Becky POV
Aku berjalan keluar kamar mandi setelah menenangkan diri cukup lama, kulihat Freen, Sana, Nayeon dan Heng sedang tertawa bersama. Tiba tiba rasa bersalah muncul. Apa aku yang menyebabkan Freen tertangkap polisi? Apa aku yang menyebabkan Freen akan di hukum mati? Apa aku yang menyebabkan orang orang disekitar Freen menjadi sedih karena kehilangannya?
Kedatanganku disambut oleh uluran tangannya.
"Kamu lama banget di toilet, perutnya gapapa?" Tanyanya lembut sekali. Dia adalah definisi dari Green flag sebenarnya. Tidak ada yang bersikap lembut kapadaku selain ibu, lalu semesta mengirimkan dia kepadaku.
Aku menggeleng untuk menjawab, perutku baik baik saja, Yang tidak baik hanyalah isi kepalaku. Aku menatap Sana sekilas dan kebetulan dia juga sedang menatapku dengan senyum penuh artinya itu.
"Kamu anak dari seorang polisi kan? Beri Freen keringanan hukuman"
'Setahuku tidak ada cara untuk mengurangi hukuman seseorang, kecuali kita mempunyai uang yang banyak. Tapi, bagaimana? Apa yang harus aku lakukan. Sejujurnya aku tidak takut atas ancaman Sana, aku memikirkan ini karena memang aku ingin membebaskan Freen. Tapi bagaimana?'
"Yuk sayang, pergi dari sini"
Lamunanku tiba tiba buyar ketika mendengar suara Freen, aku berbalik kepadanya
"Udahan?"
"Udah, mereka akan membantuku menjagamu. Kamu bisa mempercayai mereka"
Aku mengangguk beberapa kali.
"Ayo pergi."
Freen menggandeng tanganku erat, kami melewati beberapa laki laki yang sedang minum kopi , aku tau itu adalah para polisi yang sedang menjaga kami. Freen juga sepertinya tau, tidak mungkin dia tidak tahu.
"Ke timezone mau?"
"Mauuuuu" Aku menyaut dengan semangat, sudah lama aku tidak memainkan game itu sepuasnya, siapa tau aku mendapatkan inspirasi untuk menyelamatkan Freen. Kami sudah didalam mobil, tidak lupa Freen juga membantuku memasakan sabuk pengaman.
Dia juga mengecup bibirku sekilas memberikan efek kupu kupu beterbangan didalam perut. Aku mulai merasakan wajahku memanas.
"Kenapa? Ko kaya kaget gitu? Seorang Becky bisa juga salting ternyata?"
Aku memukul lengannya pelan, alhasil dia lah yang tertawa senang. Aku menatap wajahnya ketika tertawa, gummy smile yang selalu aku suka. Tanganku bergerak dengan sendirinya, menarik rahangnya ke arahku memiringkan kepala lalu menciumnya pelan.
Debaran ini mulai terasa, nafas kami mulai tidak beraturan ketika dia menciumku semakin dalam. Tangannya tidak tinggal diam, dia mulai menyusap pinggangku dan terus membelainya menuju punggungku. Sedangkan tanganku terus menekan tengkuknya agar ciuman kamu semakin dalam, seperti tidak ada hari esok.
Memang tidak akan dia di hari esok.
Aku melepaskan ciumanku, air mata mengalir begitu saja membasahi pipiku. Memikirkan tentang hari esok membuat dadaku sesak. Tidak bisakah waktu berhenti agar Freen tetap berada disampingku?
"Eh, eh? Kenapa? Ko nangis? Apa yang sakit sayang? Aku gigit bibir kamu ya? Berdarah?"
Suara Freen terdengar panik karena aku menangis tersedu sedu, dia berusaha mengangkat wajahku perlahan."Ayang kenapa? Apa yang sakit?"
Sorot mata itu hangat, dia menatapku dengan penuh cinta.
"Bisakah kamu mengucapkan 'i love u' selama perjalan kita?"
KAMU SEDANG MEMBACA
I love you, Freen! - END
Fiksi PenggemarTidak pernah aku sangka bahwa aku bisa mendapatkan cinta yang tulus dari seorang psikopat sepertimu. Tapi, apa ini adalah cinta? Atau... Kamu hanya merasa kasian terhadapku? Apapun itu. Freen, aku mencintaimu.