14. Puisi Patah Hati, Untuk yang Baru Jatuh

21 4 0
                                    

"Aku mengirim file ke surel pribadi kalian. Kita harus berkumpul di markas," kata Alryder kepada seluruh anggota SAIC lewat sambungan telepon.

"File misi terakhir kita kok, nggak ada, ya? Aku yakin banget waktu itu aku simpan disini."

Ia masih fokus mengemudi sementara  "Yang nyimpannya delapan belas tahun lalu itu kamu, kan?" tanya Alryder.

Eranne mengangguk.
"Iya, aku yakin banget. Aku nyimpannya di laptop ini. Bentar, tanya Lina dulu."

Dengan begitu, Eranne menyambar ponselnya yang tergeletak di dashboard mobil.

"Kenapa, An??"

"File misi terakhir kita ada sama lo, gak?"

"Lah, yang beresin terakhir 'kan lo."

Eranne terdiam, mencoba mengingat.
"Gue inget, dokumen itu gue save di laptop ini. Tapi datanya hilang, padahal udah gue kasih password."

"Terus, sekarang gimana, dong?"

"Sans, kalau nggak salah, gue udah buat salinannya di flashdisk."

"Tapi masalahnya... Flashdisk-nya dipinjem sama Louis."

"Hah?! Kenapa lo kas--"

"WHAT?!! HOLY SHIT!!"

Eranne mengernyitkan dahinya.
"Kenapa, Lin? Ada masalah?"

"Ada masalah mendesak di perusahaan gue. Gue tutup, ya."

"Tapi! Lin--"

Melihat sang istri yang menghela napas berat, Alryder mengelus bahunya lembut seraya tersenyum.
"Hari ini Louis gak kuliah, telfon aja."

Eranne membalas dengan senyum tipis dan anggukan kecil. Tak lama ia kembali membuka layar ponselnya, mencari kontak sang putra untuk menghubunginya.

"Hallo, Mom. What happened?"

Si ibu tersenyum.
"Nothing. How are you?"

Terdengar kekehan di seberang sana.
"Baik. Dan karena Mommy menelfon, jadi sangat baik."

"Aku dengar, ada kekacauan di FBI. Why?"

"Cuma api kecil, tetapi bisa menjadi besar jika si pembuatnya terus memberikan kayu bakar."

"Kamu kuliah hari ini?"

"Nggak. Apa yang bisa aku bantu?"

Eranne tersenyum lebar.
"Temui Mommy dan Daddy di Moscow. Tiket pesawat sudah Mommy sediakan."

"Kami membutuhkan Flashdisk abu-abu itu."

🌷

"BANGSAT!!"

"Tai lah!"

Justin memijit pelipisnya. Kini mereka berlima mengecek tawanan, Jenny dan Steven untuk menggali informasi. Tetapi kedua orang itu sudah tidak ada di gudang terbengkalai ini.

Dan sekarang keempat temannya ini mengumpat tiada henti.

"Kapan mereka kabur?!"

"Dimana mereka sekarang?!"

"Dan siapa yang membantu mereka?!"

Pertanyaan itu muncul bersahut-sahutan dari mulut Herin, Zen dan Athalla. Praktis membuat Justin menggeram emosi dan Zee terkekeh remeh.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BELLEROPHONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang