Day 15 - Day 16

58 10 5
                                    

Day 15

Siang hari yang terik, tampak seorang pemuda dengan jaketnya yang berwarna biru, dengan topi birunya sedang duduk di sebuah ayunan yang tergantung di pohon. Itu adalah Glacier. Glacier tampak sedang menunggu seseorang, walau kenyataannya dia tak menunggu siapa pun.

Glacier hnya ingin merenung sebentar di ayunan itu. Ayunan yang dibuat olehnya dan Gempa saat mereka masih kecil. Tempat dimana saksi bisu semua cerita perjuangan mereka berdua, yang kadang naik kadang juga turun. Mata indahnya terpejam, membiarkan angin sepoi sepoi menerpa surai dan wajahnya yang eee- ekhem ekhem-manis-ekhem ekhem. Menikmati angin sepoi-sepoi dari ayunan itu memang kebiasaan trio G, walaupun Gentar sama sekali tak tau cerita dibalik ayunan dan pohon itu.

Tes... Tes... Tes...

Tampaknya, hari mulai gerimis, dengan segera Glacier pergi dari ayunan itu dan pulang ke rumah. Untung nya ayunan itu berada di depan rumah, jadi tak perlu waktu lama bisa langsung sampai.

Glacier hnya berjalan perlahan;membiarkan air hujan sedikit membasahi topi dan jaketnya. Ia berjalan menuju pintu rumah dengan perlahan agar tidak mengganggu yang lain.

Ia masuk dan menuju ke kamarnya. Suasana hujan memang cocok untuk membaca novel. Glacier memang menyukai novel, setiap ada karya baru yang membuat nya tertarik pasti akan ia beli. Walaupun ujung-ujungnya ia akan dimarahi oleh ayahnya karena selalu membeli novel. Itu sebabnya Glacier selalu membeli novel secara diam-diam.

Glacier sedikit membuka jendelanya, membiarkan angin hujan masuk melalui celah. Kali ini, novel yang Glacier baca tentang seorang gadis yang bertahan di tempat di mana hatinya hancur dan terjebak dalam waktu. Ceritanya cukup menyentuh hati Glacier, terutama ia juga pernah merasakan apa yang dirasakan oleh gadis itu;perasaan ditinggal oleh orang yang disayang, terjebak dalam masa lalu yang menyedihkan, mencoba untuk keluar dari sana tapi tak ada yang membantunya.

Impian Glacier sudah bulat. Ia ingin menjadi seorang penulis terkenal agar dapat memotivasi orang-orang di luar sana.

Ia membaca novel itu dari halaman satu ke halaman lainnya. Percakapan yang membuat nya bisa merasakannya juga. Percakapan yang menggunakan huruf besar yang artinya sedang berteriak, percakapan dengan akhiran titik yang artinya sedang bingung, merintih, serta percakapan lainnya. Sebuah novel yang bisa ia bilang seperti kehidupannya walau hidupnya sedikit lebih ringan dari gadis itu.

"Siapa yang menaruh seblak disini? Ceker nya masuk ke mata" gumam Glacier.

"Cowoknya kenthir"

"Ayahnya pingin ku tamplok pake pancinya kak Gem"

"Siapa penulisnya? Pasti dia yang naruh seblak disini"


Glacier terus bergumam, hingga ia tak sadar bahwa ia sudah lama membaca novel itu. Jam sudah menunjukkan pukul 15.00, waktu nya sholat ashar. Glacier menaruh novelnya di rak khusus novelnya dan mulai wudhu. Setelah wudhu, Glacier pun melaksanakan Sholat ashar. Setelah nya, Glacier turun kebawah.

Dari tangga bisa Glacier lihat. Ice yang tertidur di pundak Gempa yang sedang membaca buku resep;serta Blaze dan Frost yang mabar emel. Ia berjalan turun menuju dapur dimana ada Gempa dan Ice. Glacier duduk di tempat duduk yang berada di samping Gempa.

"Kali ini buka pake apa, Kak? " tanya Glacier.

"Bang Hali tadi request nasi goreng sea food, tapi nanti nggak pake udang" jawab Gempa.

"Kenapa kak? "

"Orang disamping Kakak alergi udang laut" Glacier pun melihat ke samping Gempa dan mengangguk paham.

Boel Bofu Ramadhan Series {C}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang