25. KAMI ADA KARENA KAMI BERSAMA

12.6K 830 523
                                    

AYO, VOTE DULU SEBELUM MEMBACA!!!

SEMOGA SUKA, AMIN💋💘

25. KAMI ADA KARENA KAMI BERSAMA

***


"Selamat siang istri Ayah, dengan anak Komandan di sini." 

Tangan Salwa bergerak menabur bunga di atas gundukan tanah, mengatakan sapaan atas rindu yang ia rasa, memberi do'a kepada seseorang yang telah tiada.

"Bunda apa kabar? Senangnya semoga selalu dirasa, ya? Dan untuk sedihnya, tolong dihilangkan."

Pada langit siang di sebuah pemakaman umum, Salwa datang dengan banyak pengaduan, bercerita tentang rasa kecewa. Tidak, Salwa tidak menyalahkan siapa-siapa, hanya saja ia sedang patah dengan harapan yang telah diberikan oleh seseorang. Waktu itu, meyakinkannya bahwa dengan orang itu, ia tidak akan pernah terluka.

"Bunda, setelah banyak hari terlewati, menjalani banyak pengobatan sampai terbaring koma di ruang ICU. Rasa sakitnya tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan rasa sakit yang Salwa rasakan sekarang."

"Dia, yang namanya pernah Salwa ceritakan sebagai laki-laki baik, menyayangi Salwa dengan tulus, dan mencintai anak Bunda ini dengan sungguh tanpa sanggah, ternyata sudah mulai mengingkari janjinya."

"Dia ingkar dengan semua perkataannya, Bunda. Dia jahat, dia—" Salwa menahan untuk tidak berkata kurang ajar. Ya, Ayahnya tidak pernah mengajarinya demikian. Maka dari itu, ia tidak boleh mengatai seseorang meskipun umpatannya berada di ujung lidahnya.

"Dari awal, Salwa nggak pernah berpikir akan menjalani hubungan, dia yang memaksa, menyeret Salwa ke dalam kehidupannya dan akhirnya seperti ini."

"Maaf ya, Bunda, Salwa datang dengan cerita sedih hari ini. Salwa hanya ingin berbagi cerita yang tidak bisa Salwa bagi dengan orang lain."

Perempuan itu menegarkan diri supaya tidak menangis, jauh terlihat tidak sopan jika ia meneteskan air mata di depan makam Sang Bunda. Setidaknya, meskipun semua ceritanya tidak di dengar dan tidak mendapat jawaban, ia bisa lega, lebih bisa leluasa mencurahkan isi hatinya.

Lalu, satu usapan lembut Salwa lakukan. Tersenyum dengan sekali lagi membaca nama Sang Bunda, tanggal lahir dan tanggal kematian beliau.

"Selamat ulang tahun istri Ayah dan Bundanya Salwa," ucapnya sembari menahan air mata. "Sengaja ngucapinnya sekarang, takut besok nggak bisa datang, hehe."

"Tunggu Ayah, Bun, pasti besok Ayah datang ke sini, bawa bunga kesukaan Bunda."

Sedih itu diperbolehkan pada setiap manusia tetapi sekarang Salwa memilih untuk menyudahinya. Menyudahi sedihnya, kecewanya, dan patahnya pada kenyataan yang sedang menyakitinya. Karena hakekatnya, kesedihan tidak diizinkan berlarut lama, di kemudian setelah patah hati yang hebat pasti akan datang senang yang teramat.

Mendung akhirnya menemani Salwa bercerita, lagi, menampakkan kesetiaannya pada manusia kuat. Usai memanjatkan banyak do'a, Salwa kemudian berpamitan, meninggalkan makam Sang Bunda menuju tempat tujuan selanjutnya.

"Arti menemukan kunci milik perempuan cantik adalah jodoh karena dapat membuka gembok hatinya." Tiba-tiba seseorang bersuara, tepat di depan pintu keluar TPU.

"Kita jodoh, jodoh dunia akhirat karena ketemunya di tempat peristirahatan paling indah," kata orang itu, lagi.

Salwa lantas terkejut, bukan-bukan, bukan dengan orangnya tetapi dengan sesuatu yang ada di tangan orang itu.

RAVINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang