26. DIA TIDAK INGKAR

11.4K 657 211
                                    

AYO, VOTE DULU SEBELUM MEMBACA!!!

SEMOGA SUKA, AMIN💋💘

26. DIA TIDAK INGKAR

Yang selesai, selamanya akan tetap selesai. Menurut mereka yang percaya.

***

Pintu ruang IGD terbuka setelah 3 jam melakukan penanganan transfusi darah. Salah satu perawat keluar membawa alat-alat medis kemudian berlalu pergi tanpa mengatakan sepatah kata apapun, menambah ketegangan dari wajah mereka yang menunggu di depan ruangan.

Tak lama, pintu kembali terbuka, muncul Ravin berjalan pincang dengan alat infus terpasang di tangan kirinya. Laki-laki itu menolak duduk di kursi roda usai memberikan rasa kemanusiaan kepada seseorang yang sedang membutuhkan. Ya, Ravin mendonorkan darahnya pada Zirga setelah melakukan tes kecocokan dan hasilnya positif.

Galaksa lantas mendekat, membantu memapah Ravin. Askara, Bima dan semua anggota Derton yang berkumpul di lorong itu ikut mengelilingi ketua mereka, kecuali Alastar yang kini duduk di samping Salwa menenangkan perempuan itu dari rasa traumanya.

"Nggak ada lagi lo pergi sendiri kayak tadi, Vin! Gue bener-bener marah kalau lo bertindak sendirian tanpa sepengetahuan kita!" ujar Askara menyampaikan kekesalannya.

"Jangan mentang-mentang lo paling jago berkelahi dari kita semua, lo bisa sok ngatasin para preman-preman itu. Kalau aja kita terlambat 1 menit, beda lagi ceritanya!"

"Kita semua takut dan khawatir sama lo, Bos," kata Roy. "Kita nggak mau lo kenapa-napa."

"Jangan lupa slogan yang kita sepakati bersama, kami ada karena kami bersama, yang artinya bagaimanapun susah, senang dan beratnya keadaan, kita tetap harus bersama-sama, jadi satu, jadi satu tujuan," sambung Galaksa.

Kemudian, kalimat ungkapan disampaikan secara bergantian. Dari mereka, yang katanya akan tetap sama-sama.

"Bos gue hebat."

"Bos gue kuat."

"Bos gue terbaik."

"Bos gue cuma satu dan nggak tergantikan."

"Bos gue paling punya hati, selalu bisa menang melawan siapapun, dan punya seribu satu cara menghadapi apapun."

"Bos, kita semua sayang sama lo!"

Semesta selalu mendukung perbuatan baik manusia, pun dengan lingkaran pertemanan mereka yang terbilang cukup terikat. Melontarkan pengakuan sebagai bentuk kasih sayang yang hebat, segala bentuk rasa memang harus disampaikan, mengapresiasi bahwa hari ini, di tahun 2019, ada manusia baik sedang mengorbankan banyak darah untuk manusia lain yang tadinya telah berkorban demi kehidupan seorang perempuan.

Selesai ucapan tulus disampaikan ramai-ramai, mereka lalu membuka kerumunan, mempersilahkan Ravin berjalan ke tempat duduk. Namun, digerakan kakinya terus melangkah, ternyata Ravin memilih menghampiri seseorang, duduk di kursi tunggu paling ujung.

Salwa. Perempuan itu tidak baik-baik saja, Dokter mengatakan bahwa Salwa mengalami trauma. Lama sekali sejak datang ke rumah sakit, pandangan Salwa selalu kosong. Perawat sudah melakukan banyak cara supaya perempuan itu mau berbicara tetapi hasilnya tetap sama, diam.

"Sal?" panggil Ravin pelan. Ia menyamakan posisi, berjongkok di depan perempuan kesayangannya. 

"Everything is fine, Sal. Dokter melakukan penanganan terbaik, Zirga sedang dalam tahap pemindahan ruangan sebentar lagi."

"Lo juga harus baik, perempuan kesayangan gue itu kuat, jangan seperti ini. Please, gue mohon."

Tidak ada reaksi. Salwa tetap diam dan tatapannya lurus ke depan. Tetapi, Ravin tidak menyerah, dia menggenggam lembut tangan Salwa. Dingin, gemetar, perempuan itu seolah sedang ketakutan.

RAVINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang