Doyoung sebenernya ga mau banget dianterin pulang sama Haruto, dia hanya tidak ingin menjadi beban untuk orang lain.
"Nih pake helm gua."
Safety First is important, guys. Apa lagi kalo boncengin anak orang.
Haruto melemparkan helmnya ke Doyoung, untungnya Doyoung dengan sigap menangkapnya walau hampir tersentuh tanah.
"Pelan pelan dong, gausah lempar lempar." Gerutu Doyoung sambil memasangkan helm milik Haruto ke kepalanya.
Kalian ngarepin apa? Doyoung yang gamau atau bahkan jijik pake helm Haruto? BIG NO.
Doyoung tuh kalo disuruh mau mau aja, apa lagi sekarang kesadarannya tinggal setengah.
"Kegedean anjing."
Doyoung kesal sendiri karena penglihatannya dihalangi oleh helm Haruto yang ukurannya dua kali lipat dari milik Doyoung.
"HAHAHAHAHA KOCAK BANGET."
Haruto tertawa tebahak bahak melihat penampilan konyol dari orang yang ada di depannya.
Sangat menghibur jiwa Haruto.
Doyoung sendiri tidak mempunyai tenaga lagi untuk menanggapi mahluk yang sedang menertawakan dirinya. Ia hanya ingin tidur.
"Udah sini naik, tau arah rumah lu kan?" Tanya Haruto memastikan.
"Hmmmn di perumahan Teume Cluster."
"Oh, deket."
Dengan perlahan, Doyoung menaiki motor besar Haruto walau jinjit dikit. Motornya terlalu tinggi bagi Doyoung.
"Udah siap belum? Pegangan gih."
Berharap sang empu memegang dirinya, namun ternyata Doyoung memegang pegangan di bagian belakang.
"Nih orang pinter goblok di borong ya."
Haruto meraih tangan kanan Doyoung dan mengarahkannya ke perutnya, begitu juga dengan tangan sebelahnya.
"Pegangan yang erat, gua ngebut."
Katakan Doyoung gila karena dirinya barusan berpikir jika sangat nyaman memeluk Haruto.
Tapi Doyoung tidak bisa berbohong jika itu benar benar sangat nyaman. Dia bahkan bisa saja tidur saat itu juga tapi dia takut keblablasan lagi dan mungkin dia bisa jatuh begitu saja dari motor Haruto yang tinggi. Jadi dia hanya bisa menutup matanya dan berusaha semaksimal mungkin untuk tetap terjaga.
Posisi Doyoung saat ini sangat ekhmm- lucu? Helm full face mengitari wajahnya, mata indahnya tertutup sempurna, kedua tangannya memeluk Haruto, dan badannya sangat menempel pada punggung Haruto.
'Cobaan apa lagi ini ya Tuhan?' Pikir Haruto, senyuman tipis terukir di wajahnya.
"Doy, Doy, Doy." Panggil Haruto berkali kali.
"Hmmn?"
Doyoung membuka matanya dengan paksa, sadar jika ia sudah berada di depan gerbang perumahannya.
"Rumah lu dimana? Gua anterin sampai rumah lu."
Doyoung merinding, dirinya baru saja ingin meminta Haruto untuk menurunkannya di tempat saja.
"Itu Jalan Permai Blok B nomor 14, Haruto."
"Oke."
Doyoung tidak lagi memeluk Haruto, pelukannya terlepas karena kejadian barusan. Masa dia harus peluk Haruto lagi? Ga mau.
"Itu yang rumahnya warna putih, gerbang merah."
Haruto mengedarkan pandangannya ke ciri ciri rumah yang diberitahukan.
"Yang ini?" Haruto bertanya, alisnya menyerit bingung.
Kenapa rumahnya sangat gelap?
Tidak ada orang di rumah?
Doyoung tinggal sendiri?
Hah?
"Nah iya. Berhenti."
Haruto menghentikan motornya, sedangkan Doyoung dengan siap sedia turun dengan melompat kecil dari motor Haruto membuat sang pemilik bergeleng geleng kepala.
"Makasih ya, Haruto udah anterin." Ucap Doyoung setengah sadar, kemudian berjalan ke arah rumahnya.
Haruto tetap terkekeh kecil.
"Helm gua dibawa nih?"
"Lah iya."
Doyoung balik lagi ke Haruto kemudian melepas helm full face itu dan ia berikan kepada Haruto kembali, kemudian dirinya baluk kembali berjalan ke rumahnya.
"Handphonenya gua bawa nih ya."
Oke sepertinya tujuan utama Doyoung ia lupakan.
"Anjing! Handphone gua! BALIKIN!"
Ia berlari kecil, balik untuk kedua kalinya ke Haruto.
"Nih."
Haruto mengembalikan handphone berwarna biru polos itu kepada pemiliknya.
"Makasih." Jawab Doyoung jutek.
Puas menjahili Doyoung. Haruto akhirnya memperhatikan Doyoung dari jauh, ia harus memastikan Doyoung benar benar masuk rumahnya.
Doyoung membuka tasnya dan mengambil kunci rumahnya yang terletak di kantong paling kecil di tasnya.
Ceklek
Doyoung memutar kuncinya dan masuk. Sebelum masuk, Doyoung melambaikan tangannya ke Haruto. Haruto yang melihat itu melambaikan tangannya balik.
Kemudian ia masuk, tidak lama kemudian lampu lampu di rumah Doyoung pun menyala.
Dengan tenang, Haruto memakai helmnya dan gas meninggalkan kediaman Kim.
Haruto memijat bagian pipinya pelan, entah sudah berapa kali dirinya tersenyum dan entah sudah berapa lama dirinya tersenyum selama ia berada dengan Doyoung?
Entahlah, dirinya bahkan heran ia bisa sebanyak senyum ini kepada seseorang, tanpa terpaksa.
Haruto bukan tipe orang yang jarang senyum, tentunya dia sangat murah senyum. Namun, hanya untuk formalitas saja.
Haruto mengambil handphone yang ada di sakunya kemudian menyalakannya.
Ting!
Ting!
Ting!
9+++ unread message.
5 missed calls.
Oh. Shit.
Haruto lupa akan satu hal. Dengan buru buru Haruto menekan tombol icon telefon di sisi pojok ruang chat. Dan tidak lama kemudian telefon itu pun tersambung.
"Haruto?!" Teriak seseorang dari balik telefon itu.
"Iya sayang, iya."
KAMU SEDANG MEMBACA
MIXED FEELINGS [HARUBBY]
Fanfictionseries. "Lu cuman main-mainin gua ya?" Kita memang tidak pernah bertemu, tapi pertemuan kita adalah sesuatu hal yang benar-benar ingin aku ulang kembali lagi dan lagi. Aku, mau kamu. Kamu boleh pergi tapi jangan lupain aku, ingat aku kemana pun kamu...