Day 9 - Day 10

105 14 5
                                    


Day 9

Pagi itu, di sekolah Supra, Supra kembali mendapatkan permintaan untuk mengikuti lomba membuat puisi. Aneh sekali memang gurunya, anak fisika kok di suruh ikut lomba puisi. Harusnya sih anak seni atau Senbud, tapi milihnya anak fisika. Mau tak mau Supra harus menolaknya, dia tidak terlalu bisa bikin puisi well.

Supra berangkat sekolah diantar oleh Hali karna jalan sekolah Supra dengan kantor Hali searah. Sekolah Supra juga merupakan sekolah favorit kedua setelah sekolah duo temperatur, Frost, dan Glacy. Jika ditanya mengapa Supra bersekolah di sekolah yang berbeda dengan Frost dan Glacy? Maka Supra akan menjawab, karena uang bulanan di sekolahnya jauh lebih murah dari pada sekolah Frost dan Glacy.

Tapi setiap dia memenangkan lomba pasti uangnya akan ia kumpulkan untuk kebutuhan yang lain. Dia juga menjadi salah satu di top 3 cowok tertampan + terpintar di sekolahnya. Dia punya banyak fans, tapi tak sebanyak si top 1. Supra juga hanya memiliki sedikit teman, bukan karena Supra sombong, tapi karna yang lainnya hanya fake. Supra selalu malas ketika bertemu dengan fake, kalau di suruh pilih mau punya sedikit temen tapi real atau banyak tapi fake, pasti pilihan nya itu yang pertama.

"Yo Supra" panggil salah seorang pemuda.

"Hmm"

"Set dah bro, kayak sama orang lain aja" ucap pemuda itu.

"Memang lo org lain" jawab Supra.

"Hati moengil gw tersakiti" Supra menatap datar pada pemuda itu.

"Gak ush kyk gitu, Den" ucap Supra pada pemuda yang di panggil Den itu.

"Aelah, jangan pake nama pendek dong. Di kira gw sarden apa"

"Iy iy, Radentara Ikhsan Adelio" Orang yang dipanggil dengan nama panjangnya pun terkekeh.

"Jangan sepanjang itu juga kali"

"Serah lu dah"

"Oh ya, itu tadi abang sepupu lo? " Supra mengangguk.

"CEO dari PT Cicit Cicit Cuit? " Supra kembali mengangguk.

"Memangnya knp? " tanya Supra.

"Katanya mingdep bakalan kesini buat ngurus kerja sama dalam Festival Anak Bangsa Berkarya" jelas Raden.

"Oh y? Itu festival untuk semua SMA di kota ini yg dibawah naungan PT Cicit Cicit Cuit? " Raden mengangguk.

"Ada juga yang dari SMA Karya Bangsa tau" Supra mengerutkan alisnya.

"Bukankah mingdep sekolah mereka ada acara sendiri? " Raden menggeleng.

"Itu cuma cara buat mereka agar bisa ikut. Lo tau sendiri kan kalo perwakilan yg di pilih itu sama seperti tahun lalu? " Supra mengangguk.

"Nah, karna mereka udah sering pake banget buat ngisi panggung di acara acara kek gitu, karna mereka bosen jadi harus di bohongin. Toh mereka juga gk tau jadi aman" jelas Raden.

Sebuah ide muncul di otak Supra.

"Dari sekolah kita siapa yang ngewakilin? "

"Belum dipilih. Katanya kalo gk ada yg ngajuin diri maka akan dipilih secara random" jawab Raden.

"Gw boleh nyumbang ngewakilin di panggung? " Raden kaget dengan permintaan Supra.

"Tumben banget"

"Gw gk mau kalah saing dari sodara sodara gw yg di SMA Karya Bangsa" jawab Supra.

"Siapa? "

"Nanti lo juga tau"

Supra dan Raden pun menuju ke kelasnya bersama, kebetulan mereka satu kelas.

Boel Bofu Ramadhan Series {C}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang