"Morning, class!"
Miss Livy, guru fisika kelas 12 Valenzia High School, memasuki kelas dengan raut senangnya. Pakaian kasualnya yang berwarna abu-abu, rambutnya tergerai rapi.
Praktis membuat siswa-siswi kelas 11 Sains Unggulan duduk tegak dengan senyum lebar. Berharap Miss Livy akan berbaik hati hari ini dan meniadakan ulangan dadakan mereka.
"Morning, Miss!" sapa semua siswa.
"Okey, hari ini kelas kita kedatangan enam murid baru. Sebenarnya mereka datang dua hari yang lalu. Cuma karena kemaren ada kejadian yang tidak kita inginkan, makanya sekarang mereka baru bisa gabung"
"Silahkan masuk"
Enam pasang kaki terbalut sepatu mahal itu melangkah ke dalam kelas 11 Sains Unggulan 1, kelas yang menjadi sarangnya siswa-siswi cerdas pada angkatannya dalam bidang Sains.
Mata tajam Zee memperhatikan seisi kelas. Ada 15 orang siswa dalam kelas unggulan ini, yang tentunya adalah murid-murid dengan kecerdasan diatas rata-rata.
"Hai semuanya. Gue Albianca Herin Emillio, dari USA" ramah sekali, dengan senyum manis dan melambaikan tangannya, Herin memperkenalkan diri.
"Ellara Raslend"
"Jutek banget woy!"
"Aylander Justin Airneild, Kanada. Mohon bantuannya" setidaknya cowok Kanada ini memberikan kesan pertama yang hangat.
"Zen"
"Zee"
"Twins? Gila swag parah!"
"Athalla Nashmith"
"Anaknya Prof Darren Nashmith, kan? Anjir demi apa kita sekelas sama mereka!"
"Baik anak-anak, silahkan kalian berteman baik dengan mereka. Ibu harus ke ruang direktur sebentar"
Miss Livy berjalan keluar dari kelas, seketika semua pasang mata di ruangan itu tertuju pada mereka berenam yang duduk berdekatan di pojok ruangan.
Kelas ini memang sangat luas dan memiliki banyak bangku kosong, saat ini setelah ditempati keenam siswa baru, masih ada empat bangku kosong yang tersisa. Mengingat banyak sekali yang ingin bergabung ke kelas ini.
"Kalian dari luar negri?" seorang cowok menghampiri Zee, menarik kursi dan duduk didepannya.
Mata elang Zee spontan menatapnya. Dia mengangguk kecil kemudian kembali fokus pada layar ponselnya.
"Aksen Roesland kalian bagus" puji cowok itu.
"Thanks" Zee melirik name tag yang tersemat indah pada seragam lelaki itu.
Steven Equivel.
"Hebat juga ya kalian, baru pindah udah langsung gabung Sains Unggulan" sahut seorang gadis dengan tatapan angkuh yang duduk persis ditengah ruangan.
Liora Smith.
Ella dan Herin spontan merotasikan bola matanya malas. Mereka hanya berdehem tanda menghargai.
"Lo sekarang punya saingan, Li" sahut seorang cewek berponi yang berjalan mendekat pada meja Zen seraya memperhatikan kuku-kukunya yang dikutek hitam-merah.
Jenny Amberla.
Gadis bernama Liora itu ikut berdiri disamping Jenny, bertumpu pada meja Zen dengan kedua tangannya.
"Bukan masalah buat gue. Karena memang gak ada yang bisa ngalahin gue" ujarnya angkuh dengan senyum miring.
"Zen, Anaknya Sir Irven. Gue suka tatapan lo" ujar Liora tersenyum kemudian kembali ke tempat duduknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BELLEROPHON
Mystery / Thriller"Surat peringatan? Kenapa cuma gue dan Zen yang gak dapat?" "Apa motif mereka ngirim surat ini?" "Gue rasa ini ada hubungannya sama kasus Shania." "Shania Zoe Araneils maksud lo? Gak mungkin lah, kasusnya 'kan udah beres. Dia bunuh diri, kan?" "Lo p...