12.ANTARA DUA DO'A

2.1K 145 1
                                    

"Tidak akan ada yang bisa mengerti dengan hatimu kecuali yang telah menciptakan hatimu itu"°°°Tiktok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tidak akan ada yang bisa mengerti dengan hatimu kecuali yang telah menciptakan hatimu itu"
°
°
°
Tiktok

Fhatia dan Hilya berdiri kaku di depan rumah milik kediaman Ara. Mereka berharap kali ini, Adira mengizinkan mereka untuk bertemu dengan sahabat mereka.

Fhatia membuka pagar rumah itu. Adira yang sedang menonton televisi sekilas mendengar suara pagar rumahnya yang terbuka, karena penasaran siapa yang datang ia mengecek lewat CCTV di rumahnya itu.

Lagi dan lagi untuk kesekian kalinya ia melihat dua gadis itu kembali datang.

"Fhatia, sebelum ketuk pintu berdoa dulu, siapa tahu kalau kita meminta kepada-Nya kita diberi kemudahan. " Saran Hilya. Ia benar-benar berharap untuk kali ini Adira memberi mereka izin agar dapat bertemu dengan Ara.

***

Adira berusaha untuk tidak menghiraukan ketukan pintu rumahnya. Tapi entah mengapa untuk kali ini hatinya cemas jika tidak membuka pintu.

Hatinya tersentuh dengan usaha Fhatia dan Hilya yang tak pernah menyerah walaupun ia sudah mengusir mereka untuk beberapa kali. Bahkan Yazid sendiri sudah membujuk Adira berulang-ulang kali untuk memaafkan mereka, karena Yazid tahu semua kejadian itu bukanlah salah mereka sepenuhnya.

"Bunda, udahlah.... maafin aja mereka, kasian. Pasti mereka rindu banget sama anak kita " Pinta Yazid sedang turun dari lantai dua menuju ke ruang tamu. Dia sudah tahu bahwa yang mengetuk pintu tadi adalah Hilya dan Fhatia.

"Gak! Bunda nggak bisa maafin. Gara-gara mereka anak kita hampir dilecehin."

"Tapi Bunda tahukan itu bukan kesalahan mereka sepenuhnya. Udah ya, dimaafin aja. Syang mereka udah temenan dari dulu." Mendengar hal itu Adira sedikit bimbang tapi ada benarnya juga apa yang dikatakan Yazid.

"Eum, bener juga. Kasian Ara dari dulu nangis-nangis minta ketemu sama mereka."

***

Fhatia berhenti mengetuk pintu karena ia sudah mengetuk pintu sebanyak tiga kali. Ia ingat pesan dakwah yang disampaikan Gus Alvan tentang adab bertamu untuk tidak mengetuk pintu lebih dari pada tiga kali.

Wajah Hilya mengerut, ia benar-benar putus asa sekarang. Haruskah ia memutus tali silahturahmi dengan sahabatnya tapi Allah dan Rasul-Nya sangat membenci itu.

Allah SWT berfirman dalam surat Ar-Ra'd ayat 25

وَٱلَّذِينَ يَنقُضُونَ عَهْدَ ٱللَّهِ مِنۢ بَعْدِ مِيثَٰقِهِۦ وَيَقْطَعُونَ مَآ أَمَرَ ٱللَّهُ بِهِۦٓ أَن يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِى ٱلْأَرْضِ ۙ أُو۟لَٰٓئِكَ لَهُمُ ٱللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوٓءُ ٱلدَّارِ

Artinya: Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam).

Bahkan merek berdua telah kehilangan kontak Ara sejak dulu, ini benar-benar sulit . Jujur rindu sudah tidak tertahan lagi tapi dinding penghalang belum juga runtuh untuk mereka.

Jangankan untuk bertemu sekedar mengetik pesan singkat saja untuk Ara mereka tidak mampu. Adura benar-benar membatasi semuanya.

Baru saja mereka berdua berbalik badan untuk pulang, ada yang menyatu salam mereka.

"Wa'alaikumusalam.Hilya, Fhatia sini masuk!" pinta Adira dengan lembut. Hilya dan Fhatia kembali menoleh ke arah suara. Mereka saling lempar tatapan heran.

Bagaimana tidak? sudah beberapa kali mereka datang dan pulang dengan perasaan sedih tapi kali ini Adira tersenyum dan menyuruh mereka masuk ke rumah mewah yang sudah sangat lama mereka tidak singgah di dalamnya.

***

Hilya duduk berdampingan dengan Fhatia. Mereka berdua sedikit gugup dan sungkan untuk berbicara dengan Adira. Mereka takut jika Adira kembali memarahi mereka.

"Udah, ayo diminum tehnya nanti keburu dingin," Adira memecahkan keheningan.

"Bunda minta maaf ya,  atas perlakuan Bunda sama kalian selama ini. Yang selalu ngusir dan marah ke kalian."

"Nggak kok Bund, seharusnya kami yang minta maaf duluan.Bunda nggak salah." Sanggah Hilya ia merasa tidak enak jika Bunda Ara meminta maaf pada mereka.

Adira tersenyum hangat kala ia melihat dua gadis yang sudah mulai dewasa itu, tak pernah berubah kebaikan mereka walau Adira sudah memperlakukan mereka dengan cara yang tidak pantas.

"Tadi kalian ke sini pakai apa? tanya Adira basa-basi. Fhatia menjawab dengan tutur kata yang sopan bahwa mereka pergi dengan mengendarai motor. Adira yang mendengar itu sontak kaget.

" Astaghfirullah! Kenapa pakai motor, kalian kan masih di bawah umur. Baru juga kelas 1 SMA."kelakar Adira, sedangkan Fhatia dan Hilya hanya menunduk saat diomeli Adira, dan mereka berjanji agar tidak mengendarai motor sebelum mimiliki SIM.

"Bunda, Ara ada di kamar nggak?" Fhatia sudah tidak sabar lagi untuk bertemu dengan sahabatnya.

Adira menyeringai saat mendengar pertanyaan itu."Oh..., Ara dia nggak ada di rumah. Dia sekarang lagi mondok di pesantren Darul Mustafa."

"PESANTREN??" tanya mereka berdua serempak dan dibalas anggukan serius oleh Adira

Yazid yang melihat ketiga wanita itu kembali berbincang dengan hangat membuatnya mengulas senyum bahagia.

***

ANTARA DUA DO'A (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang