla memperingatkan sebelum akhirnya lelaki itu melangkah pelan ke depan Ellara dengan sangat hati-hati.

"JANGAN MENDEKAT! Atau dia mati" kata Steven tersenyum smirk.

Athalla tidak bodoh, lelaki itu dapat menyadari sinar laser berwarna merah itu menyorot pada Herin dan kini otaknya yang tidak se-cemerlang Justin dalam mengatur strategi sedang berusaha untuk bekerja dengan baik.

"Telfon Justin sekarang, suaranya lo kecilin aja" bisik Atha hati-hati.

Ellara menurut kemudian mengeluarkan handphone-nya dengan hati-hati dan memberanikan diri menelfon Justin sebab pandangan Steven dihalangi oleh Athalla.

Panggilan terhubung.

"Perpustakaan bukan tempat untuk main bunuh-bunuhan" celetuk Athalla.

Itu kodenya! Di seberang sana Justin dapat langsung memahami dan mulai menyampaikannya pada kedua rekannya, si kembar sial.

"Kalau Herin tergores satu centimeter saja, gue gak akan segan-segan buat hancurkan markas lo!" gertak Athalla.

Barangkali berhasil membuat Steven sedikit goyah, terbukti dengan pisaunya yang mulai menjauhi leher Herin. Tentu saja, ia mengira bahwa Athalla mengtahui dimana markasnya.

BELLEROPHONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang