Eyang Sekar Ayu
Saya akan datang.Haruna masih berdiri mematung di depan wastafel cuci piring. Sesaat setelah foto-fotonya naik ke media, eyang langsung mengirimkan sebuah pesan bahwa beliau akan segera datang.
Bahkan ia masih bersandar di samping wastafel dengan tangan yang bertumpu kuat untuk menyangga tubuhnya agar tidak jatuh. Dia tidak berani berpikir tentang apa pun. Semuanya terasa kacau dan hidupnya benar-benar hancur dalam sekian detik. Dunianya seperti berhenti berputar untuk beberapa saat dan ia masih terpaku untuk mencerna semuanya. Nama baiknya dan harga dirinya seolah telah rata tanpa sisa.
Hujatan dan hinaan kembali ia terima, yang kali ini dengan skala yang lebih besar. Bahkan rasanya ia seperti tak ada tenaga untuk menutup kolom komentar seperti anjuran Gisha.
Haruna menarik napas. Kepalanya berisik mempertanyakan tentang bagaimana semua bisa terjadi dalam waktu yang sesingkat itu. Padahal semalam ia hanya ingin menenangkan diri di Colosseum, lalu di tengah-tengah itu Kaivan datang dengan wajahnya yang berantakan. Lalu tak lama seorang bartender datang memberikan dua buah minuman baru. Ia menyesap sedikit namun Kaivan meminumnya hingga tandas. Dua menit berselang sesuatu seperti mengambil kesadaran mereka berdua.
Lalu pagi harinya ia menemukannya dirinya terbangun di atas kasur berdua dengan Kaivan dalam kondisi yang berantakan. Bajunya entah dibuang ke mana dan hanya menyisakan dalaman pendek, begitu pun Kaivan. Di sana ia tak bisa mengingat apa pun selain kesadarannya yang menghilang.
Kemudian pagi ini berita tentang dirinya dan Kaivan menyebar. Foto-foto yang diambil semalam telah naik ke seluruh media sosial. Orang-orang datang menghujat dirinya, brand-brand yang sudah bekerja sama terancam batal, dan dalam sekejap hidupnya akan hancur tak tersisa.
"Bu, eyang ada di depan."
Haruna menoleh, kesadarannya belum kembali penuh dan sekarang Mbak Dian mengabarkan bahwa eyang telah datang.
Mungkin kali ini eyang akan menampar dirinya dan menghardik seperti orang-orang karena telah menghancurkan hidup dua orang penting dalam keluarga Hadipradja. Hestama dan juga Kanaya. Atau justru eyang merasa hal ini benar, karena dengan begitu namanya sebagai istri Hestama akan benar-benar buruk dan keinginan eyang akan segera tercapai. Hestama akan menceraikan dirinya setelah ia pulang nanti.
"Menantu Hadipradja yang bermain dengan menantu Hadipradja lainnya. Ipar adalah maut, Haruna?"
Kalimat eyang menyambut dirinya di ruang utama. Eyang pagi ini datang bersama seorang asisten pribadinya bernama Mbak Erika dan juga dua orang bodyguard yang berjaga di depan pintu utama.
"Saya bahkan belum melakukan apa-apa tapi keburukan kamu sudah lebih dulu terungkap ya?" Tidak, eyang tidak menghardiknya karena telah menyakiti kedua cucunya. Namun justru perempuan tua itu terlihat lega dan seolah melihat kejadian ini sebagai sebuah peluang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love And Hurts (SELESAI)
General FictionCinta mereka tidak setara. Pernikahan mereka diambang perceraian. Ketika kata cinta datang terlambat, semuanya hampir tidak selamat. "Saya membebaskan kamu sekarang. Mulai hari ini terserah kamu mau melakukan apa sebab saya tidak akan peduli dengan...