Melalui beranda rumah sakit, Hestama memandang langit luas yang ada kejauhan. Pagi berangsur datang seiring tabuh subuh yang sayup-sayup berkumandang. Langit subuh yang redup, semburat oranye yang pudar, dan cicit kenari yang melintas di atas sekilas menambah damai yang sekarang ini sedang ia butuhkan.
"Saya pikir kita akan kehilangan salah satu di antara mereka karena darah yang keluar sangat banyak." Gisha memberi penjelasan. Tapi beruntung semuanya masih bisa diselamatkan, bayi-bayinya kuat. Hanya saja Haruna masih belum sadar setelah kejadian itu.
"Kenapa sampai pendarahan?"
"Kami bertemu Arka. Bapak ingat Arka?"
Dia mengangguk.
"Arka mengatakan banyak hal pada Haruna."
Penjelasan Gisha menambah kepalanya semakin bising dan rasanya ia sudah tak memiliki tenaga untuk menerima semua informasi ini. Rasanya tidak ada yang bisa Hestama lakukan selain tidur sebentar untuk mengistirahatkan bising di kepalanya. Namun ia tidak bisa melakukan itu ketika dia belum melihat langsung keadaan Haruna.
“Bapak belum tidur dari kemarin saya takut Bapak drop kalau memaksakan diri seperti ini.” Suara Hakim menginterupsi. Sudah empat kali asistennya itu memberi peringatan kepada dirinya untuk tidur meski sebentar. Entah satu jam atau dua jam untuk mengistirahatkan segalanya yang lelah.
“Saya harus melihat keadaan Haruna dulu, Kim.” Tadi dia hanya melihat Haruna dari kejauhan sebab ia tak ingin mengganggu perempuan itu yang sedang beristirahat.
“Iya, tapi ini masih pagi, Pak. Bapak bisa tidur dulu paling tidak sampai jam enam.”
“Saya nyender aja di sini,” ujarnya sembari memejamkan mata.
Menurut penuturan Gisha sebelum pendarahan tadi, mereka bertemu dengan Arka. Arka Naratama, temannya sekaligus teman semasa sekolah Gisha dan Haruna. Arka selama ini selalu menentang hubungannya dengan Haruna bahkan hubungannya dan Arka merenggang akhir-akhir ini sejak ia memutuskan untuk menikah dengan Haruna. Namun beberapa waktu yang lalu dia baru saja meminta bantuan Arka untuk menghandle masalah Haruna perihal berita miring itu sebab Arka juga bekerja di salah satu media besar.
Berulang kali Arka selalu mengatakan bahwa Haruna tak pantas bersama dirinya. Karena yang Arka tahu Haruna terlalu angkuh dan tak pantas bersanding dengan dirinya. Namun Hestama tidak mendengarkan pertentangan itu, ia terus meyakini bahwa suatu hari Haruna akan berbalik mencintainya, lalu mereka bahagia bersama. Namun perandaian itu terlalu tinggi, terlalu mulus sampai-sampai ia lupa bahwa ada alasan dibalik sikap Haruna selama ini.
Haruna bukan tidak mencintai dirinya. Perempuan itu justru memiliki cinta yang lebih besar daripada dirinya hingga Haruna rela berkorban sejauh ini demi dirinya.
“Pak, Bapak?” Dia masih belum berhasil tidur ketika suara panik dari Hakim menggema.
“Kenapa?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Love And Hurts (SELESAI)
General FictionCinta mereka tidak setara. Pernikahan mereka diambang perceraian. Ketika kata cinta datang terlambat, semuanya hampir tidak selamat. "Saya membebaskan kamu sekarang. Mulai hari ini terserah kamu mau melakukan apa sebab saya tidak akan peduli dengan...