30. MEREKA-MEREKA YANG BERAI

10.2K 578 141
                                    

AYO, VOTE DULU SEBELUM MEMBACA!!!

SEMOGA SUKA, AMIINN💋💘

30. MEREKA-MEREKA YANG BERAI

Ketika ada kekecewaan besar, kita tidak tahu apakah itu akhir dari cerita. Ini mungkin hanya awal dari petualangan yang hebat.

***

Basecamp Derton malam ini ramai oleh orang-orangnya setelah Galaksa turun tangan, mendatangi satu persatu rumah mereka dan memberi tinjuan peringatan, menggantikan tugas Ravin yang saat ini tidak bisa dihubungi karena suatu hal.

Cukup lama mereka berkumpul di ruangan itu, saling diam, saling menundukkan kepala menunggu seseorang yang lebih berhak bersuara. Pada malam ini mungkin bukan sekedar perkumpulan biasa, banyak sekali amarah yang terpendam, yang sejak kejadian di Club Paskal sampai sekarang tak kunjung padam.

"Sorry, Bang," ucap Roy, menyapa hangat Wakil Ketuanya yang selama masa libur semester tak saling jumpa.

"Gue nggak butuh maaf dari lo semua," sahut Galaksa. "Lebam yang lo dapat dari gue itu bukan sekedar peringatan tapi perintah dari Ravin!"

"Sekarang gue nggak mau basa-basi, sebentar lagi kelas 12 masuk semester kedua, di mana kegiatan sekolah lebih penting dan waktu belajar semakin diperketat."

"Kita para senior akan fokus ke ujian daripada nongkrong, balap liar, dan acara-acara lainnya."

Galaksa menghela nafas, matanya menyala dengan tegas. "Sebelum gue, 4 anggota inti lainnya dan kalian yang seangkatan lulus dari Smansa, gue mau masalah ini selesai secepatnya."

"Ravin lagi ada kepentingan, semua masalah yang terjadi kemarin, pertengkaran kita dan selisih paham saling tuduh-menuduh, dipercayakan gue yang pegang kendali."

"Jadi, gue minta kita semua lebih kompak, lebih bisa memposisikan diri apakah kebersamaan kita selama ini bisa layak disebut sahabat atau nggak!"

"Paham nggak lo semua?" pungkasnya, keras.

Mereka yang biasanya penuh canda tawa, kini tenggelam dalam keheningan dan ketakutan, merasakan beratnya konsekuensi dari konflik yang menggantung, yang menjadi penyebab keruhnya hubungan persahabatan.

Dari arah samping, Bima berjalan ke tengah ruangan membawa keranjang berukuran besar. Semua anggota lantas memusatkan pandangannya pada gerak-gerik Bima yang kini mengedarkan matanya, menatap satu persatu orang yang ada.

Selesai memastikan, selesai menghitung dalam diam melalui tatapan, Bima melepaskan jaket kebesarannya, melipatnya secara rapi dan meletakkannya ke dalam keranjang. Tindakan itu kemudian mengundang pertanyaan, bisik-bisik samar antara mereka terjadi beberapa detik karena selanjutnya Bima bersuara.

"Lepas jaket kalian," ujar Bima memerintah.

"Kita layak disebut sahabat kalau perkumpulan ini sehat, dan gue minta ke lo semua buat lepas jaket kebesaran Derton karena di mata gue, kata layak belum pantas, kita semua belum pantas disebut sahabat!"

"Bang, Tapi—"

"Tunjukkin kalau lo layak, lo pantas jadi bagian Derton Base. Sebelum 2 hal itu ada di diri lo, jangan pernah anggap Derton adalah rumah, jangan pernah anggap keberadaan lo semua di posisi yang sama."

RAVINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang