Dengan menopang kepala dgn kedua tangannya, Khaotung memperhatikan setiap pergerakan uap panas yg keluar dari dalam gelas kopi milikya. Matanya sangat mengantuk sekarang, semalaman dia tidak bisa tidur sama sekali. Entahlah apa yg dia pikirkan, ini juga bukan pertama kalinya dia menginap di rumah First dan seharusnya sudah terbiasa.
Setelah apa yg dia sampaikan pada langit semalam, hatinya cukup lega. Akhirnya Khaotung bisa mengungkapkan apa yg dia simpan belakangan ini. Tapi setelah mengingat kembali dia mengatakan itu semua dihadapan First, pikirannya mulai kembali terganggu.
Bagaimana dia akan menghadapi First setelah ini?
Bagaimana First akan bersikap padanya?
Bagaimana jika First marah?
Begitu banyak pertanyaan yg harus dia cari sendiri jawabannya."Paman bangun pagi sekali!"
Perth yg berjalan menuruni tangga dgn mengucek kedua matanya menyadarkan Khaotung dari lamunannya. Bangun? Tidur saja belum sempat, batin Khaotung.
Khaotung melirik jam yg tergantung pada dinding dapur, sudah pukul 7.30 pagi tapi Perth masih mengenakan pakaian tidurnya. Bukankah ini belum waktunya hari libur juga?
"Tidak pergi ke sekolah?"
Perth menggeleng pelan sembari meneguk air minumnya, "sekolah sedang libur paman, kami baru menyelesaikan ujian akhir."
"First"
Lagi lagi suara teriakan seseorang mengejutkan Khaotung sekaligus Perth yg hampir meletakan kepalanya diatas meja makan.
Mark yg sudah memakai setelan rapi berjalan masuk ke arah dapur, menghampiri dua manusia yg hanya menatapnya tanpa berkata apapun.
"Dimana papa mu?"
Pertanyaan Mark hanya ditanggapi dgn lirikan mata Perth ke arah kamar First, mengisyaratkan bahwa sang papa masih tidur didalam kamarnya. Mark pun hanya bisa mendengus kesal dgn jawaban yg diberikan oleh keponakannya.
"Cepat bangunkan papa mu, dia harus bertemu dgn klien besar satu jam lagi. Bagaimana mungkin dia masih tidur di jam seperti ini." omel Mark karena First belum juga bangun.
"Tidak mau."
Mendengar jawaban Perth, Mark kembali berdecak kesal, berani sekali anak nakal itu menolak perintahnya.
"Paman sedang meminta tolong, Perth."
"Tidak mau, papa sangat menyeramkan jika tidurnya diganggu."
Karena tidak ingin mendapat paksaan lagi dari Mark, Perth melarikan dirinya kembali naik ke lantai atas menuju kamarnya. Sementara Mark yg beberapa kali memanggilnya tapi tidak dihiraukan hanya bisa mengelus dadanya sendiri karena kesal.
"Tidak... Aku tidak akan melakukannya."
Khaotung yg mendapatkan tatapan dari Mark sudah bisa menduga jika pria dgn jas kuning tua itu akan meminta tolong padanya. Jangankan untuk membangunkan First, untuk bertemu dengannya setelah yg terjadi semalam saja sudah menciutkan nyali Khaotung.
"Ayolah Khao, tolong aku."
"Tidak. Kenapa tidak kau sendiri saja yg melakukannya, kau kan adik iparnya."
Mark meraih kopi milik Khaotung dan menyesapnya beberapa kali, "Justru karena aku adik iparnya makanya aku takut. Membangunkan First sama saja dgn mengusik anjing galak yg sedang tidur."
Semengerikan apa memang First jika tidurnya di ganggu? Bahkan Perth yg tidak lain adalah anaknya sendiri saja tidak mau melakukan hal itu.
"Baiklah baiklah aku akan melakukannya."
Selain karena Mark yg terus memaksanya, rasa penasaran Khaotung tentang anjing galak yg dimaksud Mark tadi membuat Khaotung penasaran dan ingin membuktikan sendiri seberapa menyeramkannya First yg dipaksa bangun dari tidurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unsteady (FirstKhaotung) ✔️
FanfictionKetika sebuah rumah tidak lagi bisa di jadikan untuk tempat pulang. Kemana lagi aku harus pergi? Sesulit itukah menerimaku? "Aku juga tidak mau seperti ini, papa boleh membenciku semau mu. Tapi bolehkah aku mendapatkan satu saja pelukan darimu? Aku...