CHAPTER 20 : Komunikasi yang Semakin Memburuk.

14.3K 799 285
                                    

Senja yang menggantung di ujung barat perlahan mulai turun meninggalkan semburat merah yang tersisa di langit pelataran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senja yang menggantung di ujung barat perlahan mulai turun meninggalkan semburat merah yang tersisa di langit pelataran. Redup malam perlahan datang menggantikan siang. Tabuh magrib sayup-sayup mengudara. Cicit burung cabak terdengar saling bersahutan di atas bumantara. Sudah lewat satu jam dari waktu yang dikabarkan, namun Haruna tidak menemukan tanda-tanda kedatangan pria itu.

Benar, Hestama akan pulang malam ini.

Setelah satu minggu mereka berpisah antara Jakarta dan Riau, akhirnya Hakim mengabarkan kepada Haruna bahwa Bapak akan pulang ke Jakarta bersama sekretarisnya. Sedangkan Hakim masih di Riau untuk satu hari ke depan karena pria itu harus mengurus proses pengalihan tanggung jawab kepada keluarga korban tewas yang kehidupannya akan ditanggung oleh PT Sinarmas Sawit Utama. Hakim harus menyelesaikan berkas-berkas milik istri dan anak korban untuk diajukan ke perusahaan dan diberikan bantuan sesuai yang diputuskan selama sidang mediasi.

Begitulah Haruna mendengar penuturan dari Hakim yang tak ia pahami. Lihat, bukankah perbedaan latar belakang antara mereka terlihat begitu kentara?

Dan perihal mereka yang tidak akan pernah bisa setara adalah satu hal yang tak bisa ia ingkari.

Bohong bila ia benar-benar akan mempertahankan Hestama. Bohong ketika ia mengatakan bahwa ia tidak akan meninggalkan pria itu kecuali Hestama yang memilih pergi.

Karena kenyataannya kalimat yang ia ucapkan kepada Mama Arumi hanya berupa gertakan semata.

Haruna mungkin sangat ingin mengusahakan segalanya tentang pria itu. Mempertahankan pernikahan mereka, merencanakan masa depan bersama Hestama, lalu menunggu kehadiran buah hati di antara keduanya. Namun faktanya angan itu hanya akan terus menjadi perandaian,  sebab sampai kapan pun dunia akan terus menentang mereka.

Mungkin benar Haruna memiliki Hestama yang mencintai dirinya juga papa mertua yang menerima kehadirannya.

Tapi apakah ia bisa hidup di tengah-tengah keluarga besar yang menentang keberadaannya.

Apakah ia bisa seumur hidup menerima perlakuan semena-mena dari keluarga suaminya?

Apakah ia mampu seumur hidup merelakan harga dirinya direndahkan dan akan terus diungkit-ungkit perihal dari mana ia berasal?

Jika ia memaksa untuk untuk tetap bersama Hestama, bukan hanya ia yang akan terluka namun Hestama juga. Mama bilang eyang akan menghapus nama Hestama dari nama Hadipradja seperti Banyuadjie.

“Bapak belum sampai, Bu?”

Suara Mbak Dian memudarkan lamunannya. Ia kembali melihat jarum jam yang telah berputar terlalu jauh dari waktu yang disampaikan.

“Belum. Ada kerjaan sebentar kali, Mbak,” ujarnya tak acuh.

Sejak hari di mana ia membatalkan penerbangan ke Pekanbaru dan memilih untuk pergi ke Pangalengan, ia dan Hestama tidak lagi saling berkomunikasi. Kalau pun ada pesan yang harus ia terima itu pun Hakim yang mengirimkannya. Ia juga tak ingin repot-repot menghubungi pria itu terlebih dahulu. Sebab mulai hari ini ia akan kembali membangun tembok pertahanan yang lebih kokoh. Ia tak ingin waktu yang tersisa menjadikannya lemah oleh cinta yang lama. Ia tak ingin terluka lebih dalam ketika waktunya benar-benar berakhir nantinya.

Love And Hurts (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang