Hening adalah kata yang sangat pas untuk mewakili keadaan di halaman rumah besar berbalur cat putih tersebut.
Nafas yang sedari tadi lancar menjadi tercekat karena kemunculan seseorang yang selama ini ia ingin lupakan tapi sayangnya waktu lama untuk melupakan orang tersebut hancur seketika dalam waktu singkat.
"Kim Doyoung?"
"Haru..."
Kedua tangan Doyoung gemetar, ia bingung harus apa untuk di saat-saat seperti ini. Ayolah, ini benar-benar di luar rencana pada pikirannya
"Kim Doyoung? Ini lu?" Tanya Haruto tidak percaya, mata bulatnya melebar melihat kehadiran orang 'masa lalunya'.
"Ah, engga bukan salah orang kali." Jawab Doyoung membantah dengan notasi tingginya yang khas.
"Serius lu bohongin gua? Barusan aja lu sebut nama gua, Kim." Haruto terkekeh terkesan mengejek membuat pipinya memerah sempurna.
Sudut bibir Haruto tertarik ke atas melihat tingkah laku Doyoung, sejenak melupakan pikiran yang berenang di kepalanya seperti 'apa yang dilakukannya di sini?' atau bahkan 'kenapa dia membantah pernyataan jika ia seorang Kim Doyoung yang ia kenal?'
"Lu ngapain ke rumah gua?" Tanya Haruto yang terkesan mengusir.
Entah kenapa sesak yang dirasakan oleh Doyoung, apakah pria yang dihadapannya ini benar-benar tidak ada rasa rindu terhadap dirinya?
Ia benci, sangat benci. Kenapa Haruto terlihat begitu santai? Kenapa pria itu tidak merasakan apa yang ia rasakan beberapa tahun belakangan ini?
Sangat berbeda jauh dengan apa yang selama ini Doyoung pikirkan. Hatinya meringis kecewa mendengar penuturan Haruto.
'Haru? Gua kangen anjing.'
Andai saja Doyoung bisa mengatakan itu langsung bukan hanya berhenti di pikirannya.
"Oh... engga, gua cuman mau ke rumah kenalan gua aja. Kayaknya salah alamat deh ya." Jawab Doyoung dilanjutkan tawa canggungnya.
"Yaudah, gua balik lagi ya. Bye." Lanjut Doyoung hendak meninggalkan tempat.
Tapi tidak semudah itu. Dengan sigap Haruto menarik kembali pemuda kecil itu ke dalam rumahnya dan menutup pintu besar tersebut sehingga tidak tedapat jarak sedikit pun.
Ah, Doyoung membenci posisi ini. Dimana ia berada di kungkungan Haruto.
Tidak sanggup untuk menatap Haruto, Doyoung memilih menundukkan kepalanya dan membuang muka manisnya itu. Namun, lagi dan lagi bukan Haruto namanya jika tidak memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan.
Haruto mendekati wajahnya pada telinga mungil Doyoung, bisa dirasakan dengan jelas oleh Doyoung hembusan nafas Haruto yang begitu... ia rindukan.
"Katanya sayang sama gua? Kok main tinggal aja?" bisik Haruto.
...
"Sem-moga kamu sukses ya, belajar y-yang bener oke? A-aku sayang kamu."
Entah memori dari mana tetapi 'kejadian' itu tiba-tiba saja terlintas dipikirannya. Tampaknya Doyoung harus merelakan kerja kerasnya untuk melupakan seorang Watanabe Haruto ini.
Karena semua kerja kerasnya adalah sia-sia.
Haruto tersenyum tipis melihat reaksi Doyoung yang kebingungan, persis seperti ekspetasinya.
"Hyung ngapain si! Katanya mau main cama Keiji!"
Terdengar teriakan dari arah belakang mereka.
Kungkungan Haruto terlepas dan mulai mendekati arah suara kebisingan tadi. Ah, anak kecil itu ternyata.
KAMU SEDANG MEMBACA
MIXED FEELINGS [HARUBBY]
Fanfictionseries. "Lu cuman main-mainin gua ya?" Kita memang tidak pernah bertemu, tapi pertemuan kita adalah sesuatu hal yang benar-benar ingin aku ulang kembali lagi dan lagi. Aku, mau kamu. Kamu boleh pergi tapi jangan lupain aku, ingat aku kemana pun kamu...