"Ya! Kau sudah sehat? Aku kaget mendengar kalau kau harus pulang cepat karena Jake Sunbaenim bilang kalau kau sakit kemarin."
Sunoo mengernyitkan dahinya heran. Seingatnya dia sama sakali tidak pernah mengatakan kalau dirinya izin pulang karena sakit pada Jake, tapi—
"O-ohh," Sunoo langsung tersadar. "Iya, perutku kemarin sakit sekali sampai harus pulang. Terima kasih sudah mengkhawatirkanku, Seongmin." Dia mengulas senyuman manis.
Seongmin mendengus. "Sayang sekali, padahal aku ingin mengajakmu makan ramen karena aku memiliki kupon gratis. Karena kau sudah pulang jadinya aku mengajak Doyoung saja."
Sunoo hanya mengangguk saja sambil memasang senyum merasa bersalahnya, dia merasa bersalah karena sudah membohongi Seongmin dan membuat Jake harus menutupi kesalahannya dengan alasan lain.
Ujung mata Sunoo menangkap sosok dengan tubuh tegap yang dibalut setelan jas mahal. Sunoo menoleh dan matanya melebar saat melihat Sunghoon melewati ruang divisinya.
Mata Sunoo mengikuti kemana arah Sunghoon berjalan, hingga kemudian berhenti di depan pintu. Sunghoon berhenti untuk berbincang dengan Jake dan juga beberapa karyawan.
Sunoo buru-buru mengalihkan pandangannya dan kembali ke mejanya. Setiap melihat Sunghoon, dia langsung teringat kejadian dimana dia memeluk pria itu semalaman. Pipinya memerah setiap mengingatnya.
Sudah cukup Sunoo menahan malu tadi pagi karena Sunghoon bersikeras mengantarnya pulang dan menjemput Sunoo untuk berangkat bersama.
Sunoo menyetujui ajakan berangkat bersama itu, namun Sunoo minta diturunkan di halte yang tidak jauh dari kantor. Dia tidak ingin memancing para karyawan untuk menggosip tentang dirinya lagi.
"Pipimu merah, kau yakin sudah sehat?" Tanya Seongmin.
Sunoo mengangguk cepat. "Aku hanya merasa sedikit panas." Ujarnya sambil mengipasi wajahnya dengan tangannya.
Seongmin mengernyit bingung. Padahal cuaca hari ini cukup mendung dan suhu pendingin ruangan terasa dingin sampai-sampai banyak karyawan yang mengenakan mantel.
Sebuah majalah di atas meja Seungmin menarik perhatian Sunoo. Ada potret seorang model cantik yang umurnya seperti masih sangat muda sebagai cover majalah itu.
"Wah, gadis itu benar-benar cantik." Ucap Sunoo kagum.
Seongmin melirik majalah yang dilihat Sunoo, lalu dia mengangguk setuju. "Dia memang sangat cantik. Aku rela menyisihkan uangku hanya untuk membeli majalah dengan cover wajahnya."
"Siapa dia?" Tanya Sunoo.
"Kau tidak tau?! Ya, Kim Sunoo, di tahun mana kau hidup sampai tidak mengenal perempuan ini??" Kemudian Seongmin mengangkat majalah itu ke depan wajah Sunoo. "Baca namanya di ujung kiri bawah."
Sunoo menyipitkan matanya. "Jang... Wonyoung. Itu namanya?"
"Yep. Jang Wonyoung. Dia berasal dari Korea, tapi sudah berkarir di Amerika sejak kecil. Dia satu di antara sedikitnya model asal Korea yang sangat dihormati disana karena pengaruhnya yang bukan main. Padahal umurnya baru 20 tahun. Gosh, she's incredible!"
"Wah, keren." Sunoo kembali berdecak kagum. "Apa rasanya ya punya karir se-bagus itu di usia yang masih sangat muda?"
Seongmin menghela nafas. "Sulit bagi orang seperti kita mencapai itu di usia muda."
"Benar." Ucap Sunoo setuju.
Kemudian keduanya tediam dalam lamunan, membayangkan bagaimana kehidupan mereka sekarang jika mereka se-beruntung Jang Wonyoung.
KAMU SEDANG MEMBACA
love is the way
Fanfiction[sunsun] [38/38] "𝘽𝙪𝙩 𝙡𝙤𝙫𝙚 𝙝𝙖𝙨 𝙣𝙤 𝙡𝙞𝙢𝙞𝙩𝙨 𝙖𝙣𝙙 𝙞𝙩 𝙝𝙖𝙨 𝙣𝙤 𝙣𝙖𝙢𝙚, 𝙄𝙩'𝙨 𝙚𝙫𝙚𝙧𝙮 𝙝𝙤𝙪𝙧 𝙖𝙣𝙙 𝙞𝙩'𝙨 𝙙𝙖𝙮 𝙗𝙮 𝙙𝙖𝙮, 𝙇𝙤𝙫𝙚 𝙝𝙖𝙨 𝙣𝙤 𝙜𝙚𝙣𝙙𝙚𝙧 𝙖𝙣𝙙 𝙞𝙩 𝙝𝙖𝙨 𝙣𝙤 𝙘𝙧𝙚𝙚𝙙, 𝙇𝙤𝙫𝙚 𝙞𝙨, 𝙡𝙤𝙫𝙚...