42. DIA BERUBAH

5.3K 510 864
                                    

Vote dulu sebelum membaca!!!
Semoga suka, aminnn💖💘

42. DIA BERUBAH

Manusia diciptakan dengan banyak perubahan. Jangan heran, manusia dan semesta terkadang sama-sama bekerjasama dalam kejahatan.

***


"Sal, lo tunggu di halte, ya? Biar gue yang dorong motornya sampai bengkel. Nggak jauh kira-kira sekitar 300 meter dari sini," kata Hanna sambil memandang derasnya hujan yang mengepung mereka usai bimbingan belajar.

"Gue bantu lo, Na. Motor lo kan berat, susah kalau lo dorong sendirian."

"Tapi hujan, Sal, nanti lo kedinginan dan sakit."

"Gue aman, Hanna. Gue bukan perempuan lemah yang sekali kehujanan langsung jatuh sakit, oke?"

Hanna menampilkan wajah tidak yakin, ada keraguan mengganjal di hatinya karena sahabatnya yang satu ini memiliki fisik lemah. Namun, di tengah kebingungan perempuan itu, kalimat meyakinkan keluar dari mulut Salwa, juga permintaan yang sudah disepakati sebelumnya.

"Lo bisa liat sendiri gue nggak apa-apa. Nggak perlu khawatir sama hal yang belum tentu akan kejadian atau nggak."

"Na, lo udah janji tadi mau nganterin gue ke tempat janjian gue sama Ravin, kan? Ayo, kita harus cepat supaya dia nggak nungguin lama."

Salwa membungkus tubuhnya menggunakan cardigan rajut meski sebenarnya sia-sia. Hujan sore ini turun lumayan deras, pun dengan gemuruh yang juga mengamuk di langit. Cuaca seperti tidak mendukung perempuan itu. Ban motor Hanna tiba-tiba kempes di tengah perjalanan mereka menerobos hujan.

"Cuma isi angin terus kita bisa lanjut perjalanan. Ayo," ajak perempuan itu.

"Na?"

"Sumpah! Si Ravin bener-bener, ya! Udah tau ada janji sama lo harusnya berangkat bareng, eh dianya pergi duluan!" kesal Hanna.

"Udah ngacak-ngacak sekolah, rusakin fasilitas di ruang guru terus nggak tanggung jawab sama lo."

"Awas aja pas ketemu gue nanti, gue pukul kepalanya pakai helm pororo. Biar kapok, biar nggak semena-mena sama lo. Ih, kesel banget tau nggak!"

Tadi sewaktu bubaran jam sekolah dan memasuki jadwal bimbingan, Ravin tidak terlihat di kelasnya. Bahkan setelah bertengkar dengan Salwa di depan ruang guru, cowok itu tidak meminta maaf, tidak menemui Salwa hanya sekedar menenangkan perempuan itu. Dan mungkin, saat ini, Ravin tidak ingat dengan ucapannya.

"Nih, lo yang pakai jas hujannya," kata Hanna sembari melepaskan jas hujan yang ia gunakan. Jas hujan itu hanya satu, berbentuk kelelawar, lebar dan besar. Itulah sebabnya mereka berani menerobos hujan ke tempat tujuan yang Salwa sebutkan sebelum akhirnya rintangan datang.

"Lo gimana?" tanya Salwa.

"Gue pakai helm, yang penting kepala gue nggak kehujanan, aman aja."

"Maaf, ya, Na? Jadi ngerepotin lo begini."

"Ngerepotin sahabat itu wajar, yang nggak wajar kalau pinjam hutang terus pas ditagih galaknya ngelebihin yang kasih pinjaman. Udah gitu playing victim dan berlagak jadi korban. Nggak banget punya sahabat kayak gitu," cerocos Hanna.

"Ih, tapi, gue nggak kayak gitu," sahut Salwa.

"Nah, makanya gue bersyukur punya sahabat kayak lo, Sal. Gue suka direpotin sama lo karena pasti ada aja kenangannya. Kayak gini contohnya, kita dorong motor pas hujan-hujan, yang harusnya pulang malah harus ke area Utara dulu karena lo ada janji."

RAVINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang