CHAPTER 11 : Luka dari Masa Lalu.

11.7K 691 89
                                    

Haruna tidak pernah berpikir bahwa ia dan Hestama akan bertemu dalam keadaan yang seperti ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haruna tidak pernah berpikir bahwa ia dan Hestama akan bertemu dalam keadaan yang seperti ini. Sejenak tatapan mereka saling beradu. Satu detik, dua detik, dan detik-detik itu berlalu begitu saja.

Haruna merasa sepasang netra legam milik Hestama seperti menenggelamkan dirinya ke dalam lembah dosa. Seolah menyadarkan betapa hina Haruna hari ini. Betapa rendahnya seorang istri yang bermain dua hati.

Perempuan itu lantas menggeleng, ia ingin berlari ke sana. Menjelaskan kepada Hestama bahwa ini bukan seperti yang ada di pikiran pria itu. Namun ia tetap tak bergerak, ia masih pada posisinya dan tak melakukan apa-apa hingga Hestama memilih memutus tatapan mereka lebih dulu. Pria itu berjalan melewati dirinya, dan seorang gadis di belakangnya mencuri perhatian Haruna.

Itu Serana. Jadi Serana yang dimaksud oleh Hestama adalah Serana yang sama?

Seiring tubuh tegap Hestama yang melewati dirinya tanpa sapa, ada tatap yang diam-diam mengikuti. Hingga kemudian pilihan mereka jatuh pada sebuah meja dengan dua kursi yang saling berhadapan, sebuah meja yang berada tepat di sebelah kanannya.

"Cemburu, Runa?"

"Bukan urusan kamu, Van."

Tawa Kaivan berderai. "Jadi dugaanku benar. Kamu jatuh cinta lagi sama dia, Run?"

Haruna bungkam. Ia memilih untuk tak menjawab pertanyaan dari Kaivan, lalu diam-diam hatinya mempertanyakan hal yang sama?

Benarkah demikian?

Tidak. Ia kembali menyangkal, Kaivan salah. Ia hanya merasa tidak seharusnya Hestama pergi makan siang berdua dengan gadis lain ketika pria itu memiliki status perkawinan yang sah dengan dirinya. Apalagi gadis itu Serana, gadis yang tidak pernah dan tidak akan Haruna sukai.

"Pesan sesuka kamu, Serana. Jangan berpikiran nggak enak." Suara Hestama dapat didengar oleh Haruna. Dan itu cukup membuat dirinya terkejut. Sebab sejak kapan Hestama se-terbuka ini dengan lawan jenis selain dirinya?

"Menu saya samakan saja seperti Bapak." Jawaban mendayu itu terdengar memuakkan dalam indera pendengarannya.

Hestama mengangguk. Ia memanggil pramusaji untuk memesan beberapa menu makan siang lalu setelah pramusaji itu pergi Haruna tak lagi mendengar percakapan apa-apa. Dan senyum kecil Haruna terukir sejenak ia merasa lega, sebab setidaknya Serana tidak akan memiliki kesempatan untuk menjalin kedekatan dengan Hestama.

Melalui sudut matanya Haruna kembali melirik mereka secara diam-diam. Lalu tanpa sengaja tatapannya malah bertemu dengan senyuman sopan milik Serana. Perempuan itu menyapanya dengan suara yang terdengar lembut dan anggun.

"Siang, Bu," sapanya. Lembut sekali cocok dengan pembawaannya yang terkesan anggun dan manis.

Tetapi Haruna mengabaikannya.

"Kalian berdua aja?" tanyanya kepada dua orang manusia yang ada di sebelahnya. Jujur ia hanya penasaran karena tidak biasanya Hestama mau mengajak sekretaris pribadinya makan berdua kecuali ada agenda meeting di luar. Dulu Arini mengatakan demikian.

Love And Hurts (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang