37.ANTARA DUA DO'A

1.7K 111 0
                                    


"Saat engkau memperjuangkan
sesuatu, maka akan ada
sesuatu hal lain yang terpaksa
engkau relakan"
°
°
°
Heera

"Iya-iya. Ayo masuk! kita ngobrol di dalam aja." Pinta Ara merangkul bahu Fhatia dan Hilya.

Fhatia langsung merebahkan tubuhnya ke sofa, layaknya rumah sendiri. Sedangkan Hilya ia menyusuri Adira untuk membantu memasak.

"Eh, BTW kayaknya jilbab kamu udah ukuran jumbo ya?" Ara melihat perubahan drastis dari Fhatia.

"Udah sering denger dakwah Gus Alvan nih makanya hijrah."

"Heh! hijrah itu jangan karena seseorang tapi karena Allah, murni dari hati, ikhlas lahir batin."

"Iya Ara..., aku hijrah karena Allah tapi dibantu dengan dakwahnya Gus Alvan." Aar mengabungkan 2 jempolnya dan kembali fokus dengan menjelajahi akun instagram Farhan.

Fhatia mendongakkan kepalanya, mengintip apa yang sedang dilihat oleh Ara. Lantaran sedari tadi Ara selalu senyum-senyum sendiri.

"Cowok itu lagi, lo suka sama dia?" Ara segera menutup dan menjauhkan handphonenya dari Fhatia.

"Kalau iya, emangnya kenapa? iri gitu!" Sungut Ara dengan bombastis side eyes.

"Terus kalau lo suka sama dia, hubungan lo sama Gus Alvan gimana?"

"Hubungan apaan dah? orang aku cuma bantu-bantu di rumah Bu Nyai Hanzal, bukan tunangan sama Gus Alvan." Jawab Ara ketus.


***


Alvan membuka lemari bajunya. Dia tersenyum, tangannya membuka sebuah paper bag yang berisikan sehelai kain ridha.

Gadis yang membuat Alvan jatuh cinta padanya memang sedang tidak ada di area pesantren, tapi sehelai kain ridha itu cukup untuk mengobati rasa rindunya pada Ara.

Entahlah, Alvan juga tidak tahu kenapa ia bisa menyukai gadis yang menjadi santriwatinya sendiri. Alvan kembali menutup paper bag itu.

Jam menunjukkan pukul 03.00 malam. Ini sudah biasa bagi Alvan, terbangun di sepertiga malam untuk berdialog dengan Tuhannya melalui shalat dan do'a. Ara memang gadis biasa tapi dia mampu membuat gusnya jatuh cinta sehingga nama lengkap Ara terucap dalam do'a dan sujud Alvan di sepertiga malam.

Kebiasaan Alvan setelah shalat tahajjud ialah memuraja'ahkan hafalan 30 juznya. Umur Alvan masih sangat muda, tak jauh berbeda dengan Farhan yang umurnya sudah 19 tahun, hanya beda 3 bulan dengan Alvan yang umurnya 20 tahun.


***

Pagi yang cerah menyapa halaman rumah Ara. Dia sedang menyirami bunga-bunga yang bertaburan di halaman depan rumahnya.

"Nih mawar putih kenapa cakep banget ya, mirip bunga yang ada di mukena Ara. Yang dikasih sama Kak Farhan." Gadis itu kembali teringat dengan hadiah yang pernah Farhan berika kepadanya.

Ara segera membuyarkan lamunannya saat wajah tampan Farhan terbayang dalam pikirannya. Dia kembali fokus menyirami tanaman-tanaman.

"Assalamu'alaikum, Hanan!" Ara yang sedang fokus menyiram tanaman menoleh ke arah gerbang. Ia mematikan kran air dan bergegas menuju ke sana.

"Kak Nizar, ngapain ke sini? sendirian?" tanya Ara. Mata gadis itu mencari-cari seseorang.

"Oh, cuma mau bersilaturahmi dek, cariin sapa hayo? pasti cari Kak Farhan kan? tenang aja, tuh dia!" Nizar menunjuk ke arah belakang saat Farhan muncul dengan baju kaos putih, dan celana hitam. Farhan melambaikan tangannya sambil tersenyum.

"Yaudah kak, ayo masuk!" pinta Ara seraya membuka gerbang rumahnya.

Di ruang tamu Adira duduk menemani Ara dengan dua tamunya. Adira sedikit sinis kepada dua tamu itu.

"Bund, kaga usah sini kali. Ini yang namanya Kka Farhan, yang udah nolongin Ara waktu itu." Jelas Ara. Raut wajah Adira langsung berubah menjadi ramah tamah.

"Oh, makasih banget ya Nak Farhan," Adira sangat berterima kasih kepada lelaki itu.

"Kalian satu ponpes ya?" tumpal Adira. Farhan mengangguk sambil mengulas senyumnya sopan.

Sekarang, Ara yang cemberut, saat melihat Adira semakin akrab dengan Farhan. Sedari tadi Nizar hanya menjadi nyamuk antara Adira dan Farhan yang keliatannya semakin akrab.

Farhan merasa semakin luas peluangnya untuk menjadi menantu di keluarga Ara. Padahal umur Farhan masih sangat muda tapi entah mengapa lelaki itu sudah memikirkan untuk berkeluarga.

Setelah merasa lama bertamu, Nizar dan Farhan pamit pulang dari rumah Ara. Ara mengantar keduanya sampai gerbang rumah. Sebelum mobil Farhan melaju pergi, Ara melambaikan tangannya. Farhan tersenyum saat melihat Ara melambai tanda perpisahan. Setelah mobil itu menghilang dari pandangan Ara. Dia kembali masuk ke rumah dan merebahkan punggungnya ke sofa ruang tamu.

Senyum gadis itu tak kunjung menyusut semenjak Farhan datang ke rumahnya.

"Cie..., ada yang jatuh cinta nih anak bunda." Ledek Adira saat melihat putrinya senyum-senyum sendiri.







ANTARA DUA DO'A (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang