"Bagaimana dengan pakaianku?"
Hugo merenung sesaat. Dia mengenakan kacamata anti radiasi, anehnya itu justru membuatnya semakin kelihatan dewasa dan seksi.
"Kau sudah berganti pakaian empat kali, Richard."
"Ini pertama kali bagiku menghadiri pesta ulang tahun Kaigan. Aku cemas jika aku salah memakai kostum."
"Kau bilang mereka hanya menentukan warna."
"Apakah cocktail dress semacam ini bagus?"
"Kau cantik dengan pakaian apapun."
Aku cemberut. Entah mengapa Hugo hari ini tampak tidak terlalu peduli. Dia hanya mengatakan bagus. Malas untuk berkomentar lebih jauh, padahal aku sangat membutuhkan pendapatnya.
"Jean, bagaimana menurutmu?"
Jean berbalik dari lukisannya. Dia sedang membuat gambar abstrak. Biru muda dan gelap. Aku menduganya sebagai representasi dari langit malam. Mungkin nanti dia akan menambahkan bintang-bintang, tapi entahlah.
"Ini yang terbaik. Kaigan pasti akan menyukainya."
"Kau yakin?"
"Aku yakin."
Aku masih sibuk memilih gaun. Kemudian dengan sedikit kepercayaan diri aku merias wajahku. Aku bisa terlambat jika terlalu fokus dengan gaun saja. Beatrice bilang dia akan segera menjemputku, jadi aku cepat-cepat meraih sepatuku. Kami masih harus menjemput kue, sebab aku akan memberikannya untuk Kaigan.
"Kau terlalu bersemangat, Joana." Hugo mengejekku. "Padahal hubungan kalian hanyalah permainan."
"Aku pergi." Aku menutup pintu sebelum suasana hatiku memburuk. Suasana hati Hugo sedang jelek. Barangkali disebabkan oleh penelitiannya yang akan segera dipublikasikan Februari ini.
Beatrice menjadi saksi kegugupanku. Ini pertama kalinya aku menyiapkan hadiah untuk seorang laki-laki. Dulu aku tidak pernah memiliki pacar. Jika menyukai seseorang, aku pun tidak pernah menunjukkan diri secara langsung. Pada akhirnya perasaan itu memudar tanpa sempat kami saling mengenal.
Aku tidak mengerti apa yang Kaigan sukai selain wanita, alkohol, pesta dan narkotik. Namun aku pikir semua orang membutuhkan kue ulang tahun, jadi aku membawanya bersama. Kue bulat sederhana dengan hiasan di pingginya. Kupilih warna hitam, karena waran tersebut melambangkan Kaigan secara tepat. Aku tidak menambahkan hiasan lainnya. Takut Kaigan berpikir ini terlalu lebay.
Pesta ulang tahunnya digelar di kediaman utama Wilson. Tepi kolam renang telah sesak, dipenuhi oleh mahasiswa. Sebagian besar tentu saja kelompok Kaigan. Musik DJ berdentum-dentum keras melalui pengeras suara. Ada panggung yang dibangun di sana. Sebuah kue tinggi berwarna hitam tersaji dan juga beberapa botol sampanye. Dua orang MC tampak saling bertukar kertas. Mengatur jalannya acara, selagi yang lain berswafoto.
"Aku akan memberikannya sekarang."
"Lebih bagus jika kau menunggu acaranya dimulai."
"Aku hanya ingin memberikan padanya. Kelompoknya tidak perlu tahu."
"Theo bilang dia berada di kamarnya. Kau tahu letaknya, kan?"
"Aku tahu."
Kami menaiki anak tangga. Beberapa perempuan berlalu lalang. Aku curiga jika salah satu dari mereka naik untuk menyenangkan Kaigan.
Pintu kamarnya terbuka. Mereka duduk mengelilingi sofa. Memakai kemeja hitam tanpa lengan, menunjukkan dada mereka dan tato-tato aneh. Aku belum pernah melihat teman-temannya yang ini. Mereka bahkan tampak lebih tua sehingga aku ragu untuk masuk.

KAMU SEDANG MEMBACA
Desire |18+ END
RomanceJoana Richard seharusnya tidak jatuh cinta kepada Kaigan Wilson. Pria itu tidak segan menenggelamkan kepala Joana di kloset toilet yang kotor, karena tidak menyukai kehadirannya. Kaigan adalah laki-laki yang selalu mendapat apapun yang ia inginkan...