45. ANTARA DUA DO'A

1.8K 107 0
                                    

" Takdir jangan kau
bantah, bisa
jadi engkau akan semakin
patah"
°
°
°
Heera

"Udah ya, saya pamit dulu. Ada hal yang harus saya urus." Timpal Farhan dan langsung berlalu pergi. Membuat Ara terdiam. Apa yang terjadi? mengapa Farhan terlihat lebih cuek kepadanya?

Ara tidak mempermasalahkan itu, mungkin saja Farhan sedang lelah. Ara benar-benar gadis yang baik, ia selalu mencoba mengerti apa yang sedang dirasakan Farhan, karena islam mengajarkan pengikutnya untuk berhusnuzdon kepada siapa pun. 

يايهاالَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka! Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah! Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.(Al-Hujurat;12)

"Ra, itu Kak Farhan tumben langsung main pergi gitu aja?" entah sejak kapan Esha berada di sampingnya. Ara menggeleng dan mengatakan mungkin saja Farhan sedang kelelahan. Esha hanya mengangguk paham tapi tanya ada hal lain yang menjanggal.

***

Setelah shalat insya berjamaah di masjid Az-Zahra, Ara duduk sambil mengerjakan skripsi juga sembari melakukan panggilan video bersam Deba, Fhatia dan Hilya. Bercerita dan tertawa bersama.

"Kalian jangan lupa mampir ke acara milad pesantren ya?" ajak Ara.

"Kapan?" tanya Deba, Hilya dan Fhatia serempak.

"Lusa, nanti ada diadain lomba." Jelas Ara lagi sambil meminum teh hangat yang terletak di sampingnya.

"Cuma ada perlombaan doang ya? kaga ada bazar makanan gitu?" tanya Deba.

"Caelah! pikiran lo memang makanan, makanan, dan makanan!" cemooh Fhatia.

"Yaelah, kamu juga mau kan?" balas Deba. Hilya hanya diam tidak berkutik, boleh dikatakan sebenarnya ia sudah tertidur.

"Bazar makanan? pasti ada dong, bukan cuma bazar makanan doang tapi ada bazar pernak-pernik juga." Jelas Ara.

"Lusa kan? oke nanti aku bakalan datang kok, kamu ikut lomba apa aja?"

"Pidato bahasa Indonesia."

"Semangat latihannya!" sanggah Fhatia.

"Eh udah dulu ya, mau fokus sama skripsi dulu. W assalamu'alaikum." Ara menutup panggilan video itu. Setelah beberapa saat mengerjakan skripsi Ara ingin tidur dan sebelumya ia melaksanakan shalat tobat lalu membaca surah Al-Mulk barulah ia bisa tidur dengan nyenyak.

***

Suasananya malam di pesantren Darul Mustafa begitu ramai dengan santriwan dan santriwati yang mondar-mandir di sekitar bazar. Yap! ini adalah milad pesantren. Walaupun begitu, santriwati dan santriwan tetap dibatasi dan dibagi areanya,agar tidak ada yang bercampur padu.

Biasanya ketika milad pesantren, seluruh kegiatan belajar akan diliburkan selama milad pesantren berlangsung. Milad dirayakan selama dua minggu dan selama dua minggu itu santri yang mengikuti lomba hanya difokuskan untuk latihan dan mempersiapkan diri untuk ikut lomba. Tapi tidak dengan mereka yang sedang berkuliah.

Kegiatan lomba akan dilaksanakan mulai dari jam 08.00 pagi sampai jam 12.00 siang. Sedangkan ketika malam acara lomba akan dilaksanakan mulai dari jam 08.30 malam sampai jam 00.00 malam.

Ara, Esha, Sarah dan Rahil sibuk mempersiapkan diri untuk tampil besok pagi. Mereka mencoba fokus dengan bidang masing-masing, tapi suasana milad pesantren yang begitu meriah membuat mereka gagal fokus  dan sedikit terganggu.

"Ribut banget dah! gimana mau fokus latihan." Keluh Rahil.

"Gimana kalau kita latihan di kelas kosong aja?" saran Sarah dan langsung disetujui oleh Ara, Esha dan Rahil.
Kelas kosong itu terletak di belakang panggung tempat lomba diperlombakan, tepatnya di gedung sekolah tsanawiyah. Di lantai dua, mereka berempat masuk ke salah satu kelas kosong, lalu Ara menghidupkan lampu kelas itu. Akhirnya mereka berempat mulai latihan. Tak berselang lama Ustadz Zainal menghampiri mereka.

"Assalamu'alaikum. Kenapa kalian bisa di sini? acaranya kan di sana." Semua terke siap kaget.

"Ka-kami latihan, Ustadz." Jelas Esha gugup.

"Yaudah, besok aja ya latihannya, jangan di gedung gelap gini. Bahaya, bisa mengundang fitnah." Tutur Ustadz Zainal dengan lembut.

Lalu mereka berempat keluar dari kelas dan hendak kembali ke bawah tenda penonton. Namun tiba-tiba Ustazah Jalia yang berada di lantai bawah melempari mereka dengan segenggam  baru kerikil dan segelas air. Kedua benda itu berdentum dengan atap seng dan menimbulkan suara yang benar-benar gaduh, membuat keempat santriwati itu panik luar biasa. Suasananya seperti perang. Semua lari kocar-kacir tidak tahu arah.

"BERANI-BERANINYA KALIAN BERKHALWAT DI SINI. ACARANYA DI SANA!" gertak Ustazah Jalia. Sedangkan Esha, Sarah dan Rahil buru-buru menghindar karena Ustazah Jalia membawa rotan. Ketiga gadis itu kembali ke bawah tenda penonton.

"Astaghfirullah, kenapa malah jadikaca gini? padahal kita nggak berkhalwat bareng ikhwan, tadi kita cuma ngomong sama Ustadz Zainal." Esha benar-benar bingung. Rahil dan Sarah masih menetralkan deru napas  mereka yang terengah-engah.

"Eh, bentar-bentar. Ara mana?" tanya Rahil saat menyadari mereka hanya bertiga.

"Lha iya. Jangan-jangan, Teh Ara ditarik sama Ustazah Jalia terus dipukulin pake rotan." Terang Sarah panik.

"Astaghfirullah, jangan asal nuduh. Ga boleh suudzon!"

"Ya terus, sekarang gimana?" saat sedang sibuk berdiskusi, Alvan melewati ketiga gadis itu. Rencananya dia akan kembali ke ndalem untuk istirahat, tapi dengan cepat Sarh menghadang Alvan. Membuatnya kaget dengan kehadiran santriwatinya itu.

"Gus, tolongin kami dong. Sarah mohon banget!" bujuk Sarah dengan mendekap tangannya pertanda memohon. Kemudian Rahil dan Esha menyusulnya.

"Memangnya ada apa?" tanya Alvan singkat. Dugaannya ini bukanlah masalah serius.

"Jadi...." Sarah menceritakan awal sampai akhir kejadian. Ia meminta Alvan agar menjelaskan kepada Ustazah Jalia bahwa ini hanya kesalahan pahaman, mereka benar-benar tidak berkhalwat dengan seorang laki-laki pun. Alvan menyimak dengn seksama lalu mengangguk paham.

ANTARA DUA DO'A (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang