Hari demi hari silih berganti tetapi tetap saja Doyoung tidak dapat merelakan bahkan melupakan Haruto. Apakah ini terlalu berlebihan untuk seseorang yang baru saja merasakan jatuh kepada orang yang ia cintai?
Sekarang sudah tidak ada sosok yang akan menemaninya lagi. Banyak sekali yang berubah terlebih belakangan ini dirinya sama sekali tidak menunjukkan wajah riangnya. Terlebih Junkyu yang sudah berusaha dengan kesabaran penuh mengembalikkan senyum Doyoung namun hasilnya nihil.
Terdengar dramatis bukan? Tapi itulah kenyataannya.
Entah sudah beratus-ratus kali Junkyu menyerah dan memikirkan untuk memutuskan persahabatan mereka. Entah sudah berapa kali Junkyu merutuki Doyoung yang menjadi pemurung dan kehilangan semangat hidup hanya karena seseorang yang hadir dalam hidupnya dengan waktu yang singkat kemudian hilang begitu saja dengan memandang rendah temannya.
Tapi apakah benar sosok yang sudah hilang lama itulah penyebab kemurungan Doyoung selama ini?
Sampai pada akhirnya kenyataan membuat mulut Doyoung bungkam.
"Dik Doyoung kelelahan saja. Detak jantungnya ga karu-karuan terus kecapean juga. Kalo orang yang ada jantung bawaan tuh harus benar-benar harus dijaga banget kesehatannya. Inget, jantung loh ini? Jangan dianggap sepele ya, dik Junkyu? Kasih tahu temannya."
Perkataan itu sudah berkali-kali terputar dalam otak Junkyu.
Junkyu menatap temannya yang masih terbaring damai di bankar UGD. Sejak kapan temannya ini mengidap gangguan kesehatan?
Ia memutar kembali memori-memori di mana mereka masih duduk di bangku sekolah menengah atas dua tahun yang lalu. Mengingat bahwa temannya yang sering mengeluarkan cairan merah dari hidungnya, cepat kelelahan, dan selalu absen sakit membuat Junkyu sadar.
"Doy? Mimisan lagi?"
"Iyaa nih, bentar ya."
"Lah lu masih sakit Doyoung?"
"Iyaa sakit banget. Besok kayaknya baru masuk."
"Capek banget, Kyu."
"Ayoo bentar lagi, Doy. jangan nye...DOYOUNG?!"
Tapi kenapa dia tidak curiga sama sekali? Bodoh.
"Ehmm." Junkyu reflek menatap Doyoung yang mulai mengerang tidak nyaman.
Dengan panik Junkyu bangkit dari tempat duduknya dan membelai surai hitam milik Doyoung.
"Doy? Mana yang sakit?" tanya Junkyu mencoba tenang.
Doyoung menatap mata Junkyu dengan mata lemasnya. "Engga, ga ada yang sakit kok." jawab Doyoung kembali menutup matanya.
"Sejak kapan, Doy?"
"Apa nya?"
"Sakitnya."
Lagi dan lagi Junkyu harus mengurungkan rasa amarahnya bisa dilihat dari tangannya yang mengepal kuat. Pasalnya temannya itu tumbang ketika mereka berdua beradu argumen yang sedang panas-panasnya. Mau tidak mau dia harus merawat temannya meskipun perapian senantiasa mendampingi mereka berdua. Yang benar saja dirinya meninggalkan Doyoung.
Ia tidak peduli jika ia meninggalkan mata kuliahnya untuk kesekian kali.
Doyoung yang merasa 'terciduk' pun tidak tahu harus bagaimana, ia seperti terpojokkan oleh Junkyu.
"Emang kenapa sih?" tanya Doyoung balik.
"Eh, anjing kalo gua tanya baik-baik ga usah nyolot bisa ga?" jawab Junkyu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MIXED FEELINGS [HARUBBY]
Fanfictionseries. "Lu cuman main-mainin gua ya?" Kita memang tidak pernah bertemu, tapi pertemuan kita adalah sesuatu hal yang benar-benar ingin aku ulang kembali lagi dan lagi. Aku, mau kamu. Kamu boleh pergi tapi jangan lupain aku, ingat aku kemana pun kamu...