"Jadilah seperti bunga yang memberikan keharuman bahkan kepada tangan yang telah merusaknya" ° ° ° Ali bin Abi Thalib
"Permisi, dek. Di kelas ini ada yang namanya Hanan Azkadina Syahira? " tanya seorang kakak kelas dari gedung sekolah SMA Bintang. Karena sekolah itu tersedia dari tingkat SD sampai SMA. Semua sorot mata kini tertuju pada gadis berhijab yang sedang duduk tak berkutik sambil membaca sebuah buku.
"Ara!! dipanggil sama kakak itu. " Panggil Hilya, dagunya berisyarat ke arah kakak kelas yang memanggil Ara.
Ara bangun dari duduknya, dengan sopan Ara menanyakan apa yang membuatnya dipanggil.
"Dek, nanti kamu ke kelas kak Gabra. Kenal kan? " tanya kakak kelas itu lagi. Ara mencoba mengingat-ingat nama yang menurutnya familiar. Ara menggangguk lalu kembali duduk di bangkunya semula. Tak lama kemudian.
"Assalamualaikum." Salam Pak Fikri sebagai guru fisika. Tangannya membawa setumpuk kertas soal.
"Wa'alaikumussalam." Jawab siswa-siswi dengan serempak. Kelas tiba-tiba hening tak bersuara, keringat dingin bercucuran pada pelipis Ara. Ujian dengan mata pelajaran inilah yang paling ia benci. Bahkan ia tak percaya dengan dirinya. Tapi ia tetap mengingat satu kalimat yang telah ia dapatkan dari tontonan dakwah Gus Alvan.
"Percayalah pada Allah Tuhan kita, semua akan menjadi nyata jika kalian percaya pada-Nya." Itulah kalimat yang selalu Ara ingat ketika ia memiliki sebuah rencana, untuk kali ini ia akan mencoba percaya pada sang maha kuasa 100% bahwa Allah akan membantunya.
"Saya beri waktu 15 menit untuk mengulang-ualng kembali sebelum kita mulai ujian. "
Ara memejamkan matanya, berdo'a dalam hati dengan keyakinan bahwa Allah akan membantunya.
Beberapa jam telah berlalu, akhirnya Ara dan teman-temannya telah menyelesaikan ujian. Setelahnya Ara pergi menuju kelas Gabra dengan ditemani Hilya dan Fhatia. Gedung yang luas dan terlihat bersih. Setelah bertanya dimana kelas Gabra kepada beberapa orang yang lalu lalang, akhirnya mereka bertiga sampai di kelas itu. Tapi Gabra hanya ingin bertemu dengan Ara.
"Kamu yang biasanya dipanggil Ara kan? " tanya Gabra, awalnya Ara terpana dengan pesona tampan yang dipancarkan gabra tapi kemudian....
"Maksud gue panggil lo ke sini, karena... Gue mau menyatakan rasa suka gue sama lo. " Ucap Gabra tiba-tiba dengan lutut yang tekukkan ke lantai sedangkan di tangannya ada sebuket bunga mawar merah yang begitu segar. Rasanya pipi Ara terbakar. Apalagi anggota kelas itu ikut menyaksikannya. Ara bungkam seribu bahasa, lidahnya kelu untuk berucap.
"Sebenarnya gue udah suka sama lo dari dulu." Kalimat itu kembali membuat Ara gugup. Tidak enak jika menolak Gabra terlebih karena dia siswa yang lumayan famous di sekolah tapi Allah melarangnya untuk berpacaran
Firman Allah dalam Surah al-isra ayat 32 وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنٰىٓ اِنَّهٗ كَانَ فَاحِشَةً ۗوَسَاۤءَ سَبِيْلًا
Artinya :Janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya (zina) itu adalah perbuatan keji dan jalan terburuk.
Dengan lidah yang bergetar Ara memberanikan diri untuk menjawab. "Iya, Ara hargai rasa suka kak Gabra sama Ara, tapi Ara nolak untuk jadi pacarya Kak Gabra." Ucap Ara gemetar, raut wajahnya Gabra mulai tampak murka. Baru kali ini ada siswi yang menolak mentah-mentah permintaannya.
"Maaf...." Cicit Ara takut sedangkan Hilya dan Fhatia hanya mengintip dan menguping walau pintu kelas terbuka begitu lebar.
***
🌷🌸🌷🌸 🌸🌷🌸🌷🌸 Λ🌷🌸🌷🌸🌷 ( ˘ ᵕ ˘🌷🌸🌷 ヽ つ\ / UU / 🎀 \ nih bunga untuk kalian yang udah vote di setiap episode cerita aku
⚠️Ingat ini hanya cerita fiksi yang berdasarkan imajinasi dan pengalaman pribadi ⚠️
Byeee 👋
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.