Dua pasang kaki bergelantungan dgn bebas ditepi atap gedung sekolah. Sementara dua pasang tangan mereka bertopang pada pagar besi pembatas disana. Mentari sudah hampir tenggelam tapi dua remaja laki-laki itu masih enggan untuk turun dan kembali ke rumah. Sudah puluhan menit mereka hanya duduk tanpa seorang pun yg berbicara. Entah sudah kehabisan kata atau hanya sedang sibuk menata pikiran masing masing. Beberapa hari lagi adalah hari kelulusan mereka, dan itu artinya kemungkinan besar mereka tidak akan pernah bertemu lagi satu sama lain.
"Bukankah kau sudah tidak membutuhkan aku lagi?"
Yeah.. Keduanya sempat terlibat obrolan cukup berat beberapa waktu yg lalu. Entah apa yg terjadi sebelumnya,tiba-tiba saja Chimon mengakui pada Perth kalau dia hanya memanfaatkan temannya itu selama ini. Perth yg sejak awal sudah mengetahui hal itu tidak tau harus bereaksi seperti apa.
"Apa kau marah padaku, Perth?"
Marah? Tentu saja tidak. Perth sudah melewati masa masa itu. Awalnya memang marah, tapi menurutnya selama Chimon masih mau berteman dengannya itu tidak masalah.
Perth juga baru mengetahui dibalik harmonisnya keluarha Chimon selama ini ternyata menyimpan begitu banyak tuntutan pada anak mereka. Chimon mengatakan padanya bahwa dia gagal pada ujian masuk di universitas yg di inginkan oleh kedua orang tuannya. Dan akibatnya Chimon harus menerima amarah dari kedua orang tuanya yg terkesan sama sekali tidak mengapresiasi usahanya selama ini.
"Tidak. Tidak masalah kau memanfaatku sesukamu asalkan kau tetap berteman denganku."
Chimon menatap Perth yg tersenyum manis padanya, benar-benar tidak ada kemarahan sedikitpun di wajahnya. Kenapa anak ini memiliki hati yg begitu baik, pikir Chimon.
Chimon sangat berterima kasih pada Perth yg tidak berniat untuk membencinya sedikit pun. Tidak tau apa jadinya jika Perth akan berakhir membencinya disaat seperti ini. Kemarahan orang tuanya sudah cukup menyakiti perasaannya.
"Ada apa?"
Perth yg tiba tiba diam menatap kosong kearah bawah membuat Chimon menepuk pelan bahunya.
"Ini tentang papa."
"Ada apa? Bukankah paman First sudah tidak lagi mengabaikanmu? Atau kalian bertengkar?"
Perth menggeleng pelan, "sepertinya papa menyukai paman Khaotung."
Chimon semakin dibuat heran, apa ada yg salah dgn hal itu? Bagus jika papa Perth akan memiliki orang yg dia sukai. First sudah terlalu lama sendiri dan mungkin ingin memulai keluarga kembali. Dan lagi ini Khaotung, saudara kembar ayah Perth sendiri. Tidak ada yg perlu di khawatirkan, bukan?
"Lalu dimana masalahnya? Kau juga menyayangi paman Khaotung. Dan dia juga sangat mirip dgn mendiang ayahmu."
"Tapi aku tidak ingin siapapun menggantikan ayahku, termasuk paman Khaotung."
"Perth dengarkan aku, tidak ada yg menggantikan siapapun disini. Ayahmu dan paman Khaotung meskipun mereka saudara kembar, tapi tetap saja mereka orang yg berbeda. Meskipun nantinya paman First menyukai paman Khaotung, bukan berarti dia tidak lagi mencintai ayahmu. Mungkin saja paman First membutuhkan seseorang untuk menemaninya menghabiskan waktu di masa tua."
Perth hanya diam, yg dikatakan Chimon memang ada benarnya. Suatu saat jika dia sudah tumbuh dewasa dan menemukan orang yg akan menjadi pasangannya, mau tidak mau dia juga akan meninggalkan First sendirian. Jika First memiliki orang lain yg menemaninya ketika Perth pergi bersama pasangannya nanti mungkin itu akan lebih baik. Tapi entahlah, membayangkan sang papa mencintai orang lain ada rasa tidak rela dalam hatinya. Rasanya sakit, lebih sakit dibandingkan dgn ketika First mengabaikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unsteady (FirstKhaotung) ✔️
FanfictionKetika sebuah rumah tidak lagi bisa di jadikan untuk tempat pulang. Kemana lagi aku harus pergi? Sesulit itukah menerimaku? "Aku juga tidak mau seperti ini, papa boleh membenciku semau mu. Tapi bolehkah aku mendapatkan satu saja pelukan darimu? Aku...