Mobil hitam itu berhenti tepat didepan sebuah toko bunga yg biasa didatangi oleh Perth. Khaotung yg tidak mengerti kenapa sang keponakan mengajaknya kesana pun hanya mengekori Perth dari belakang.
"Bunga krisan seperti biasanya?"
Sapaan hangat dari penjual bunga yg seakan sudah hafal dgn apa yg akan dibeli oleh Perth. Karena seringnya Perth datang membeli bunga membuat paman penjual bunga menjadi dekat dgn anak itu.
"Paman sendirian? Dimana Racha?"
Biasanya ada sosok gadis cantik yg slalu menyambut kedatangan Perth disana. Dia adalah Racha, putri dari pemilik toko bunga tersebut. Perth dan Racha menjadi cukup dekat karena berada diusia yg sama.
"Anak itu sedang berlibur bersama teman-temannya."
Perth hanya mengangguk-anggukan kepalanya tanda mengerti.
"Kau sendiri tidak datang sendirian hari ini."
Perth baru ingat kalau dirinya tidak sendirian ketika datang. Perth menarik tangan Khaotung agar mendekat padanya.
"Ah iya kenalkan ini paman Khaotung."
Khaotung dan pemilik toko saling berjabat tangan dan berkenalan. Khaotung tidak menyangka Perth bisa sedekat itu dgn orang lain. Sangat berbeda dgn dirinya yg sulit untuk bersosialisasi dgn orang lain. Bahkan seumur hidupnya hanya memiliki Mix sebagai satu-satunya sahabat.
"Ini bungamu."
Perth menerima seikat bunga krisan kuning yg akan dia bawa untuk menemui ayahnya hari ini. Setelah berbincang-bincang sebentar dgn pemilik toko akhirnya paman dan keponakan itu melanjutkan kembali perjalanan mereka.
"Untuk apa bunga itu?"
"Aku slalu memberikan bunga seperti ini untuk ayah. Apa paman tau melambangkan apa bunga ini?" Khaotung menggeleng, "Kehilangan dan kesesihan."
Khaotung memicingkan matanya, kenapa Perth memilih bunga yg melambangkan kesedihan untuk ayahnya sendiri.
"Kenapa kau harus memberikan bunga yg melambangkan kesedihan untuk ayahmu? Apa kau tidak salah?"
Perth hanya tersenyum menanggapi pertanyaan pamannya. "Paman akan mengerti nanti." Sebenarnya dia juga ingin memberikan bunga yg melambangkan kebahagiaan, tapi itu tidak mungkin.
"Didepan sana belok kiri."
Mobil Khaotung mulai mengurangi kecepatannya saat memasukan kawasan yg mulai dirasa aneh oleh Khaotung. Mata Khaotung mengedar ketika berhenti tepat didepan sebuah tempat pemakan yg cukup mewah.
"Perth, kenapa kau mengajakku kesini? Bukankah kita akan kerumahmu?"
Lagi lagi hanya senyuman yg didapatkan oleh Khaotung. Perasaannya mulai tidak enak saat Perth menuntunnya memasuki pemakaman. Hatinya berdoa penuh harap agar apa yg ada didalam pikirannya salah.
"Ayah aku datang."
Air mata Khaotung terjatuh seketika saat mendengar Perth yg menyapa salah satu makam yg bertuliskan nama Ray diatasnya.
Tidak.. Bukan ini yg Khaotung harapkan setelah mengetahui keberadaan saudara kembarnya. Pertemuan bahagia yg selama ini dia bayangkan sirna begitu saja. Pelukan hangat bersama Ray yg dia harapkan hanya menjadi khayalan belaka. Hatinya hancur tidak tersisa sedikitpun menyaksikan saudaranya sudah beristirahat dgn tenang tanpa mengetahui tentang dirinya.
"Kali ini aku tidak datang sendirian, aku bersama paman Khaotung. Dia bilang dia saudara kembar ayah, dia juga sangat mirip dgn ayah."
Khaotung ikut berjongkok disamping Perth yg sudah lebih dulu bersimpuh disamping nisan Ray. Air matanya semakin tidak tertahankan setiap kali melihat senyum Perth yg tengah berbicara pada makam ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unsteady (FirstKhaotung) ✔️
FanfictionKetika sebuah rumah tidak lagi bisa di jadikan untuk tempat pulang. Kemana lagi aku harus pergi? Sesulit itukah menerimaku? "Aku juga tidak mau seperti ini, papa boleh membenciku semau mu. Tapi bolehkah aku mendapatkan satu saja pelukan darimu? Aku...