Gelak tawa terdengat begitu riuh dari dalam sebuah bangunan yg cukup besar di pusat kota Bangkok. Anak kecil laki-laki maupun perempuan semua bermain dgn riang. Berlari kesana kemari tanpa memikirkan beban apa yg akan mereka pikul ketika dewasa nanti. Meskipun tanpa orang tua, tidak sedikitpun ada raut kesedihan yg mereka tunjukan. Semua bahagia, karena disanalah keluarga baru yg bisa mereka jadikan rumah ternyaman selama ini.
"Apa kau masih memikirkan saudaramu?"
Dan disana lah dia, duduk sendirian dipojok ruangan bermain anak anak yg sangat ramai. Khaotung hanya duduk melamun sejak tadi. Meskipun begitu banyak manusia disekelilingnya tapi entah kenapa dunianya masih terasa sepi tak bersuara.
Sejak mengetahui kebenaran tentang dirinya yg ternyata memiliki saudara di Bangkok, Khaotung tanpa berpikir panjang memutuskan untuk segera kembali ke kota dimana dia dilahirkan. Meskipun berat ketika harus meninggalkan kedua orang tua angkatnya di Jepang yg sudah menyayanginya selama 42 tahun terakhir, tapi Khaotung harus tetap pergi.
Bagaimanapun Khao sangat ingin bertemu dgn saudaranya yg bahkan dia sendiripun tidak tau seperti apa nasibnya sekarang. Khao sempat berjanji kepada orang tua angkatnya untuk segera kembali ke Jepang setelah bertemu dgn saudaranya dan memastikan apakah saudaranya juga memiliki kehidupan yg layak seperti dirinya saat ini. Namun sayang, sudah 5 bulan lamanya dia mencari tapi belum juga dia temui keberadaannya.
"Bibi, apa bibi yakin tidak tau apapun tentang saudaraku?"
Entah sudah berapa kali Khaotung mempertanyakan hal itu pada kepala pengasuh panti asuhan yg dulu merawat saudaranya sejak mereka lahir.
"Sudah kukatakan padamu, aku baru bekerja disini ditahun 1990 yg artinya saat itu kalian berusia 10 tahun. Sementara dia sudah di adopsi sejak berusia 8 tahun."
Hanya helaan nafas yg Khaotung berikan pada bibi pengasuh yg slalu memberinya jawaban yg sama atas pertanyaannya. Jujur saja Khaotung mulai frustasi dan berfikir untuk menyerah mencari keberadaan saudara kandungnya itu. Tapi apa yg dia lakukan selama ini akan sia-sia begitu saja jika dia berhenti saat ini.
"Kau pasti bertemu dengannya, bersabarlah."
Bibi pengasuh mengusap pelan punggung Khaotung untuk membagi sedikit kesabaran untuk pria itu.
"Haruskah aku melaporkannya ke polisi dan mengatakan kalau kau tidak bisa menemukan saudaramu yg sudah hilang 42 tahun yg lalu."
Tepat setelah bibi pengasuh pergi seseorang bersuara dan duduk tepat disamping Khaotung.
"Apa kau sudah gila."
Khaotung memukul pelan kepala orang tersebut yg tidak lain adalah Mix, sahabatnya. Meskipun kadang menyebalkan, tapi Mix tetap membantu Khaotung untuk mencari saudaranya yg entah dimana itu.
"Mix..."
"Hmm??"
"Apa kau setuju kalau aku menemui ayah kandungku untuk menanyakan tentang dia?"
Orang tua angkat Khaotung pernah mengatakan kalau ayah kandungnya masih hidup sementara ibunya sudah meninggal saat melahirkan. Dan sepertinya satu-satunya orang yg bisa dia tanyai tentang saudaranya adalah ayah kandung yg sudah menjualnya itu.
"Apa kau yakin? Aku takut kau akan menghajar pria tua itu saat kalian bertemu."
"Aku tidak sejahat itu, Mix."
Khaotung memang mengetahui segalanya, tentang bagaimana dia bisa di adopsi, tentang saudaranya, tidak ada sesikitpun yg ditutupi oleh orang tua angkatnya. Semua mereka ceritakan pada Khaotung sejujur-jujurnya.
Awalnya Khaotung memang marah pada ayah kandungnya, tapi bagaimanapun dia juga berterima kasih berkat ayahnya kini dia memiliki keluarga yg sangat menyayanginya seperti anak mereka sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unsteady (FirstKhaotung) ✔️
FanfictionKetika sebuah rumah tidak lagi bisa di jadikan untuk tempat pulang. Kemana lagi aku harus pergi? Sesulit itukah menerimaku? "Aku juga tidak mau seperti ini, papa boleh membenciku semau mu. Tapi bolehkah aku mendapatkan satu saja pelukan darimu? Aku...