Becky kecil memandang punggung ayahnya yang semakin menjauh, tangannya menggenggam tangan sang ibu erat. Bertanya apakah ayahnya sayang padanya.
Sang ibu yang memang menginginkan anak sejak lama memeluk Becky, ia mengusap kepalanya berulang kali.
"Ayah sayang sama kamu, cuma emang gatau aja gimana cara ngungkapinnya"
Becky yang masih polos hanya mengangguk sambil balas memeluk ibunya, mereka baru saja pulang sekolah. Dan sang ibu menjemputnya.
.
.
.Malam sudah menyapa, Arlan sudah kembali ke rumah dengan keadaan lelah disertai emosi yang tidak stabil. Sang istri menyambutnya seperti biasa, menawari makan lalu membawakan segelas air putih hangat.
Arlan yang melihat itu segera meminumnya dan menghembuskan nafasnya kasar.
"Aku lelah sekali."
"Iya, istirahatlah. Becky juga sudah tidur. Ia tidak akan menganggumu."
"Hmm" Arlan menjawab seperlunya. Hening menyelimuti mereka, istri Arlan ke belakang guna mengambil piring dan lauk pauk untuk suaminya.
"Mau makan sekarang?"
Tanpa menjawab Arlan duduk tegak, mengambil piring dan lauk yang ada dihadapannya. Baru saja satu suap nasi masuk ke dalam mulutnya. Seorang anak kecil menghampirinya dengan mengucek ngucek kedua matanya.
"Ayah" Lirihnya pelan sambil berjalan ke pangkuan ayahnya yang sedang menikmati makan.
"Minggir!" Arlan mendorongnya pelan, sang istri yang tidak terima anaknya diperlakukan seperti itu segera mengambil Becky dengan tatapan tidak percaya.
"Biasa aja dong, Becky cuma mau duduk dipangkuan kamu!"
Arlan yang awalnya diam kini menggebrak meja dengan keras.
"APA KAMU GA LIAT AKU LAGI MAKAN HAH?! LAGIAN YANG AWALNYA PENGEN DIA ITU KAMU! URUS DIA YANG BENER!!"
Tak terasa air mata mengalir deras dari istri Arlan -Savira-. Ia beranjak meninggalkan Arlan sendirian. Memang, memang yang menginginkan anak sejak lama adalah dirinya, dia juga yang mempunyai ide untuk mengadopsi anak dari panti asuhan. Tapi, tidak seharusnya kan dia memperlakukan Becky seperti itu.
"Ibu, ibu jangan nangis"
Tangan kecil Becky mengusap air mata Savira , walau Becky kecil tidak mengerti sepenuhnya yang terjadi. Ia tidak suka melihat ibunya menangis.
.
."Hei!"
Becky tersadar dari lamunannya, ia melihat Freen yang menatapnya lama.
"Kamu gapapa sayang?" Tanyanya memastikan.
Becky menggeleng, lamunannya terlalu jauh sepertinya.
"Cuma ingat beberapa kejadian masalalu sayang, tentang ayahku."
"Ayo ceritakan semuanya"
Becky terdiam cukup lama kemudian mengangguk.
"Jadi gini sayang...."
~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Becky baru saja pulang sekolah, ia berusia 17 tahun sekarang. Tahun depan sudah lulus dan akan melanjutkan sekolah sampai ia bisa diterima dilingkungan pekerjaan ayahnya.
Dengan senyum mengembang ia melihat mobil Arlan terparkir rapi, segera ia berlari ke dalam rumah dan menemukan sang ibu sedang menyiram tanaman.
"Ibu, aku sudah pulang. Apa ayah ada dirumah?" Tanya Becky antusias.
Ibunya mengangguk, "iya, ayah baru dateng sayang."
Becky berlari menuju ke dalam rumah, Savira bersyukur Becky tidak pernah membenci ayahnya sendiri. Padahal tidak jarang Arlan bersikap tidak baik padanya. Tapi, selama ini Savira melihat Becky masih seperti dulu. Selalu menginginkan perhatian lebih dari ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I love you, Freen! - END
FanfictionTidak pernah aku sangka bahwa aku bisa mendapatkan cinta yang tulus dari seorang psikopat sepertimu. Tapi, apa ini adalah cinta? Atau... Kamu hanya merasa kasian terhadapku? Apapun itu. Freen, aku mencintaimu.