Day 7 - Day 8

101 19 2
                                    


Day 7

Pagi itu, Halilintar sama sekali tidak tidur karna ia harus menyelesaikan pekerjaannya. Mata Panda–nya terpampang jelas di bawah matanya.

Banyak pekerjaan yang ia kerjakan. Sekertaris nya juga tak terlalu membantu karna sekertaris nya masih magang. Kalau boleh, seharusnya yang menjadi sekertaris nya adalah sepupu jauhnya. Sayang nya sepupunya itu menghilang bersama kakaknya. Sudah lima tahun semenjak mereka berdua menghilang.

Dulunya yang menjadi sekertaris nya adalah kakak dari sepupunya itu. Mereka adalah anak dari keluarga ibunya, alias anak dari adik kedua ibunya. Mereka menghilang ketika sedang berkemah bersama dengan saudara elemental dan fusion.

Pagi itu adalah pagi tersibuk Hali untuk kesekian kalinya. Ia berangkat ke kantor bersama Supra dan pulang larut saat pekerjaannya belum selesai. Sungguh melelahkan, seorang pemuda yang baru menginjak 23 tahun harus bekerja demi menghidupi adik adiknya. Ia bahkan rela saat kuliah harus sambil bekerja sampingan menjadi pelayanan di suatu kafe yang dekat dengan kosnya.

Sungguh berat, padahal Hali masih ingin seperti anak kecil pada umumnya dulu. Tapi sekarang ia sadar bahwa jika bukan dia yang menghidupi adiknya, maka siapa lagi? Tante dan om nya yang lain tidak ingin mengurusi mereka.


"Hari ini ada klien penting dari PT Balonku ada lima? " Hali tampak memperhatikan setiap detail kecil di surat meetingnya.

"Benar pak. Klien kita yang satu ini harus kita bujuk agar mau pak" usul sang sekertaris.

"Baiklah, siapkan ruangan untuk meeting" pintah Hali yang mendapatkan anggukan dari sang sekertaris.

Sang sekertaris pun keluar dari ruangan milik Hali dan mempersiapkan ruangan untuk meeting.

"Hari ini cukup melelahkan. Untung kemarin aku sempat membeli bunga di toko peninggalan Ibu" Hali mencium wangi dari bunga itu.

Bunga berwarna merah sama seperti matanya, memiliki bau harum yang menenangkan pikiran Hali. Bunga yang sangat ia sukai semenjak masih kecil, bunga mawar merah dan mawar hitam. Ia sangat menyukai kedua bunga itu, walaupun durinya yang sangat tajam membuat Halilintar kecil sering tertusuk oleh duri itu.

Ujung bibir Halilintar naik, matanya terpejam, ditambah dengan angin sepoi sepoi yang berasal dari luar jendela yang sengaja ia buka, menerpa surai kasarnya. Tangannya terulur untuk mengambil satu batang bunga itu, perlahan ia dekatkan ke bibir dan hidungnya, membuat wangi bunga itu semakin tercium. Wangi yang menenangkan, wangi khas dari bunga yang dulu ibunya rawat dan jual. Manik merah ruby–nya tidak terlihat karena tertutup oleh kelopak matanya, surainya yang kasar itu terasa seperti sedang dibuai oleh angin, pikiran–nya yang tadinya riwuh menjadi lebih tenang. Ia mengambil ponselnya dan membuka galeri untuk melihat lihat foto foto mereka yang dulu sebelum sesuatu mengubah keluarga mereka. Di situ terpampang jelas sebuah keluarga yang masih utuh, senyuman yang terukir di bibir semua anggotanya, semuanya bahagia saat momen itu. Halilintar melihat lihat lagi isi galeri nya, ia menemukan sebuah foto saat Trio ori masih kecil dan berpelukan layaknya teletabis.

Rasa pusing Halilintar kini telah berubah menjadi rasa semangat yang tinggi untuk bekerja demi adik adiknya. Ia segera membuat laporan kerja sama dari PT nya untuk PT Balonku ada lima, semoga saja sang klien dapat bekerjasama dengan PT nya. Sangat disayangkan jikalau sang klien tidak bisa diajak bekerja sama, bisa bisa hancur reputasinya. Ia juga sedikit mendengarkan saran dari Kaizo selaku pembimbing Halilintar saat sedang magang.


"Tidak terasa sudah tujuh tahun semenjak kejadian itu ya, Bun? " gumam Hali saat melihat foto ibunya.

"Ibun sama Ayah bahagia kan disana? Para fusion sementara tinggal sama Hali Bun, Yah, do'a in Hali sanggup kerja demi mereka ya Bun, Yah"

Boel Bofu Ramadhan Series {C}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang