Gertakan

421 40 9
                                    

𝓂𝓎𝓂𝑜𝑜𝓃𝒷𝑜𝑜𝓈𝓉𝑒𝓇 𝓅𝓇𝑒𝓈𝑒𝓃𝓉,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

𝓂𝓎𝓂𝑜𝑜𝓃𝒷𝑜𝑜𝓈𝓉𝑒𝓇 𝓅𝓇𝑒𝓈𝑒𝓃𝓉,

【S】【U】【G】【A】【R】

【M】【O】【M】【M】【Y】



Makan malam di rumah keluarga Kim diselenggarakan terasa begitu berkelas, tak lain karena kehadiran Nyonya Kim sendiri. Orang nomor satu di keluarga Kim itu baru saja kembali dari perjalanan bisnisnya di luar negeri dan menginginkan makan malam mewah di rumah.

Cahaya lembut dari lilin-lilin tersusun rapi di tengah-tengah meja memantulkan keindahan piring-piring porselen mahal berhias emas. Meja makan terbuat dari kayu mahoni karya seniman pemahat terkenal itu dilapisi taplak sutra menambah kemegahan ruang makan.

Setiap sudut ruangan dirancang dengan detail yang elegan. Dinding-dindingnya dihiasi dengan lukisan-lukisan indah, dan di pojok-pojoknya berdiri vas bunga segar yang menambah pesona. Pelayan-pelayan yang berpakaian rapi dengan penuh keanggunan pun menghidangkan hidangan-hidangan lezat. 

Meskipun ruangan dipenuhi dengan kemewahan, bagi Joo Hyun, atmosfer makan malam itu terasa dingin. Gemerlapnya lilin, keharuman bunga, hingga hidangan lezat yang tersaji tak mampu menggugah selera Joo Hyun. Rasa lapar Joo Hyun tak lebih dari kesepian yang memenuhi hatinya.

Seok Jin duduk di ujung meja dengan sikap yang tenang, sementara Joo Hyun duduk di sebelahnya dengan senyum palsu yang terukir di wajah.

Nyonya Kim, ibu Seok Jin, duduk di seberang mereka dengan ekspresi dingin. "Kalian tahukan kita tidak dapat menundanya lagi?"

Suara denting sendok lantas terhenti. Seok Jin berusaha menelan irisan daging, rasanya begitu sulit untuk ditelan. Ia tahu betul apa yang dimaksud Eomma-nya. Nyonya Kim tengah membahas perihal seorang pewaris keluarga Kim. Seok Jin dan Joo Hyun sudah menikah sekian tahun namun belum diberi karuniai seorang anak.

Percakapan tentang keturunan yang diangkat Nyonya Kim membuat suasana makan malam semakin tegang. Seok Jin merasakan beban berat di pundaknya, ada tanggung jawab sebagai penerus keluarga Kim yang belum terpenuhi. Ia mencoba menyembunyikan rasa gelisahnya di balik senyum kaku, namun Joo Hyun dapat merasakan getaran kegelisahan suaminya.

Nyonya Kim memandang tajam ke arah Joo Hyun. "Kau tahu, Joo Hyun, seorang istri yang sehat seharusnya membawa keturunan bagi keluarga. Kau telah menikahi anakku, tapi belum juga memberinya keturunan. Apakah kau tidak merasa bersalah?"

Joo Hyun menahan diri untuk tidak menanggap dengan nada yang sama tajam. "Eomeoni, aku berusaha," ujarnya dengan suara lembut, meskipun hatinya terasa teriris oleh kata-kata yang menusuk itu. 

Sesungguhnya Joo Hyun tak menginginkannya. Ia tidak ingin mengusahakan seorang anak. Ia tak menyukai seorang keturunan keluarga Kim harus lahir dari rahimnya. Lagipula, memberikan keturunan pada keluarga Kim sama saja dengan mencekik lehernya sendiri. Ia hanya akan terpenjara di keluarga itu.

S U G A R     M O M M YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang