"Aku hanya bisa menundukkan
pandanganku saat aku melihatmu
tapi aku tidak mampu menundukkan
hatiku untuk tidak mengagumimu"
•
•
•
HeeraSeorang santriwati memakai seragam sekolah berlari menuruni tangga asramanya. Ia sudah ditunggy oleh beberapa temannya yang hendak berangkat ke sekolah.
Hari ini adalah hari pertama bagi Ara untuk mengikuti pembelajaran di sekolah barunya. Karena ia telat bergabung itu beberapa bulan, ia sudah jauh tertinggal karena sebentar lagi sudah memasuki semester dua.
Ara sekolah di tingkat Madrasah Aliyah, hal ini sama saja seperti tingkat SMA.
"Masyaallah..., kamu cantik banget kalau pakai seragam sekolah." Puji Esha yang kagum melihat pesona Ara yang mengenakan seragam sekolah mereka.
***
Sesampainya di sekolah mereka yang berada di komplek putra. Banyak pasang mata dari santriwan yang melirik gadis itu walau posisi mereka berjauhan.
Pondok pesantren Darul Mustafa tidak membenarkan santriwati bertemu dengan santriwan tanpa ada keperluan, dan mewajibkan untuk saling menjaga jarak atau tidak, hukuman akan menanti mereka.
"Far..., itu santriwati baru ya?" tanya seorang santriwan yang bernama Farhan.
Sang empu yang ditanya malah tak peduli dengan pertanyaan tersebut. Mereka berada di balkon asrama mereka yang berada di lantai tiga, mengamati Ara dari kejauhan.
"Jaga pandangan Nizar...," ledek Farhan sambil mengusap kasar tangannya pada wajah Nizar.
"Kalau lihat cewek, nomor satu ni bocah." Tumpal Farhan lagi.
"Ya, kan. Sekarang umur kita udah 19 tahun. Udah boleh cari pendamping hidup kali."
"Ya nggak 16 tahun juga kali istrinya."
"Emang Lo tahu umur santriwati tadi?"
"Setau gue dia baru kelas satu Aliyah, cuma denger-denger doang sih." Jelas Farhan.
"Oh iya, ane lupa kalau ente sering ke komplek putri untuk bantu Kyai." Balas Nizar dan berlalu pergi.
Sedangkan Farhan tetap menetap di balkon sambil membaca buku materi kuliahnya.
***
"Assalamu'alaikum, kaifa haluk?" sayap Ustazah Nurul sambil menyinggung senyum manis.
"Wa'alaikumussalam, bi khari wal hamdulilla. " Jawab santriwati serempak.
"Hari ini kita kedatangan santriwati baru, Ara silahkan masuk." Titah Ustazah Nurul selalu wali kelasnya. Setelah memperkenalkan dirinya.
Ara berjalan mencari bangku kosong untuk ia duduki dan tepat sekali bangku itu berada di samping meja Esha."Ya, sekarang kita mulai belajar tentang fi'il mudhori' bab 3.Fahimtum anak-anak?"
"Fahimnaa, Ustazah..."Balas santriwati secara serempak, sedangkan Ara hanya mengkomat-kamitkan lidahnya, ia benar-benar tidak mengerti tentang bahasa Arab.
***
Seorang santriwati berjalan pulang ke asrama bersama kedua temannya. Meraka adalah Ara, Esha, dan Deba.
Di perjalanan menuju asrama putri, Deba tak henti-hentinya bertanya kepada Ara, mulai dari bagaimana ketika pertama kali berkenalan dengan teman-teman baru sampai seterusnya.
Tingkah laku Deba yang sedikit tengil, mengingatkan Ara dengan sahabat SMP nya Fhatia. Mereka berdua tampak seiras sifatnya.
Sedangkan Esha mengingatkannya pada Hilya yang kalem dan lembut sifatnya.
Apa yang dikatakan Gus Alvan pada salah satu video dakwahnya memang benar. Allah akan mengganti orang-orang yang kita sayangi dengan orang lain di saat kita sedang fisabilillah, atau berjuang di jalan Allah. Salah satunya adalah belajar di pondok pesantren.
"Kalian tahu nggak? kalian berdua tuh mirip... banget sama temen-temen SMP Ara." Lirih Ara dengan mata yang berbinar dan sedikit tampak berkaca-kaca.
"Serius?" tanya Deba dan Ara mengangguk.
"Jadi rindu sama mereka deh." Tutur Ara sambil menghembuskan nafasnya dalam.
***
INTINYA JANGAN LUPA VOTEEEEE!!!
Ya Allah banyakkan lah THR untuk para readers ku yang selalu vote di tiap episode, AMIIIIIIIN🤲🤲💸💵💴💶💰💳
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARA DUA DO'A (TERBIT)
Teen Fiction⚠️SEBELUM BACA WAJIB FOLLOW AKUN INI!⚠️ " Ara gak suka jatuh hati sama yang enggak bisa Ara miliki"