CHAPTER 16 : Luka Yang Berdarah-darah.

14.2K 826 321
                                    

PT Sinarmas Sawit Utama yang masih menjadi bagian dari anak perusahaan Hadipradja Group saat ini sedang terjadi masalah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PT Sinarmas Sawit Utama yang masih menjadi bagian dari anak perusahaan Hadipradja Group saat ini sedang terjadi masalah. Konflik lahan antara warlok dan pihak perusahaan memang kerap kali terjadi. Entah kesalahpahaman, ada provokator yang memprovokasi warga, ataupun konflik lain dari perusahaan pesaing dengan melibatkan warga sekitar untuk menjadi kambing hitam.

Sedangkan kali ini PT Sinarmas Sawit Utama sedang menghadapi para pengunjuk rasa yang selama satu minggu terakhir selalu datang membawa beberapa preman sedang memasuki kawasan perkebunan. Mereka datang membawa tuntutan yang mana ingin menuntut pihak PT Sinarmas Sawit Utama untuk segera menyelesaikan kasusnya perihal sengketa lahan yang terjadi dua puluh tahun yang lalu.

Pihak pengunjuk rasa juga menuntut PT Sinarmas Sawit Utama atas kematian salah satu warga yang tewas tertembak di lokasi perkebunan. Yang kemudian dibantah oleh pihak keamanan PT Sinarmas Sawit Utama mereka tidak pernah menggunakan senjata api selama menghadapi pengunjuk rasa yang datang sejak satu minggu terakhir.

Permasalahan ini akan berlangsung lama dan itu artinya ia harus berada di Riau lebih lama daripada waktu tiga hari yang telah ia janjikan kepada Haruna.

"Saya buatkan kopi, Pak?" tanya Serana sopan. Mengingat ini sudah larut malam dan atasannya itu belum juga beranjak dari tumpukan berkas-berkas yang ada di meja kerja.

"Suruh Hakim membuatkannya."

"Pak Hakim lagi di luar. Biar saya saja yang membuat, Pak." Hestama ingin menolak namun belum sempat kata-kata itu terucap Serana telah beranjak menuju pantry.

Selama di Riau mereka tinggal di apartemen keluarga yang di bangun oleh eyang bersamaan dengan berdirinya PT Sinarmas Sawit Utama dua puluh tahun yang lalu. Eyang membangun apartemen ini dengan tujuan bila ada perjalanan bisnis ke Riau beliau sudah memiliki tempat untuk menjadi tempat persinggahan. Dan alasan lainnya tentu saja bisnis. Mengingat Kota Riau yang sangat strategis membangun apartemen di tengah-tengah kota tentu akan menghasilkan keuntungan yang lumayan besar.

"Ini, Pak." Sebuah kopi hitam yang masih mengepulkan hawa panas diangsurkan oleh Serana dengan sopan.

"Terima kasih. Ah, Ran kamu bisa kembali ke kamar kamu dan beristirahat di sana. Tadi Hakim sudah memberikan kartu aksesnya kan?" Ia bukan bermaksud untuk mengusir hanya saja ia merasa tak nyaman bila harus berada di dalam ruangan yang sama dengan sekretarisnya di waktu yang selarut ini. Apalagi Hakim sedang keluar.

"Tapi pekerjaan saya belum selesai, Pak," balasnya sopan. Perempuan berusia dua puluh tiga tahun itu juga sedang sibuk mencari-cari data dua puluh tahun yang lalu mengenai pendirian PT Sinarmas Sawit Utama.

"Pekerjaan kamu biar dikerjakan Hakim. Kamu istirahat saja sudah malam."

"Tapi Bapak-"

"Tidak etis bila saya dan kamu hanya berdua saja di dalam satu ruangan. Apalagi ini sudah larut malam."

Love And Hurts (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang