6. WAKTU BERGERAK MENDUKUNG KITA

14.1K 585 48
                                    

Jangan lupa vote duluuu, supaya enggak lupa.
Selamat membaca❤️

6. WAKTU BERGERAK MENDUKUNG KITA

Kalau pintunya terkunci dan kuncinya hilang, mungkin kita perlu mengganti pintunya sekalian.

***

Ravin tidak menghitung berapa kali ponsel miliknya berdering karena ia tak punya waktu untuk itu. Ketika kebersamaannya dengan Salwa menjadi alasannya bahagia, maka hal lain tidak bisa merusak suasana kesenangannya. Sebelum atau sesudah berkenalan dengan perempuan itu, Ravin merasakan perbedaan di sini. Ia selalu bersemangat bagaimanpun beratnya hari itu, seolah adanya Salwa di dalam hidupnya, menjadi suatu rasa yang patut disyukurkan.

Di tengah momen bahagia yang selalu ia semogakan menjadi kenyataan, tiba-tiba seseorang yang masanya habis di 2 tahun lalu kembali muncul. Ravin bertengkar dengan perasaannya, bahkan ada amukan yang memberontak di kepala dan hatinya.

Kenapa? Kenapa dia kembali? Pertanyaan frustasi itu terus Ravin cetuskan, ia berusaha membantah perasaan yang masih tersisa. Anehnya, semakin ia meruntuk, semakin ia masuk ke dalam lubang kenangan di masa lalu, seolah orang itu memiliki power hingga mampu membuat Ravin berada di garis kebingungan.

"Nggak seharusnya lo datang lagi, bangsat!" umpat Ravin memukul stir mobil. Laki-laki itu tak kunjung keluar meski sudah berada di depan rumah. Ravin ingin mengatur emosinalnya lebih dulu sebelum masuk menemui Mamanya.

Kania Andarumara is calling you ...

Nama itu kembali tertera sebagai sang penelepon. Lagi-lagi tidak ada pergerakan yang terlihat, Ravin mengamati layar yang menyala lalu berganti menghitam karena panggilan itu selesai.

"Fuck!" umpatnya lagi.

Belum puas menyumpah serapah perempuan bernama Kania Andarumara, ponsel Ravin kembali menyala. Kemarahan tersirat dari wajahnya yang merah, ada emosi tertahan yang mungkin saja akan meledak. Namun, ketika Ravin ingin membanting ponsel itu, bukan nama Kania yang tertera.

Mine is calling you ...

Dengan cepat Ravin mengubah ekspresi sebelum mengangkat panggilan itu, tak lama nada tersambung terdengar.

"Terimakasih hari ini, dan terimakasih sudah merekomendasikan macam-macam susu yang belum pernah gue cobain sebelumnya."

"Maaf atas sikap Mas Banu yang sedikit keras, dia cuma nggak mau dimarahin sama Ayah karena gue keluar terlalu lama."

"Ravin, you're not that bad."

Ravin tersenyum, moodnya membaik hanya dengan mendengar suara perempuan kesayangannya.

"Banyak hal yang harus lo tahu, Sal, luar dan dalamnya dunia ini, indah dan buruknya semesta ini."

"Sorry, gue pulangin lo nggak tepat waktu, lain kali gue nggak akan begitu."

"It's okay, Ravin."

"Gimana perjalanan pulangnya? Aman?"

"Aman, gue udah di halaman depan rumah sekarang."

Lalu, hening.

Ravin menunggu dan berharap obrolan mereka tetap berlanjut.

RAVINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang